Ada postingan menarik di grup FB Murai Batu Mutasi Indonesia (MBMI) yang ditulis Om Budi Setianto. Judulnya Mutasi Genetika pada Burung. Artikel ini bagus sekali, sehingga omkicau.com pun meminta izin kepada Om Budi untuk repost dan menyunting-ulang artikel tersebut, dilengkapi dengan gambar terkait dari berbagai sumber.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Om Budi Setianto merupakan penangkar murai batu BSM BF Bandung. Beberapa murai batu hasil ternaknya ternyata mutan (mutant) atau mengalami mutasi pada warna bulu dan / atau bagian tubuh lainnya.
Seperti diketahui, ada dua pigmentasi terpenting yang menentukan warna pada bulu burung, yakni melanin dan karoten.
Karoten membentuk warna pigmen dari pakan yang dikonsumsi burung dan dibentuk oleh enzim. Adapun melanin terdiri atas dua unsur, yakni eumelanin dan phaeomelanin.
Eumelanin akan membentuk warna abu abu, hitam, dan cokelat tua, tergantung konsentrasi dan distribusi di dalam bulu. Phaeomelanin dengan konsentrasi tinggi akan membentuk warna cokelat kemerahan.
Mutasi genetika pada burung disebabkan oleh melanin, tidak berhubungan dengan karoten. Pembentukan melanin dimulai saat pembuahan sel telur. Warna dasar sel mulai dibentuk pada tahap awal pembentukan embrio. Penyimpangan yang terjadi pada proses pembentukan melanin akan menyebabkan mutasi genetik.
Secara garis besar, ada beberapa jenis mutasi genetika pada burung, termasuk murai batu, yakni:
- Albinism
- Leucism
- Brown
- Dilution
- Ino
- Schizochroism
- Melanism
Kita kupas satu-persatu ya….
1. Albinism
Albinism didefinisikan sebagai ketiadaan dua jenis melanin, baik eumelanin maupun phaeomelanin. Burung yang mengalami mutasi ini disebut albino.
Albino disebabkan karena tidak adanya enzim tyrosinase yang mencukupi. Ada hubungan erat antara enzim tyrosinase dan melanin. Pada hewan verteberata, enzim ini berperan penting dalam proses pembentukan melanin.
Karena enzim tyronase tidak ada, atau tidak mencukupi, maka burung tidak dapat memproduksi melanin. Akibatnya bulu-bulu, kulit tubuh, dan matanya tidak berwarna. Kita sering menyebutnya sebagai albino.
Warna merah atau pink yang terdapat pada kulit dan mata burung albino sebenarnya bukan pigmen warna, tetapi merupakan warna darah yang dapat dilihat melalui jaringan yang tidak berwarna.
Pada dasarnya, enzim tyrosinase tak mempengaruhi pembentukan karoten. Pada burung albino yang masih memiliki karoten, tidak semua bulunya berwarna putih.
Jadi untuk mengetahui apakah burung termasuk mutasi albino atau bukan, kita dapat melihatnya dari mata merahnya: bukan dari warna bulu putihnya. Sebab tidak semua burung warna putih termasuk albino.
Lihat juga Galeri gambar burung albino
Pada semua species, mutasi albino diturunkan melalui gen autosomal resesif. Artinya, baik jantan maupun betina bisa split untuk mendapatkan mutasinya.
Dengan tidak adanya pigmen pada mata, maka burung albino memiliki penglihatan kurang baik dan sangat sensitif terhadap cahaya. Karena itu, burung albino menjadi target yang mudah bagi predator, dan biasanya mereka sudah mati sebelum mandiri, sehingga sangat jarang ditemukan di alam liar.
2. Leucism
Jika albinism adalah ketiadaan melanin, maka leucism didefinisikan sebagai kurangnya melanin (eumelanin dan phaeomelanin), sehingga menyebabkan kelainan warna pada bulu burung.
Pada mutasi leucism, enzim tyrosinase masih ada, namun terjadi gangguan pada transfer pigmen. Hasilnya, burung mengalami kekurangan warna pada bulu-bulunya.
Warna bulu pada burung leucism sangat bervariasi, mulai dari beberapa bagian (< 25%) saja yang berbulu putih, hingga seluruhnya (100%) terlihat putih.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Namun pada mutasi leucism, mata burung tetap berwarna gelap (hitam). Hanya saja, pigmen pada iris mata tidak ada. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, kita bisa membedakan burung yang mengalami mutasi leucism dan albino.
