Setelah lama memelihara berbagai jenis burung, Om Renuel Pratama akhirnya fokus pada breeding lovebird warna. Hanya dalam waktu empat tahun saja, Renuel BF yang didirikannya sudah memiliki 80 pasangan induk lovebird. “Tadinya, awal tahun 2014, baru empat pasangan,” tutur Om Renuel.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Om Renuel memang sudah tidak muda lagi. Saat ini berumur 62 tahun, tetapi masih berstatus PNS di Kementerian Kesehatan bidang penelitian. Semangatnya dalam menekuni hobi burung tak kalah dari anak-anak muda.
Awal berdirinya Renuel Bird Farm kata Om Renuel Pratama berawal dari hobi dan terinspirasi dari sang anak yang suka memelihara binatang (anjing, kucing, marmut, landak, hamster dan kelinci).
Sejak muda, Om Renuel sudah memiliki ketertarikan terhadap burung. Namun satwa yang dipelihara di rumahnya waktu itu justru ayam, sedangkan anaknya memelihara anjing, kucing, marmut, landak, hamster, dan kelinci.
Selanjutnya, Om Renuel memelihara berbagai jenis burung, mulai dari parkit, jalak, merpati, hingga kenari. Bahkan pada tahun 2013, dia sempat beternak kenari lokal dan impor.
Tetapi waktu luangnya terbatas, banyak kenari yang tak terurus. Bahkan sejumlah kenari mati akibat digigit nyamuk. Sang anak lantas menyarankan untuk beternak lovebird, khususnya jenis lutino mata merah dan albino mata merah.
Saran anak itu diturutinya. Awal tahun 2014, dia mulai beternak lovebird warna. Merasa menangkar lovebird lebih mudah ketimbang kenari, Om Renuel terus menambah jenis lovebird. Mulai dari biru mangsi, blorok, non-klep, violet, blue fc, vio fc, euwing, mauve, batman, dan parblue.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
“Bahkan sebelum biola menjadi primadona, dan harganya melambung, saya sudah memiliki empat pasangan induk. Saat itu harganya masih di kisaran tiga hingga empat juta per ekor,” kata Om Renuel kepada omkicau.com.
Tak hanya itu, Renuel BF juga menangkar lovebird kekean, terutama dari jenis pasjo (pastel ijo) serta paskun (pastel kuning). Semuanya dapat dilakoni beriringan, di tengah kesibukannya bekerja sebagai peneliti.
Untuk mengelola breeding lovebird, Om Renuel hanya dibantu istri dan ketiga anaknya. Sama sekali tanpa karyawan. Pengepakan burung hingga diantar ke jasa angkutan pun ditangani anak-anaknya.
Mengamati perilaku lovebird saat dijodohkan
Saat memulai usahanya, Renuel BF membeli induk lovebird yang sudah positif berjodoh. Pasalnya, saat itu identifikasi jenis kelamin melalui tes DNA belum ada di Indonesia. “Jadi, saya minta jaminan kepada penjualnya bahwa pasangan lovebird ini sudah terpantau pernah kawin,” ujarnya.
Empat pasangan induk yang menjadi modal awal lalu bertelur dan menghasilkan anakan. Rasa senang membuncah, sehingga Om Renuel terus menambah induk dari jenis berbeda, dan terkumpul 20 varian lovebird warna.
Semua lovebird warna ini ditempatkan dalam kandang koloni. Jadi, burung bebas mencari pasangan yang disukainya. Sebagai peneliti, dia tergerak untuk mengamati perilaku lovebird saat mau mencari jodoh.
“Setelah saya amati, ternyata lovebird paruh putih lebih tertarik dengan paruh putih. Lovebird paruh merah lebih tertarik dengan paruh merah. Dan lovebird paruh oranye tertarik pada paruh oranye,” jelas Om Renuel.
Jika lovebird sudah terpantau kawin, Om Renuel segera memindahkannya ke kandang battery. Dari situlah dia bisa mengumpulkan berbagai pasangan induk.
Pakan utama oplosan milet putih dan bahan lainnya
Untuk pakan induk, Renuel BF mengoplos milet putih dan bahan lain dengan perbandingan 2:1. Nah, bahan lain ini terdiri atas milet merah, canary seeds, serta kuaci (biji bunga matahari).
