Om Muslim Saptari, pemilik Morgede BF Klaten, mulai menangkar burung sejak tahun 2002. Berbagai jenis burung pernah ditangkarnya. Diawali dari kacer, kemudian berlanjut ke beberapa jenis jalak dan finch, serta lovebird, murai batu, dan branjangan. Namun, sejak tahun 2010, Morgede BF hanya fokus pada murai batu dan branjangan.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
“Jenis jalak yang pernah aku tangkar adalah jalak bali, jalak putih (keduanya termasuk burung dilindungi), dan jalak suren. Kalau finch, aku pernah beternak blackthroat (BT), blacken (persilangan BT dan kenari), dan red siskin,” kata Om Muslim kepada omkicau.com.
Apakah menangkar dua jenis burung tidak membuatnya gagal fokus? Om Sapta menjawab, sejauh ini usaha yang dijalaninya lancar-lancar saja.
Justru dengan menangkar lebih dari satu jenis burung, pendapatannya bisa stabil. Sebab satu sama lainnya saling mengisi. Jika penjualan murai batu sedang sepi, penjualan branjangan bisa menutupi. Demikian pula sebaliknya.
Penangkaran burung milik Om Muslim tersebut diberi nama Morgede BF, merujuk pada lokasi sumur gedhe (sumur besar) yang ada di depan rumahnya, Dukuh Drajad RT 03 / RW 02, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Klaten.
Sumur gedhe itu dulu merupakan empang, kemudian lama-kelamaan diperkecil seperti bentuk sumur. Ada kepercayaan masyarakat setempat, kalau ada orang sakit lalu dimandikan di sumur itu, insya Allah sembuh. Wallahu a’lam bish-shawab.
Dari situlah Om Muslim menamakan Morgede, dengan harapan penangkarannya bisa memberikan manfaat bagi banyak orang seperti sumur gedhe tersebut.
Tentu semua ini harus dibarengi pula dengan ikhtiar lahir. Om Muslim menerapkannya dengan rajin belajar serta terus belajar mengenai teknik beternak berbagai jenis burung. Selain banyak membaca, dia juga rajin menjalin silaturahmi dengan rekan-rekan sesama penangkar burung.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Kandang ternak murai batu dan branjangan Morgede BF ditempatkan di belakang dan samping rumah Om Muslim. Yang penting, sirkulasi udara di dalam kandang bagus. Selain itu, sinar matahari pagi diusahakan bisa masuk ke dalam kandang.
Untuk proses penjodohan murai batu dan branjangan, Om Muslim tidak banyak menemui kendala. Proses ini menjadi mudah, jika burung jantan dan betina sama-sama dalam kondisi birahi.
Salah satu tengara burung birahi adalah rajin bunyi (gacor), baik sang jantan maupun betina. Suara burung betina memang tidak bervariasi, tetapi setidaknya sering menyahut kicauan si jantan.
Awalnya, burung jantan dan betina ditempatkan dalam sangkar terpisah, namun saling berdekatan. Apabila sudah saling mengenal, kemudian terlihat sering berdekatan, kedua burung dipindah ke kandang breeding.
Pakan induk murai batu terdiri atas jangkrik, ulat kandang, serta kroto. Induk branjangan juga diberi pakan yang sama, namun ditambah pakan bijian seperti canary seed dan niger seed. Secara berkala, induk burung diberi multivitamin agar kondisinya selalu fit.
Biasanya, begitu menetas, piyik-piyik murai batu akan diasuh induknya sampai 1-2 minggu, lantas dipindah ke kandang pembesaran. Namun tidak demikian dengan Morgede BF. Piyikan yang baru menetas langsung dipindah ke boks inkubator yang dilengkapi lampu 5 Watt.
Bahkan untuk branjangan, telur tidak dierami induknya, tapi ditetaskan menggunakan mesin tetas. “Sebab induk branjangan sering merusak telurnya sendiri. Untuk perawatan piyik murai batu dan branjangan, aku pegang sendiri, dibantu istri,” kata Om Muslim.
Sebagian hasil breeding Morgede BF dipasarkan melalui media sosial Facebook. Sebagian lagi diambil para pengepul. Pembelinya dari berbagai kota di Jawa Tenger, termasuk Klaten dan sekitarnya, serta Jawa Barat dan Jawa Timur.
Harga trotolan murai batu produksi Morgede sekitar Rp 3 juta / pasang. Adapun harga trotolan branjangan sekitar Rp 6,5 juta hingga Rp 7 juta / ekor. “Bahkan dalam lelang di Kebumen baru-baru ini, trotolanku laku 8,2 juta rupiah,” jelasnya.
Burung branjangan / horsfield’s bush lark (Mirafra javanica) terdiri atas 16 subpesies / ras. Tapi hanya ada tiga ras yang berhabitat di Indonesia, yakni:
- Mirafra javanica javanica: Kalimantan, Jawa, dan Bali.
- Mirafra javanica parva: wilayah barat Nusa Tenggara.
- Mirafra javanica timorensis: wilayah timur Nusa Tenggara.
“Yang banyak beredar di pasar saat ini hanya branjangan ras javanica dan parva,” kata Om Muslim yang kini juga mulai membudidayakan trucukan dan cucakrowo.
Menurut dia, harga branjangan javanica muda hutan memang lebih mahal, sekitar Rp 2,5 juta – Rp 3 juta / ekor. Kalau branjangan muda hutan ras parva hanya Rp 70 ribu – Rp 150 ribu per ekor.
“Tips saya buat peternak pemula, yang penting sabar dan sering silaturahmi ke penangkar lainnya. Jangan hanya satu-dua penangkar saja. Lebih banyak penangkar yang dikunjungi, tentu makin bertambah pula ilmu pengetahuan kita,” tandasnya. (neolithikum)
Penangkaran murai batu dan branjangan Morgede BF
Kontak: Om Muslim Saptari (WA 0857-2863-2888)
Farm: Dukuh Drajat RT 03 / RW 02, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.