Pada kasus mutasi leucism, sebagaimana albino, enzim tyrosinase juga tidak mempengaruhi pembentukan karoten. Tetapi, berbeda dari albino, burung leucism masih memiliki penglihatan normal, sehingga tingkat survivalnya di alam liar lebih tinggi.
Foto di bawah ini adalah murai batu Proff X milik BSM BF Bandung. Burung ini kemungkinan juga mengalami mutasi leucism: mata gelap, cenderung cokelat. Murai jantan ini berasal dari hutan di Padang Sidempuan, Sumatera Utara.
Ada lagi murai batu dengan warna unik, hasil breeding BSM BF Bandung. Yang pertama mutasi leucistic. Yang kedua berwarna putih, keturunan dari leucistic split albino.
3. Brown
Brown didefinisikan sebagai penyimpangan secara kualitatif hanya pada eumelanin saja, namun jumlah pigmennya tidak berkurang. Biasanya, bulu-bulu hitam akan berubah menjadi cokelat tua.
Pada mutasi brown, bulu burung sangat sensitif terhadap sinar matahari, sehingga cepat pudar. Selain itu, bulu-bulu tua seringkali berwarna hampir putih.
Sulit sekali untuk membedakan mutasi leucism dan brown di alam liar. Pada semua spesies burung, mutasi brown termasuk resesif sex-linked. Artinya, semua keturunan dari dua burung normal apabila menghasilkan mutasi brown dipastikan berjenis kelamin betina.
Di alam liar, mutasi brown jantan sangat jarang ditemui, karena brown jantan hanya dapat diturunkan dari induk betina brown dan induk normal jantan yg memiliki gen brown, atau kedua induknya brown. Probabilitasnya di alam liar sangat jarang terjadi.
4. Dilution
Dilution adalah penyimpangan genetik secara kuantitatif pada melanin (eumelanin dan phaeomelanin), dan jumlah pigmen yang tidak lengkap akibat konsentrasi pigmen berkurang.
Ada dua warna mutasi dilution: pastel dan isabel. Pada pastel, warna bulu hitam berubah menjadi abu-abu, sedangkan bulu merah kecokelatan berubah menjadi kuning kecokelatan. Pada isabel, bulu hitam berubah menjadi abu-abu.
5. Ino
Mutasi ino didefinisikan sebagai penyimpangan genetik akibat berkurangnya kualitas melanin (eumelanin dan phaeomelanin). Pada mutasi ini, tidak terjadi oksidasi pada eumelanin dan phaeomelanin, atau boleh dibilang tidak ada atau hilang.
Akibatnya, warna bulu hitam akan berubah menjadi cokelat sangat muda (pale brown), hampir putih. Bulu-bulu tua terlihat hampir putih, apalagi jika sering terkena sinar matahari.
Pada mutasi ini, mata burung terlihat berwarna kemerahan sebagaimana pada mutasi albino. Hanya saja, penglihatan burung jauh lebih bagus ketimbang albino. Seperti halnya brown, mutasi ino termasuk resesif sex-linked.
6. Schizochroism
Schizochroism didefinisikan sebagai kekurangan pada salah satu atau kedua jenis melanin (eumelanin dan phaeomelanin). Dua bentuk penyimpangan pada mutasi schizochroism adalah phaeo dan grey.
Phaeo adalah burung yang tidak memiliki eumelanin (non-eumelanin schizochroism). Pada kasus ini, warna bulu menjadi merah kecokelatan.
Adapun grey adalah burung yang tidak memiliki phaeomelanin (non-phaeomelanin Schizochroism). Burung yang mengalami mutasi ini hanya memiliki warna bulu hitam / abu-abu dan cokelat. Meski demikian, kedua mutasi (phaeo dan grey) ini sangat jarang terjadi.
7. Melanism
Mutasi melanism terjadi akibat kelebihan melanin pada burung. Ada dua bentuk penyimpangan pada kasus ini, yakni mutasi eumelanism dan phaeomelanism.
Eumelanism adalah mutasi akibat kelebihan eumelanin pada burung. Semua bulu berwarna hitam. Phaeomelanism adalah mutasi akibat kelebihan phaeomelanin. Akibatnya, bulu burung berwarna merah kecokelatan.
Semoga bermanfaat.