Setelah kesulitan, pasti ada kemudahan. Inilah yang dirasakan betul oleh Om Ervan Sholeh Hantara, penangkar burung merpati hias Pawiro BF Jogja. Dulu dia punya bisnis tajir, distributor aksesoris HP, tetapi kemudian bangkrut dan merugi Rp 500 juta.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Tak patah semangat, dia mencoba beternak merpati hias hanya bermodal Rp 750 ribu. Kini usahanya berkembang pesat, bahkan mampu mengekspor ke sejumlah negara di Timur Tengah, Australia, dan kini merambah Eropa.
Meski namanya keren, Om Ervan kerap disapa Pawiro. Bahkan nama ini kemudian dijadikan sebagai merek dagang dan breeding merpatinya. Om Ervan lantas bercerita mengenai masa lalunya kepada omkicau.com.
“Dulu, tahun 2000, saya bekerja sebagai sales permen. Juragan saya (Om Wiyadi) sering memanggil karyawannya dengan nama-nama poyokan (nama alias bernada guyonan),” kenang Om Evan.
Ada yang dipanggil Dul Gembluk, karena suka merayu (ngglembuki) mbak-mbak atau ibu-ibu pemilik warung yang menjadi langganan permennya. Nah, Om Ervan dipanggil bosnya dengan nama Pawiro, karena paling berani (ksatria) setiap menghadapi customer yang komplain dan rewel.
Om Ervan senang dengan nama alias tersebut. Bahkan nama ini selalu tertulis dalam nota transaksi penjualan permen. Pembawaannya yang lucu juga cocok dengan nama Pawiro.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Singkat cerita, omzet penjualan permennya sangat bagus, lebih bagus daripada sales-sales lainnya. Akhirnya, tahun 2007, Om Ervan membuka bisnis sendiri sebagai distributor aksesoris HP. Dia tetap menggunakan brand Pawiro.
Usahanya berjalan lancar, bahkan omzet penjualan bisa mencapai Rp 500 juta per bulan. Sayangnya, bisnis ini hanya berjalan dua tahun. Usahanya bangkrut, karena ulah karyawannya yang tidak jujur.
“Saya menanggung kerugian hampir setengah miliar. Separonya adalah modal pinjaman dari bank, dan separonya lagi berupa aset usaha,” ujar Om Ervan.
Sedih dan frustasi pun menghinggapinya. Suatu hari, dia mendapatkan ide untuk kembali ke hiburan masa kecilnya, yaitu memelihara merpati. Cuma bermodal Rp 750 ribu, Om Ervan mencoba beternak merpati hias.
Karena sudah faham beternak merpati sejak kecil, hasil kandangnya laris-manis dibeli konsumen. Om Ervan terus menambah koleksi merpati hiasnya, sehingga usaha penangkarannya makin berkembang pesat.
“Akhirnya utang ke bank dan suplier mampu saya lunasi secara bertahap. Bahkan saya sudah tak lagi menjadi ‘kontraktor’ (sering mengontrak rumah). Sudah beli rumah dan tanah seluas 275 meter persegi dari hasil beternak merpati,” tambah Om Ervan.
Inilah yang dimaksud “setelah kesulitan, pasti ada kemudahan”. Bahkan Om Ervan merasa usahanya di bidang penangkaran burung selalu dipermudah. Hal ini terbukti ketika dia menambah jenis burung yang diternak.
Kini, selain merpati hias, Pawiro BF juga membudidayakan merpati lokal, merpati pos, dan berbagai jenis merpati akrobatik seperti kupu-kupu, birmingham roller, turkish takla tumbler, dan donek.
Tak hanya itu, Pawiro BF juga sukses beternak tekukur anggungan, tekukur hias (fancy spotted dove / FSD), pipit hias, punai, uncal, pergam, serta berbagai jenis puter (lumut, pelung, blorok, silky, puter mini sulawesi).
Bahkan Om Ervan juga memelihara aneka satwa lainnya seperti marmut hias, tupai, ayam hias, serta kambing. Wah, benar-benar luar biasa!
Apa yang digarapnya sejak awal ini selalu menunjukkan trennya sendiri. Ketika dia beternak merpati hias, saat itu belum banyak orang yang meliriknya. Orang-orang masih sibuk dengan tanaman hias dan ayam serama, Om Ervan sudah beternak merpati hias.
