Penangkaran burung perkutut Kurnia BF Payakumbuh — Selama 10 tahun sejak 1997, Om Elzadaswarman Gaffar (akrab disapa Om Zeto) aktif mengikuti konkurs perkutut. Dia tidak hanya mengikuti konkurs di kotanya, Payakumbuh, atau daerah lain di Sumatera Barat, namun terkadang juga provinsi lain.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Sejak tahun 2007, Om Zeto mencoba beternak perkutut, dan mendirikan Kurnia BF di Kota Payakumbuh. Dua tahun kemudian, dia percaya menjadi ketua Pengda P3SI (Persatuan Pelestari Perkutut Seluruh Indonesia) Payakumbuh, dan bertahan sampai sekarang.
Menurut dia, beternak perkutut sangat unik dan menantang. “Kita harus sabar dan jeli melihat kelemahan induk jantan dan betina. Kalau pun punya induk bagus, belum tentu saat dikawinkan mudah untuk mendapat anakan yang bagus pula,”ungkap Om Zeto yang juga menjabat kepala Dinas Kesehatan Kota Payakumbuh.
Kurnia BF mengoleksi sejumlah induk perkutut yang berasal dari berbagai daerah di Sumatera Barat, Jawa Timur, Palembang, Jakarta, dan Bandung. Sebagian besar merupakan trah juara.
Namun trah juara bukanlah segalanya, jika tidak dibarengi dengan perawatan yang optimal. Kalau induknya trah juara, maka keturunannya berpeluang memiliki kualitas genetik yang bagus pula. Nah, perawatan yang optimal akan memaksimalkan kualitas hasil penangkaran.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Yang menarik, Kurnia BF menggunakan model poligami untuk pasangan induk. Burung dimasukkan di dalam kandang yang sudah disekat-sekat. Setiap sekat diisi setidaknya dua pasangan induk (sudah berjodoh), serta diberi gelodok.
Untuk menjaga kehangatan kandang, maka bagian bawah diberi pasir laut. Karena setiap sekat berisi paling tidak dua pasangan, maka setiap induk bisa kawin berganti pasangan (swinger).
Pakan utama induk perkutut berupa padi (gabah lokal) dan milet yang disediakan dalam cepuk terpisah. Om Zeto juga memberikan pakan tambahan merek Semar produksi Om Andi (Bekasi). Air minum wajib diganti setiap hari.
Selama ini, anakan perkutut hasil penangkaran Kurnia BF tetap dibiarkan dalam pengasuhan induknya. Jika sudah mulai mandiri, burung baru dipisahkan dari kandang induk.
Menurut Om Zeto, penggemar perkutut di Payakumbuh relatif masih sedikit. Karena itu, pemasaran anakan perkutut produksi Kurnia BF di kota itu juga relatif terbatas.
Namun, hal itu tidak menjadi masalah bagi Om Zeto. Sejak awal, dia memang menempatkan ternak burung perkutut sebagai hobi, bukan semata-mata ladang mencari rezeki.
Terkadang, selama sebulan penuh, belum ada yang membeli perkutut. Tapi kasus seperti ini hanya sesekali terjadi. Kalau direrata, omzet penjualan perkutut produksi Kurnia BF sekitar Rp 4 juta – Rp 5 juta. Harga per ekor bervariasi, mulai dari Rp 300.000 hingga Rp 1 juta.
Lantaran sudah ditekatkan sebagai hobi, Om Zeto bertahan untuk membesarkan Kurnia BF, dengan segala tantangannya. Sejak tahun 2009 hingga kini, Om Zeto juga menjabat sebagai ketua Pengda P3SI (Persatuan Pelestari Perkutut Seluruh Indonesia) Kota Payakumbuh. (neolithikum)
Penangkaran perkutut Kurnia BF
Kontak: Elzadaswarman Gaffar SKM, MPPM (WA 0812-6795-964)
Alamat: Jl Dr Soetomo No 13, Simpang Kurnia, Kelurahan Tiakar, Kecamatan Payakumbuh Timur, Kota Payakumbuh, Sumatera Barat.