Banyak sekali kawan KM yang mengeluhkan burungnya yang terkena katarak. Katarak merupakan salah satu “penyakit” yang biasa diderita burung. Penyebabnya macam-macam. Bisa karena faktor internal (makanan) dan faktor eksternal (cahaya silau).
Untuk yang pertama, konon (saya sebut konon karena saya belum pernah menemui secara langsung) adalah kebanyakan UH.
Sedangkan yang kedua, yang merupakan pengalaman sejumlah kawan di Solo, adalah penempatan burung yang tidak tepat ketika menjemur ataupun menggantang.
Hindari menggantang burung di tempat yang dekat dengan sumber sinar yang membuat burung silau. Misalnya, jangan menggantang burung di dekat tembok (terutama bercat putih) yang memantulkan sinar matahari ke arah sangkar burung dan tempat2 lain yang sejenis.
Hindari menggantang burung di dekat lampu (misalnya ketika digantang di dalam rumah di malam hari). Sinar lampu yang terlalu dekat dengan burung, bisa membuat burung terlalu silau dan hal ini bisa menyebabkan burung terkena katarak.
Tambahan, perhatikan sekeliling tempat burung biasa digantang. Kalau ada warna2 yang terlalu cerah yang bisa membuat burung silau, maka perlu diubah atau gantangan burungnya yang dipindah.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Salam,
Duto Solo
[Maaf titip pesan: Kalau Anda, saudara Anda, kenalan atau rekan Anda selalu galal mendapatkan pekerjaan, coba deh ikuti konsultasi menembus dunia kerja bersama tim saya, Tim GG. Gratis…tis. Klik saja di sini.]
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
Tanya (tanya jawab di Forum Kesehatan Burung kicaumania.org):
Om Duto saya pernah berdiskusi dengan salah satu dokter hewan…katanya katarak itu penyakit genetik, bila terkena pada burung kapanpun pasti akan menyebabkan kebutaan dan ini sulit dihindari..pendapat Om Duto bagaimana?
Karena saya punya pengalaman yg cukup pahit dengan burung katarak..burung saya sudah jaga dari kelebihan sinar atau cahaya langsung, EF pun dijaga sedemikian rupa tapi tetep katarak dan sekarang sudah buta sebelah matanya..untuk kasusu seperti ini piye om?
sebelumnya maturnuwun sanget.
Bayu
Jawab:
Bisa jadi seperti itu, tetapi genetik yang bagaimana? Sebab hal itu kan lalu bisa disebut sebagai “penyakit keturunan”. Sama seperti manusia, ada yang disebut penyakit keturunan. Lha kalau penyakit keturunan kok begitu banyak, lantas benar juga kalau ada yang guyonan “Kalau begitu Nabi Adam itu penyakitnya banyak banget ya?” Nah ini kan nggak lucu.
“Penyakit keturunan” sebenarnya ada yang menurun lewat gen, tetapi ada yang menurun berdasar struktur organ tubuh. Orang yang berpenyakit asma, biasanya menurunkan keturunan yang juga berpenyakit asma, nah bagaimana logikanya? Logikanya, yang “menurun” itu sebenarnya adalah kesamaan struktur organ tubuh. Orang dengan bidang dada sempit (yang membuat orang mudah kena penyakit asma ataupun TBC) misalnya, akan menurunkan anak yang cenderung berdada sempit juga, dan kondisi ini memang berisiko besar kena penyakit asma atau sesak nafas. Apalagi dalam kasus TBC, mereka akan sering kontak dalam hidup keseharian dan akhirnya berisiko besar tertular.
Sedangkan katarak sebenarnya adalah tumbuh/munculnya lapisan kerak di bola mata atau bagian luar retina. Munculnya lapisan ini memang cenderung terjadi pada semua burung. Hanya saja, satu dan lainnya berbeda kondisinya tergantung kondisi lingkungan dan fisik burung bersangkutan. Faktor2 makanan dan silau cahaya misalnya, sebenarnya hanyalah faktor antara, yang bisa mempercepat tumbuhnya lapisan kerak pada bola mata.
Dengan meminimalisasi faktor2 pemicu, maka proses tumbuhnya kerak bisa diperlambat atau bahkan dicegah agar tidak tumbuh dan mengganggu.
Untuk kasus burung Anda, apa itu burung sejak kecil memang Anda yang nanganinya, sehingga bisa benar2 dikatakan terjaga? Kalau tidak, bagaimana kondisi rawatan sebelumnya?
Coba diteliti secara lebih cermat untuk megembangkan diskusi ini.