“Entah diakui atau tidak, tapi sayalah yang awal-awal selalu muncul di liputan TV, majalah, maupun tabloid. Setelah itu baru rekan-rekan yang lain,” tambahnya, tanpa bermaksud jumawa.
Melalui dua websitenya (pawirobirdfarm.com dan mediaklangenan.com), Om Ervan kerap memposting berbagai jenis merpati lokal. Dia juga mendirikan klub IEPC (Indonesian Endemic Pigeons Community) sebagai media berbagi ilmu bagi para penggemar merpati endemik / lokal.
Saat merpati lokal ngetren dan ramai sekali, Om Ervan mampu menembus pasar ekspor ke beberapa negara Timur Tengah (Arab Saudi, Mesir, Qatar, Oman), Australia, dan baru-baru ini coba memasuki pasar Eropa.
Usai mempopularkan merpati endemik, Om Ervan ikut meramaikan finch hias. Meski bukan inisiator utama, da cukup berperan dalam meramaikan jenis-jenis finch lokal di Indonesia dan sempat ekspor ke beberapa negara di Asia.
Om Ervan juga mengorbitkan berbagai jenis dove, dari punai-punaian hingga pergam. Jenis tersebut kini juga makin diminati.
Bahkan Om Ervan mampu menangkar burung punai tanah (delimukan) di sangkar kecil. Produknya telah tersebar ke beberapa kota di Indonesia, dengan ring PBFJ (Pawiro Bird Farm Jogja).
Inovasi pun terus berlanjut. “Saya berencana merilis jenis anggungan baru, yaitu puter lumut dengan suara khas ngebass, empuk, dan panjang mengalun, tanpa meninggalkan ciri khas suara ngalasnya,” jelas Om Ervan.
Saat ini, dia sedang melakukan proses kawin-silang (cross breeding) dan sudah memasuki filial ketiga (F3) atau keturunan ketiga. Evaluasi sementara, suara puter lumut terasa nikmat dan nyaman, serta mempunyai karakter jinak.
Untuk mengurus berbagai jenis burung yang diternaknya (mencapai 300 pasangan induk), Om Ervan dibantu dua orang awak kandang.
Pemasaran berbagai jenis burung hasil breeding Pawiro BF selalu terserap di pasar domestik maupun mancanegara. Untuk pasar domestik, sebagian pembeli datang langsung ke kandangnya. Namun ada juga yang harus dikirim ke luar kota, bisa melalui kargo kereta maupun pesawat terbang. Pelanggan tersebar di berbagai kota di Indonesia.
Mengenai omzet penjualan, Om Ervan mengatakan fluktuatif. Tapi setidaknya Rp 10 juta / bulan. Ini hanya dari hasil ternaknya sendiri. Sebab dia juga kerap menjualkan burung hasil breeding relasinya. Jika ditotal jenderal, omzet per bulan minimal mencapai Rp 50 juta.
Apa nasihat Om Ervan untuk pembaca omkicau.com yang ingin mengikuti jejaknya? “Kalau mau buka usaha penangkaran, hal utama yang harus diperhatikan adalah beternaklah burung atau hewan yang memang disenangi masyarakat,” jawabnya.
Nanti hasilnya akan mengikuti proses yang kita jalankan. Kalaupun belum berhasil, hati tetap senang. “Buatlah kerajaan sendiri, tanpa harus meruntuhkan kerajaan orang lain. Jadilah tokoh di dunia atau hobinya sendiri, tanpa harus merongrong hobi orang lain yang sebenarnya tidak sreg di hati kita,” tandas Om Ervan dengan senyum mengembang. (neolithikum)
Pawiro Bird Farm Jogja
Kontak: (Telp / SMS / WA 0281-2275-2987)
Website: pawirobirdfarm.com | mediaklangenan.com | FB: Pawiro Bird Farm Jogja
Farm 1: Jalan Parangtritis Km 11, Dusun Mading, Gandekan, RT 3, Trirenggo, Bantul.
Farm 2: Jalan Parangtritis Km 11, Dusun Belukan, Sabdodadi, Bantul.