Kutilang (Pycnonotus aurigaster) termasuk burung legendaris di Indonesia, bahkan diabadikan dalam lagu yang selalu diajarkan di bangku taman kanak-kanak. “Di pucuk pohon cemara / burung kutilang berbunyi…,” demikian penggalan Kutilang karya Ibu Sud. Sayangnya, pamor kutilang kurang moncer di kalangan kicaumania Indonesia. Padahal di Thailand, Malaysia, dan Singapura, kutilang kini justru digandrungi banyak orang, terutama jenis kutilang jambul (Pycnonotus jocosus). Mereka menyebutnya sebagai red whiskered bulbul.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Lomba burung kutilang jambul belakangan ini kerap digelar di Thailand, Malaysia, dan Singapura. Setiap lomba rata-rata diikuti 1.000 peserta atau lebih. Beberapa waktu lalu, berlangsung Lomba Kutilang Jambul di Songkhla, kota kecil di wilayah selatan Thailand yang berbatasan dengan wilayah utara Malaysia.
Selain kutilang jambul, panitia lomba juga membuka kelas shama (murai), pleci, dan sebagainya. Tetapi jumlah kutilang jambul yang berlaga mencapai 6.000 ekor, jauh mengalahkan murai yang hanya diikuti 99 ekor. Hadiah yang disediakan pun lebih besar, yaitu 4.000 – 12.000 dolar Singapore, sedangkan kelas murai yang menyediakan hadiah 600 – 800 dolar Singapore.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Hukum ekonomi pun berjalan: di mana ada permintaan (demand), pasti akan diikuti dengan penawaran (supply). Kaum bermodal pun berlomba-lomba menangkar kutilang jambul. Sejauh ini, stok yang ada selalu habis terserap pasar. Tidak berlebihan jika kutilang jambul sekarang menjadi salah satu bird trend di Thailand, Malaysia, dan Singapura.
Apa sih daya tarik burung ini sehingga mampu menyedot perhatian para penggemar burung di tiga negara tersebut. Saya tidak perlu menjawab. Silakan dengar suaranya di sini. Bandingkan pula suaranya dengan kutilang asli Indonesia (download di sini).
Selain ocehannya, kutilang jambul juga memiliki penampilan yang cukup cantik. Burung ini juga memiliki gaya berdiri yang tegak (nagen) dan tingkah laku yang tidak terlalu agresif. Gaya berdiri yang tegak dan jambulnya yang menyembul-memanjang sangat menggemaskan para penggemar burung.
Semogga artikel ini bisa menginspirasi kicau mania di Indonesia untuk mulai memelihara atau menangkar kutilang. Jika peminatnya sudah cukup banyak, panitia penyelenggara atau EO bisa memfasilitasi dengan membuka kelas kutilang. Perlu dipertimbangkan bersama, apakah spesies yang ingin dipopulerkan adalah kutilang asli Indonesia (Pycnonotus aurigaster), atau kutilang jambul (Pycnonotus jocosus). Monggo didiskusikan bersama.
Salam sukses dari Om Kicau.
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.
Kalau tidak salah, dahulu sekitar tahun 70an – 80an, kutilang termasuk pionir burung lomba di Indonesia. Sebelum pamornya memudar seiring bermunculan burung2 jenis lain yang lebih variatif
Groups merbah jambul
http://m.facebook.com/groups/117258504974036?refid=27
Saya piara 2 ekor.. suara hampir mirip dgn kutilang lokal, cm beda di dialek dan lbh variatif kutilang jambul…
kalo menurut saya suaranya kurang menarik kalau dilombakan…. mending dengerin burung riario…
seandainya ada kelas kutilang, tentu dunia perburungan indonesia sudah bebas dr cap pelaku diskriminasi dan perampasan hak oceh burung kutilang.
harus di bikin kelas tersendiri, tidak hny kutilang, kenari lokal jg perlu di angkat, tledekkan & branjangan riwayatmu kini…..
Sudah banyak para kelompok, paguyuban, persaudaraan, pecinta, pemerhati, penghoby, yg khilaf menciptakan peluang bagi burung2 yg di asingkan, lupa akan market simbiosis mutualisme jangka panjang dan hanya terpaku pada hybried baru yg adu mewah, yg mayoritas di menangkan oleh juragan2 trah KW1….
Kapan ya bisa denger gemuruh teriakan peserta lomba kelas kutilang dalam arena lomba yg berslogan Non teriak…..
he..he..he………..kutilang…kutilang…………gara2 sering ada tilangan di jalan, kutilang jd di icon bencana………
saya dulu punya burung ini, suaranya bagus,:)
klo di indonesia ada yg udah ngejualjenis ini gak ya?
jadi kepingin..haha