Induk lovebird warna diberi pakan tersebut secara ad libitum atau sepuasnya burung. Tetapi lovebird kekean diberi pakan dengan takaran 10-30% dari bobot badannya.
Om Renuel lebih senang menggunakan milet putih dan milet merah impor ketimbang produk lokal. Alasannya, milet lokal umumnya berukuran kecil, tidak seperti milet impor yang lebih besar.
Canary seeds berasal dari tanaman sebangsa rumput. Karena disukai burung kenari, maka disebutlah canary seed, meski bisa diberikan pula kepada lovebird.
“Bentuknya sedikit lebih besar daripada milet, serta terlihat lonjong. Namun untuk komposisi pakan lovebird, takaran canary seed hanya sedikit,” jelas Om Renuel.
Kuaci mengandung karbohidrat, protein, dan lemak. Pakan ini sangat bagus untuk lovebird, terutama untuk tujuan kontes, karena akan meningkatkan energi dan kegacorannya.
Namun kuaci juga bagus untuk lovebird yang diternak, termasuk dalam proses penjodohan. Lovebird akan lebih bersemangat dan proses produksinya lebih lancar.
Untuk pakan tambahan / extra fooding (EF), Renuel BF menggunakan jagung manis, kangkung, serta tauge yang berfungsi meningkatkan nutrisi secara alami.
Air minum wajib diganti setiap hari. Terkadang Om Renuel menyediakan 2 cepuk minum. Yang satu digunakan untuk mandi burung setiap sore. Setelah mandi, cepuk dikeluarkan dari kandang.
Adapun pemberian vitamin tergantung dari kondisi lovebird. Apabila lovebird sakit atau birahi, pemberian vitamin dihentikan sementara.
Anakan dirawat induknya sampai lepas sapih
Jika telur-telur sudah menetas, maka anak dibiarkan dalam pengasuhan induknya sampai masa lepas sapih tiba. Masa lepas sapih bagi lovebird adalah waktu di mana induk akan mengusir anaknya dari gelodok.
Cara ini lebih praktis daripada memanen dini dan merawat anakan di kandang pembesaran, termasuk harus rutin melolohnya. “Yang penting jangan sering membuka gelodoknya. Cukup diberi pakan dan rajin membersihkannya,” kata Om Renuel yang punya usaha pembuatan sepatu kulit.
Namun, kalau induk terlihat lemah, mau tak mau Om Renuel atau anak istrinya akan meloloh anakan lovebird menggunakan bubur dengan merek tertentu.
Untuk pemasaran, Renuel BF mengandalkan media sosial. Konsumen berasal dari berbagai daerah di Pulau Jawa dan Sumatera. Bahkan, untuk menarik konsumen, Om Renuel sering memberi give away (bonus) berupa sepatu kulit produksinya.
Harga lovebird hasil breeding Renuel BF tergantung dari tipenya (kekean atau warna), trah induknya, dan kualitas burung itu sendiri. Yang termurah Rp 500.000, namun ada juga lovebird yang dibanderol hingga Rp 35 juta / ekor.
Mengenai omzet per bulan, Om Renuel tak mau menjawab secara pasti. Dia hanya mengilustrasikan, kalau sebulan menjual lima ekor lovebird warna saja, omzet bisa mencapai Rp 50 juta atau lebih.
Kalau sebulan menjual lima ekor lovebird kekean, omzetnya bisa mencapai Rp 20 juta atau lebih. Itu hanya ilustrasi lima kali penjualan saja dalam sebulan, lantaran Om Renuel tidak mau membeberkan omzet rata-rata per bulan, sebab ini privasi bisnis.
“Awalnya saya tidak ingin menjual lovebird hasil breeding sendiri. Namun karena pasar dan peluang terbuka lebar, ya akhirnya jadi bisnis juga. Tapi berbisnis bukan tujuan utama saya. Jadi, kalau terjadi risiko kematian dan kehilangan, saya tidak terlalu syok,” tegas Om Renuel. (neolithikum)
Breeding lovebird Renuel BF
Alamat: Komplek Curug Indah Blok D2 No 13, Jalan Elang Thainesa IV
Kelurahan Cipinang Melayu, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, 13620.