Lelaki itu bernama Muhammad Khoirul Anam, perantauan asal Lamongan (Jatim) yang kini mukim di Samarinda (Kaltim). Om Anam, panggilan akrabnya, sehari-hari bekerja sebagai sopir sampah Dinas Kebersihan Kota Samarinda. Dengan gaji pas-pasan untuk menghidupi istri dan ketiga anaknya, Om Anam mendapat tambahan dari penangkaran lovebird yang diberi nama Armada BF.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Kisah Om Anam ini bisa jadi motivasi bagi para peternak pemula yang berangkat dari keterbatasan. Berkat kegigihannya dalam beternak lovebird, dia bisa hidup layak seperti sekarang. Dengan penuh semangat, dia menuturkan kisah perjalanannya kepada omkicau.com.
“Saya bekerja sebagai sopir sampah pada Dinas Kebersihan Kota Samarinda yang saat ini menginduk pada Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Saya memulainya tahun 2001 sebagai pegawai honor lokal atau PPTH (Pekerja Tidak Tetap Harian) dengan gaji 175 ribu rupiah per bulan. Sekarang sudah meningkat menjadi 1,884 juta rupiah per bulan,” ujarnya.
Setiap hari, dia berfikir dan mencari celah mencari tambahan penghasilan untuk biaya sekolah anak-anak, serta menutupi kebutuhan sehari-hari lainnya. Apa saja dikerjakannya agar bisa memperoleh tambahan penghasilan, yang penting halal.
“Untungnya, rumah sudah tidak menyewa lagi. Tahun 1997, saya bikin rumah sendiri, kendati hanya dari kayu papan sebetan yang saya kerjakan sendiri dibantu istri,” tuturnya.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Tahun 2008, Om Anam mulai memelihara burung, terutama yang sedang ngetren seperti murai batu dan kacer. Dia membelinya di kios burung, dengan harga mulai dari Rp 100.000 hingga Rp 125.000. Dengan modal seadanya, dia membeli 2-4 ekor per jenis burung. Setelah ngevoer dan bunyi, burung dijualnya lagi dengan keuntungan Rp 100.000 – 150.000 per ekor.
Namun hal itu hanya berjalan dua tahun, karena keuntungan minim dan ada risiko burung terlepas, atau bahkan mati sebelum bisa makan voer total. Belum lagi biaya pakan seperti jangkrik dan kroto, serta harus menunggu burung mandi di karamba satu persatu.
Tahun 2010, Om Anam mencoba beternak lovebird. Awalnya, dia tidak mengetahui cara memelihara lovebird. Lain halnya dengan kacer dan murai batu yang sudah dikuasainya. Dia lantas berkonsultasi dengan rekannya, Om Eko Sujianto, yang kemudian menjadi mentor tunggalnya dalam hal beternak lovebird hingga berhasil.
Selama sebulan dia berguru dengan Om Eko, termasuk melihat penangkaran lovebird milik rekannya itu. Selanjutnya, Om Anam membeli tiga pasang induk lovebird di Samarinda Seberang, dengan nilai total 15 juta,” kata Om Anam yang terkadang diundang sebagai penceramah agama.
Celakanya, selama setahun di kandang ternak, ketiga pasangan induk itu tak kunjung bertelur. Sang mentor pun penasaran, dan mencoba mengembangbiakkan di rumahnya.
Sampai tiga bulan, ketiga pasangan induk lovebird tetap tidak mau bertelur. Akhirnya, Om Anam pun menjual tiga pasangan lovebird tersebut. Hasil penjualan dibelikan lagi sepasang induk lovebird yang katanya jantan dan betina.
Namun, lagi-lagi, Om Anam terkecoh. Setelah empat bulan dipelihara, burung tak kunjung bertelur. Setelah dicek sang mentor, ternyata kedua induk tersebut sama-sama jantan. Salah satu lovebird itu lalu ditukar dengan burung betina.
Berdasarkan pengalaman inilah, Om Anam mempelajari betul cara identifikasi jenis kelamin lovebird. Pasangan baru itu pun akhirnya bertelur, dan telurnya menetas. Betapa senangnya hati Om Anam.
Anakan-anakan lovebird kemudian dijualnya, dan hasilnya digunakan untuk membeli induk baru. Tak hanya itu, Om Anam juga membeli seekor lovebird paud hasil breeding mentornya, seharga Rp 950 ribu. Sebab, lovebird itu keturunan dari lovebird Caplin, langganan juara di Samarinda.
Trah Caplin ini ternyata membawa berkah. Burung ini beranak-pinak, dan hasilnya selalu diburu para pemain. Ketika itu, lovebird baru booming di Samarinda. Banyak anakan ring Armada BF yang sukses menjuarai latber, latpres, dan lomba di kota tersebut.