Duto
Komentar (Om Yulpri):
Kalau ane juga pernah denger penjelasan dari dokter hewan, bahwa katarak itu emang penyakit keturunan. Dan percaya ini mengingat penjelasannya yang cukup masuk akal dan berdasarkan keilmuannya. Ini pernah ane tanyakan juga di Forum ini dan dijawab oleh drh Edi. Linknya:
http://www.kicaumania.org/forums/sho…hlight=katarak
Menurut penjelasan beliau, ini ane kutip:
“katarak pada burung merupakan pengeruhan pada lensa mata burung sehingga lensa burung terlihat berwar titik putih. jika prosesnya melanjut maka warna putihnya akan semakin membesar. Biasanya terjadi pada salah satu bola mata lebih dulu, dan jika melanjut dapat terjadi pada kedua lensa mata burung. Kejadian katarak terjadi hampir pada semua jenis burung anis merah, anis kembang, kenari, murai batu dan burung lainnya. Dari berbagai literatur yang ada menjelaskan bahwa penyebab utama katarak adalah faktor genetis. Hal ini bisa terlihat pada kasus di lapangan. Misalnya burung kenari jenis YorkShire lebih sering mengalami katarak dibandingkan jenis holand karena banyak kenari jenis YS yang kena katarak sehingga keturunannyapun ada yang mengalami katarak. Mitos yang beredar di kicaumania agak lucu dan tidak benar yaitu katarak disebabkan penjemuran yang terlalu lama atau katarak karena pemberian ulat hongkong. Semua mitos tersebut tidak benar.
Seperti pada manusia, pengeruhan lensa mata dapat diatasi dengan penggantian lensa mata melalui sebuah operasi mata. Sayang sekali hingga kini belum ada industri yang membuat lensa mata burung, sehingga nasib burung yang sakit katarak belum sebaik manusia. Alhasil katarak pada burung belum dapat disembuhkan.
Para peneliti melaporkan pemberian vitamin A dan pemberian nutrisi yang lengkap pada burung dapat menunda proses katarak karena proses reaksi reaksi enzimatis dalam tubuh berlangsung lebih sempurna. saya sangat menganjurkan pemakaian vitamin dan suplemen yang tepat untuk memenuhi nurti pada burung karena kebutuhan gizi burung sangat tergantung pada nutrisi yang diberikan oleh sang pemiliknya (drh.Edi Boedi).”
Nah menurut penjelasan om Duto dan Om Dokter Edi ini, ane pikir singkron, katarak pada Burung bisa diperlambat prosesnya dengan perawatan yang tepat. Bisa jadi dengan nutrisi yang cukup dan seimbang.
Mengenai ujar2 Om Duto yang menyatakan, kasihan nabi Adam banyak sekali penyakit yang diturunkan.. hehehe nurut ane nggak gitu juga. Penyakit ini bisa datang dari proses evolusi yang panjang, bisa jadi suatu proses mutasi yang menyebabkan mahluk hidup terkena suatu penyakit. Dan penyakit yang datang ini bisa diturunkan juga. Jadi yah belum tentu dari Nabi Adam. Bisa jadi dari cucunya yang kesekian, trus kena Mutasi, trus sakit, mutasi ini merubah struktur gen-nya dan sialnya ini bisa diturunkan..
Makin menarik kan bahasannya.. hehehe ..
Komentar Duto untuk Om Yulpri:
Kalau soal penjelasan drh Edi, saya tidak tahu apakah itu referensi khusus katarak pada burung ataukah pada manusia?
Kalau pada burung, mungkin pernah dilakukan penelitian dan ada referensinya. Tetapi sejauh ini, referensi soal katarak adalah katarak pada manusia. Nah untuk yang satu ini, saya lebih percaya kepada doker spesialis mata. Mereka (American Academy of Ophthalmology), hanya menyinggung sedikit soal faktor genetis. Sebab, penyebab katarak lebih banyak karena faktor luar (penyakit degeneratif; penurunan daya tahan tubuh dan bukan “penurunan” dalam arti genetis). (http://www.jakarta-eye-center.com/de…=artikel&id=53).
Selain itu, ahli yang lain mengatakan bawa “Penyakit katarak banyak terjadi di negara-negara tropis seperti Indonesia. Hal ini berkaitan dengan faktor penyebab katarak, yakni sinar ultraviolet yang berasal dari sinar matahari. Penyebab lainnya adalah kekurangan gizi yang dapat mempercepat proses berkembangnya penyakit katarak”. (http://www.geocities.com/infokeben/katarak.htm).
Pada artikel lain (http://www.majalah-farmacia.com/rubr…asp?IDNews=816) disebutkan bahwa berdasar penyebabnya, maka ada katarak kongenital, katarak komplikata, katara senilis dan katarak traumatik.
