Di balik “dominasi” lelaki, ada beberapa perempuan yang juga sukses beternak burung. Salah satu di antaranya Nabylah Fitriani. Ibu dua anak asal Maros, Sulawesi Selatan, itu mendirikan penangkaran lovebird. Namanya Nabylah Fitriani Bird Farm (BF), yang bermarkas di Desa Bonto Bunga, Kecamatan Moncongloe, Kabupaten Maros.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Awalnya, Nabylah Fitriani atau kerap disapa Ibu Fitri beternak ayam kampung. Tatkala musim hujan berkepanjangan, banyak ayamnya yang terserang penyakit dan mati. Dia trauma dan tidak mau lagi beternak ayam kampung.
Ibu Fitri mulai tertarik pada lovebird saat menjaga toko alat tulis dan fotokopi miliknya. Apabila toko sedang tidak ramai, dia sering buka Facebook, kemudian melihat foto dan video lovebird ngekek. Dia juga senang melihat lovebird dengan warna eksotik.
Dari situlah Ibu Fitri membeli sepasang lovebird lutino mata hitam usia muda, untuk dinikmati suara dan warnanya saja. Karena pernah beternak ayam, dia pun berminat beternak lovebird.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
“Saya bergabung dengan beberapa grup komunitas lovebird di Facebook, sambil belajar tentang cara beternak lovebird yang baik hingga berhasil,” ujarnya kepada omkicau.com.
Akhirnya, pertengahan tahun 2016, Ibu Fitri mendirikan penangkaran lovebird dengan nama Nabylah Fitriani BF. Berkat ketelatenan dan kesabaran, penangkarannya membuahkan hasil. Bahkan lovebird hasil ternaknya laris-manis dibeli para pelanggannya yang kebanyakan laki-laki.
Penjodohan di sangkar kapsul
Sebagian besar penangkar menggunakan kandang koloni untuk menjodohkan lovebird secara alami. Pasalnya, cara ini lebih mudah dan lebih praktis. Hal ini juga dilakukan Ibu Fitri, meski tak semuanya menggunakan kandang koloni.
Bahkan Ibu Fitri lebih sering melakukan penjodohan dengan menempatkan calon induk jantan serta betina dalam sangkar kapsul yang terpisah. Kedua sangkar digantang berdekatan. Setiap pagi, kedua calon induk dijemur selama 1 jam.
Hal itu dilakukannya selama beberapa hari sampai kedua calon induk berusaha ingin saling menyuapi pakan, serta tidurnya selalu berdampingan, meski terpisah oleh jeruji sangkar. “Jika keduanya selalu ingin berdekatan, berusaha suap-suapan, itu pertanda sudah mulai berjodoh,” jelas Ibu Fitri.
Selanjutnya, lovebird jantan dan betina dipindah ke kandang battery ukuran 40 x 60 cm2 yang sudah dilengkapi pula dengan gelodok.
Perawatan anakan juga dilakukan melalui dua metode, tergantung kondisi induk betina. Jika mampu merawatnya, maka anak-anak dirawat langsung oleh induknya, sampai bulu-bulu sayapnya keluar. Tetapi jika induk betina terlihat galak, maka anakan disapih sejak dini, dirawat dengan metode hand feeding (spet).
Kandang ternak dibersihkan setiap hari. Begitu pula tempat pakan dan tempat minum. Isinya diganti baru setiap hari. Tujuannya agar hasil breeding terhindar dari penyakit, dan induk rajin berproduksi.
Untuk pakan indukan, Ibu Fitri menggunakan campuran milet, canary seed, dan biji bunga matahari (kuaci) dengan perbandingan 1:1:1. Pakan tambahan berupa kangkung dan jagung manis.
Sejauh ini, lovebird produksi Nabylah Fitriani BF dipasarkan melalui cara konvensional dan modern. Cara konvensional dilakukan dengan menawarkan langsung ke kerabat atau kenalannya.
Cara modern adalah memanfaatkan media sosial seperti Facebook. Kalau sudah sering beli, biasanya konsumen yang akan menghubungi Ibu Fitri.
Beberapa sampel anakan lovebird produksi Nabylah Fitriani BF
Harga anakan lovebird bervariasi, tergantung jenisnya. Misalnya, harga anakan jenis josan atau pasjo Rp 200.000 – Rp 300.000 , sedangkan paskun Rp 300.000 – Rp 400.000 per ekor.
Dalam sebulan Ibu Fitri bisa menjual 8-10 anakan lovebird. Pembelinya tak hanya dari Maros, tetapi juga dari luar kota seperti Pangkep, Palopo, Sidrap, Sungguminasa, dan Bulukumba. (neolithikum)
Penangkaran lovebird Nabylah Fitriani BF
Kontak: WA 0853-9892-8874
Farm: Desa Bonto Bunga, Kecamatan Moncongloe, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, 90562.