“Piyikan-piyikan keturunan Caplin itulah yang mengangkat nama Armada BF. Bahkan konsumen dari luar Samarinda pun terus berdatangan. Sejah itu, saya mulai rajin membeli lovebird jawara sebagai induk baru di kandang Armada BF,” jelas Om Anam.
Teknik sederhana beternak lovebird ala Armada BF
Armada BF menerapkan teknik sederhana dalam beternak lovebird. Untuk penjodohan, calon induk jantan dan betina disandingkan dalam dua sangkar berbeda. Itu berlangsung selama beberapa hari.
Setelah berjodoh, keduanya dipindah ke kandang baterry untuk memudahkan pengontrolan induk maupun anakan-anakannya.
Pada rumur 2 minggu, anakan lovebird mulai disapih dan ditempatkan dalam kandang kotak dari bahan plywood, dengan ukuran 30 cm X 30 cm X 30 cm, serta dipasangi lampu bohlam 25 Watt.
Ventilasi udara dibuat pada sisi terpanjang 30 cm. Kalau ventilasinya kecil, maka daya lampunya juga harus lebih kecil, agar piyikan lovebird tidak kepanasan.
Ketelitian sangat dibutuhkan ketika memberi makan piyikan, agar spet tidak masuk ke tenggorokan. Biasanya Om Anam menggunakan bubur bayi Sun.
Pakan lovebird dewasa terdiri atas milet putih, canary seed, dan voer ayam dengan perbandingan 3 : 1 : 1. Extra fooding / EF berupa kangkung dan jagung muda, yang diberikan seminggu dua kali secara bergantian untuk indukan.
Dengan teknik sederhana ini, Armada BF mengalami perkembangan sangat pesat. Dalam waktu lima tahun terakhir, jumlah indukan bertambah menjadi 50 pasangan.
Setiap bulan Armada BF mampu menghasilkan 20-40 ekor anakan lovebird. Jumlah piyikan ini sekilas tidak sebanding dengan jumlah induk. Ternyata ada kiat tersendiri yang diterapkan Om Anam.
Dia membagi pasangan indukan dalam tiga kelompok bertelur. Maksudnya, ketiga kelompok itu tak dikawinkan dalam waktu bersamaan, mengingat perawatan hanya dilakukan Om Anam dibantu anak dan istrinya.
Omzet Armada BF bisa mencapai Rp 47 juta / bulan
Harga lovebird produksi Armada BF bervariasi, mulai dari Rp 800.000 hingga Rp 1 juta per ekor. Om Anam tak mengikuti harga pasaran lovebird di Samarinda yang rata-rata Rp 300.000. Sebab produk lovebirdnya berasal dari trah prestasi.
“Selain itu tidak mudah menghasilkan lovebird kualitas lomba. Jadi, sebagai peternak, kita harus bisa menghargai hasil kerja keras kita sendiri,” tuturnya.
Terbukti lovebird hasil breeding Armada BF bisa dipertanggungjawabkan. Tak heran jika produknya laris-manis di pasaran. Sebagian besar pembeli merupakan rekan-rekan Om Anam, baik dari Samarinda, Tenggarong, Melak, Berau, Sanga-Sanga, hingga Bontang.
“Saya belum pernah menjual lovebird ke kios-kios burung. Jika dijual di kios, sekali borong memang langsung habis, tapi harganya tentu jauh lebih murah ketimbang dijual satu persatu,” jelasnya.
Ditanya mengenai omzet Armada BF, Om Anam menjawab fluktuatif. Terkadang bisa mencapai Rp 47 juta / bulan, tapi pernah juga hanya Rp 5 juta.
“Prinsip saya, kalau anakan lovebird nggak laku, saya jadikan indukan. Sebab nanti ada juga yang cari indukan, yang harganya lebih terjangkau daripada jebol kandang,” ujar Om Anam yang juga anggota Komunitas Lovebird Indonesia (KLI) Samarinda.
Om Anam kini layak menikmati hasil kerja kerasnya. Dari hasil ternak lovebirdnya selama lima tahun terakhir ini, dia bisa membeli dua kavling senilai Rp 500 juta, mobil, serta membiayai ketiga anaknya hingga ke perguruan tinggi. Bahkan salah satu anaknya kini sudah menjadi sarjana.
Sebagai peternak, dia berharap agar gantangan lovebird terutama di Kalimantan Timur makin marak, mengutamakan kejujuran dan kedamaian, serta menjadi ajang tali silaturrahmi antarpenggemar. (neolithikum)
Breeding lovebird Armada BF
Kontak: M Khoirul Anam (WA: 0813-5006-5930)
Facebook: M. Khoirul Anam Armada
Alamat : Jalan Dr Wahidin Sudiro Husodo, Gang 5, RT 09, No 01, Kelurahan Dadimulya, Kecamatan Samarinda Ulu, Kota Samarinda.