Di sana tidak disinggung soal genetika.
Tetapi mohon maaf, itu tadi referensi katarak pada manusia. Kalau pada hewan (karena Pak Edi adalah dokter hewan), saya benar-benar belum mendapatkan referensinya kecuali memang dari drh Edi itu sendiri yang dikutip Om Yulpri.
Salam,
Duto
Komentar balik Om Yulrpi:
OK Om Duto, ane senang dan bangga diskusi ama Om Duto yang dari dulu ane kagumi tulisan-tulisannya…
Dari reffrensi yang om Duto tuliskan, ane kutip nih dari http://www.jakarta-eye-center.com/de…=artikel&id=53:
“Apakah Penyebab Katarak ?
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas.
Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda. Penyebab katarak lainnya meliputi :
* Faktor keturunan.
* Cacat bawaan sejak lahir.
* Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
* Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
* Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.
* Operasi mata sebelumnya.
* Trauma (kecelakaan) pada mata.
* Faktor-faktor lainya yang belum diketahui.
Jelas di sini ane lihat faktor keturunan merupakan salah satu faktor munculnya katarak”.
di http://www.geocities.com/infokeben/katarak.htm ane kutip lagi:
“katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda. Penyebab katarak lainnya meliputi :
* Faktor keturunan.
* Cacat bawaan sejak lahir.
* Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
* Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
* Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.
* Operasi mata sebelumnya.
* Trauma (kecelakaan) pada mata.
* Faktor-faktor lainya yang belum diketahui.
Kalau berdasarkan jenis kataraknya emang benar sumber yang om Duto sampaikan menuliskan bahwa:
Secara umum terdapat 4 jenis katarak seperti berikut.
1. Congenital, merupakan katarak yang terjadi sejak bayi lahir dan berkembang pada tahun pertama dalam hidupnya. Jenis katarak ini sangat jarang terjadi.
2. Traumatik, merupakan katarak yang terjadi karena kecelakaan pada mata.
3. Sekunder, katarak yang disebabkan oleh konsumsi obat seperti prednisone dan kortikosteroid, serta penderita diabetes. Katarak diderita 10 kali lebih umum oleh penderita diabetes daripada oleh populasi secara umum.
4. Katarak yang berkaitan dengan usia, merupakan jenis katarak yang paling umum. Berdasarkan lokasinya, terdapat 3 jenis katarak ini, yakni nuclear sclerosis, cortical, dan posterior subcapsular. Nuclear sclerosis merupakan perubahan lensa secara perlahan sehingga menjadi keras dan berwarna kekuningan. Pandangan jauh lebih dipengaruhi daripada pandangan dekat (pandangan baca), bahkan pandangan baca dapat menjadi lebih baik. Penderita juga mengalami kesulitan membedakan warna, terutama warna birru. Katarak jenis cortical terjadi bila serat-serat lensa menjadi keruh, dapat menyebabkan silau terutama bila menyetir pada malam hari. Posterior subcapsular merupakan terjadinya kekeruhan di sisi belakang lensa. Katarak ini menyebabkan silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang, serta pandangan baca menurun.
Heheh jadi panjang nih,,…
Tapi seperti yang disampaikan om Duto, ini katarak pada Manusia, kalau pada burung emang mesti dicari lagi refrensi dan penelitiannya. Tx
Komentar untuk komentar Om Yulpri:
Ya itulah masalahnya Om. Soal penyakit keturunan itu apakah sifatnya genetis (seperti albino misalnya) ataukah “penyakit menurun” dalam konteks yang lain (saya belum menemukan referensi jelas yang menyebutkan bahwa hal itu terbawa oleh DNA orang tua/genetis). Kalau keturunan dalam konteks yang lain ini, di depan pernah saya tulis begini:
“Penyakit keturunan” sebenarnya ada yang menurun lewat gen, tetapi ada yang menurun berdasar struktur organ tubuh. Orang yang berpenyakit asma, biasanya menurunkan keturunan yang juga berpenyakit asma, nah bagaimana logikanya? Logikanya, yang “menurun” itu sebenarnya adalah kesamaan struktur organ tubuh. Orang dengan bidang dada sempit (yang membuat orang mudah kena penyakit asma ataupun TBC) misalnya, akan menurunkan anak yang cenderung berdada sempit juga, dan kondisi ini memang berisiko besar kena penyakit asma atau sesak nafas. Apalagi dalam kasus TBC, mereka akan sering kontak dalam hidup keseharian dan akhirnya berisiko besar tertular.
Nah mangga dilanjut.
Salam,
Duto