Om Fernanda Triputra merupakan pemuda asal Ngawi yang kini kuliah di Jogja. Enam tahun lalu, saat masih tinggal di kampung halamannya, dia mulai belajar memelihara lovebird. Setelah belajar autodidak, dia mendirikan penangkaran lovebird bernama Fernanda BF.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Barangkali sudah menjadi rezeki bagi Om Fernanda, usaha yang diawali hanya dari iseng-iseng itu ternyata berbuah hasil. Produknya laris-manis di kalangan pemain lovebird karena sering moncer di lapangan.
Namun kita tidak dapat menafikan, ada kiat-kiat khusus sehingga lovebird hasil breeding Fernanda BF cepat laku. Semuanya bermuara pada kualitas produk, dan ini menjadi stategi marketing hampir seluruh produk barang dan jasa.
Asal tahu saja, ketika mulai memelihara lovebird, Om Nanda sebelumnya tak begitu paham tentang burung cantik tersebut. Saat itu, tahun 2013, dia minta uang kepada orangtuanya. Uang itu untuk membeli lovebird ijo seharga Rp 1,65 juta / pasang.
“Sambil merawat, saya juga belajar ternak lovebird secara autodidak. Ternyata pasangan lovebird bertelur, dan semua (lima) telurnya menetas. Pasangan itu kemudian berproduksi lagi hingga tiga periode,” ungkap Om Nanda kepada omkicau.com.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Semua anakan lovebird itu tak pernah dijualnya. Dia malah membeli lagi induk lovebird warna-warna lain. Suatu ketika, salah seorang teman menyarankan agar lovebird-lovebird hasil ternaknya dipasangi ring. Kata sang teman, “Kalau nanti berprestasi, biar gampang dikenal orang”.
Om Nanda menuruti nasihat tersebut. Dia memesan ring dengan kode Fernanda NGW. Benar saja. Beberapa waktu kemudian, beberapa lovebird hasil ternaknya moncer di lapangan. Akhirnya banyak pemain lovebird yang tahu dan mulai rajin mengambil produk ternakan Fernanda BF.
Tanpa disadari, dan terutama berkat nasihat teman tadi, Om Nanda sudah membuat branding tentang produknya. Branding itu berupa ring pengenal. Ketika burung berkualitas di arena lomba, maka brand itulah yang akan selalu dikenal orang.
Selain itu, ada interaksi antara Om Nanda selaku peternak (baca: produsen) dan para pembeli (konsumen). Istilah kerennya interaksi pascajual. Para pembeli sering mengabari kalau lovebirdnya menang lomba.
Fernanda BF: Kualitas produk menjadi kata kunci
Kualitas burung tentu saja tidak bisa dipisahkan dari dua faktor, yakni genetis (silsilah / trah) dan lingkungan (khususnya pakan dan perawatan).
Para ahli genetika bahkan menyebut ada tiga faktor, yakni genetis, lingkungan, dan interaksi antara genetis dan lingkungan. Dua ekor lovebird bersaudara, alias satu peneluran dari pasangan induk yang sama, belum tentu memiliki prestasi yang sama ketika keduanya dipelihara di lingkungan yang berbeda.
Lingkungan yang berbeda itu bisa berupa tempat pemeliharaan, kualitas pakan, dan model perawatannya. Ini merupakan sebagian dari contoh interaksi antara faktor genetik dan lingkungan.
Untuk menghasilkan anakan berkualitas, Om Nanda sangat selektif dalam memilih calon induk. Syarat calon induk yang baik antara lain postur bagus, sehat, durasi oke, dan sudah mencapai umur dewasa kelamin. Ini berlaku untuk burung jantan maupun betina.
“Calon induk jantan dan betina saya mandikan, kemudian dijemur dalam satu kandang. Hal ini berlangsung setiap pagi sampai siang, selama tiga hari. Tujuannya agar birahi keduanya naik, sekaligus untuk membuang lemak berlebih,” jelas Om Nanda.
Setelah kawin, pasangan induk akan berproduksi. Anakan yang menetas dibiarkan dalam perawatan induk. Namun jika jumlahnya lebih dari lima ekor, anakan lovebird akan diloloh menggunakan spet, terutama pada umur 8 hari atau lebih.
Meracik sendiri pakan lolohan
Pakan lolohan dibuatnya sendiri dengan bahan milet, canary seed, dan bubur Cerelac kacang hijau. Awalnya milet dicampur canary seed, dan diselep menjadi tepung. Setelah itu dicampur Cerelac yang sudah diseduh dengan sedikit air.
Agar bulu-bulunya tumbuh bagus, anakan lovebird diberi 1 butir minyak ikan yang dicampur dengan pakan lolohan. Selain bagus untuk bulu, minyak ikan juga bisa menambah nafsu makan. “Pemberian minyak ikan dilakukan setiap malam,” jelas Om Nanda.
Ketika berumur 1,5 bulan, anakan lovebird menjalani program terpadu yang nampaknya berpengaruh besar terhadap kualitasnya ketika mengikuti lomba. Misalnya anakan lovebird dilatih fisik. dengan cara berenang, atau ditaruh dalam kandang polier panjang.
“Pada umur 1,5 bulan, anakan lovebird masih saya beri kangkung dan jagung. Tapi jika sudah berumur dua bulan, pakan hariannya cukup milet putih plus canary seed kiloan. Vitamin saya berikan dua kali seminggu,” ujarnya.
Tak hanya itu, anakan lovebird juga menjalani program pemasteran, meski hanya menggunakan audio mp3 pada ponsel, dengan nada burung-burung gacor, serta diputar setiap malam sehabis burung mandi.
Omzet per bulan Rp 10 juta – Rp 25 juta
Dengan tips seperti itulah, lovebird-lovebird hasil penangkaran Fernanda BF diminati para pemain. Pelanggannya tidak hanya dari Ngawi, tetapi juga beberapa kota di wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, DIY, dan Jambi.
Saat ini Fernanda BF Ngawi memiliki sekitar 30 pasangan induk. Setiap bulan rata-rata bisa menjual 30 ekor anakan lovebird, dengan harga mulai Rp 250.000 hingga Rp 1 juta / ekor. Omzet penjualan fluktuatif, mulai dari Rp 10 juta hingga Rp 25 juta per bulan.
Khusus untuk anakan trah juara, penjualan rata-rata 5-10 ekor per bulan. Fernanda BF bahkan memberikan garansi durasi oke untuk anakan trah juara.
Karena sekarang kuliah di Jogja, penangkaran lovebird Fernanda BF lebih banyak dikelola ayah dan ibunya. “Sekarang saya hanya bisa seminggu sekali pulang ke Ngawi,” tandasnya. (neolithikum)
Breeding lovebird Fernanda BF
Kontak: Om Fernanda Triputra (WA: +62 857-0865-3431)
Alamat: Desa Sidolaju RT 009 / RW 004, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.