Sebagian besar penangkar murai batu biasanya mengawali usahanya ini bermodalkan indukan dan / atau pasangan induk dari breeder lainnya. Om Joko Guadalupe, pemilik Plat L Bird Farm Surabaya, pernah mencoba menangkar murai batu hasil tangkapan hutan. Namun banyak kendala yang harus dihadapinya.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Om Joko Guadalupe, yang berprofesi sebagai radiografer, termasuk salah seorang kicaumania lawas di Surabaya. Kiprahnya diawali tahun 1993, atau selepas lulus kuliah. Saat itu Om Joko aktif bermain di kelas hwamei yang sedang booming.
“Hwamei merupakan burung impor (asal Tiongkok) dan biasanya hasil tangkapan hutan juga. Gerakannya liar, gesit, dan suka nabrak-nabrak,” kata Om Joko kepada omkicau.com.
Ketika pamor hwamei meredup, Om Joko beralih ke kacer dan murai batu. Dia mendirikan Plat L Bird Farm tahun 2008, meski saat itu baru beternak burung kacer. Untuk murai batu, dia memilih menjadi pengorbit.
“Saya membeli murai batu hasil tangkapan hutan dari salah seorang pengepul di Surabaya. Biasanya sekali beli bisa dua hingga lima ekor, kemudian saya rawat sampai bisa makan voer kering. Jika murai sudah jinak dan mau bunyi, saya jual ke rekan-rekan kicaumania,” tutur Om Joko.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Dia sering berinteraksi dengan pengepul murai batu tersebut. Apalagi sang pengepul setiap minggu mendapat kiriman 80-120 ekor murai batu hasil tangkapan hutan di Sumatera. Hanya dalam waktu 3 hari saja, stok murai batu langsung ludes. Itu terjadi pada tahun 2010.
Dari sinilah Om Joko berfikir, pasaran murai batu di Surabaya sangat bagus. Dia pun berminat untuk menangkar murai batu. Murai-murai koleksinya, yang semuanya merupakan hasil tangkapan hutan, akhirnya dijadikan indukan.
“Induk betinanya juga berasal dari pengepul tersebut, yang notabene merupakan hasil tangkapan hutan pula,” tambah Om Joko.
Kebetulan Om Joko memiliki lahan bekas kolam di samping rumahnya. Lokasi ini disulapnya menjadi kandang penangkaran murai batu. Dia membuat kandang inti berukuran 6 meter x 1,5 meter, tinggi 2 meter. Kandang disekat menjadi lima ruangan untuk menampung 5 pasangan induk murai batu.
Kendati sudah berpengalaman dalam beternak kacer, Om Joko tetap harus bekerja keras mengawali penangkaran murai batu. Apalagi semua pasangan induk merupakan hasil tangkapan hutan.
“Saya belajar mulai dari nol, dengan mengandalkan informasi dari media online. Ternyata breeding murai batu hutan tidak semudah yang dibayangkan. Hasilnya nol besar, meski sudah berganta-ganti indukan, bertukar pasangan, dan sebagainya,” jelasnya.
Murai batu hutan jauh lebih ganas ketimbang hasil penangkaran. Bahkan beberapa induk jantan pun mati dihajar burung betina.
Akhirnya, tahun 2012, Om Joko memutuskan mengganti materi induknya dengan murai-murai hasil penangkaran saja. Dia kemudian mendapat trotolan jantan ekor hitam dan panjang (murai batu nias raja) dari salah seorang peternak.
“Trotolan murai batu jantan ini berasal dari induk trah prestasi. Saya rawat hingga dewasa, lalu saya kawinkan dengan murai batu medan betina,” jelas Om Joko.
Setelah berhasil, Om Joko terus menambah materi induknya. Kini Plat L Bird Farm mempunyai tiga ekor induk jantan dan sembilan ekor induk betina. Semua induk betina ini merupakan anakan murai batu Tyler.
Sistem breeding yang diterapkannya adalah kawin cabut. Ketika betina sudah terpantau mengeram, maka induk jantan segera dipindah ke kandang lain untuk dipasangkan dengan induk betina lainnya. Jika induk jantan dan betina sama-sama dalam kondisi birahi, maka saat itu juga bisa langsung kawin.
Murai batu Tyler, salah satu induk jantan andalan, sejak muda sudah diperkenalkan dengan burung-burung betina dalam kandang bersekat. Kandang bersekat ini dilengkapi dengan pintu kecil, sehingga mempermudah induk jantan saat berpindah dari kandang yang satu ke kandang di sebelahnya.
“Karena sering digeser dan dipindah, induk jantan menjadi cepat birahi. Tyler juga masih sering saya lombakan. Sejak umur sepuluh bulan sampai sekarang, murai batu Tyler masih aktif mengikuti lomba dan sering juara. Usai lomba, burung langsung dimasukkan ke kandang,” tutur Om Joko.
Tips penangkaran murai batu ala Plat L Bird Farm
Berikut ini tips penangkaran murai batu yang diterapkan Plat L Bird Farm, agar hasilnya maksimal:
- Siapkan murai batu jantan dengan umur minimal 1,5 tahun. Kalau bisa, burung berasal dari trah juara / prestasi.
- Siapkan murai batu betina minimal berumur 7-8 bulan, dengan trah yang jelas, agar hasilnya juga tidak mengecewakan. Misalnya, induk jantan ekor panjang dikawinkan dengan betina dari trah tidak jelas. Anakan jantan yang dihasilkan biasanya memiliki ekor tidak panjang.
- Kandang bisa ditempatkan di dalam ruangan (indoor) maupun luar ruangan (outdoor). Yang terpenting perhatikan suhu, kelembaban, dan sirkulasi udara sehingga nyaman bagi burung.
- Kandang terbebas dari gangguan hewan-hewan seperti tikus, kucing, kecoak, dan semut.
- Kandang tidak perlu tertutup rapat, sehingga mudah dalam pengawasan sehari-jari.
- Pakan utama induk boleh saja menggunakan voer kiloan. Pakan tambahan berupa jangkrik dan kroto, diberikan dalam jumlah cukup.
- Anakan murai batu dipanen pada umur 7 hari. Setelah itu diloloh menggunakan spet. Bahan lolohan terdiri atas jangkrik, kroto, dan cacing tanah yang ditumbuk menyerupai bubur.
- Pemasteran trotolan murai batu menggunakan burung hidup seperti cililin, lovebird, kenari, cucak jenggot, dan jalak suren. Om Joko juga memasternya menggunakan walang kecek dan jangkrik.
Dalam sebulan, Plat L Bird Farm mampu menjual 10-20 ekor trotolan murai batu. Harganya relatif terjangkau, mulai dari Rp 2 juta hingga Rp 4 juta per ekor. “Kalau beli sepasang, harganya mulai dari lima juta sampai delapan juta rupiah,” tandas Om Joko. (neolithikum)
Penangkaran murai batu Plat L Bird Farm
Kontak: Om Joko Guadalupe (WA 0878-544906783 / Pin BB D0BC1AA6)
Alamat: Jalan Karah Agung X/2, Surabaya.