Dalam situasi ketidakpastian dan krisis kepercayaan atas diri sendiri, manusia memang akan mencari pegangan. Nah, inilah kesempatan yang kemudian diambil oleh pihak lain yang pintar memanfaatkan situasi. Coba lihat itu kemunculan para dukun ramal di televisi. Entah itu yang diampu oleh orang-orang yang tadinya memang terkenal sebagai paranormal, seperti Imam Suroso, Joko Bodo, atau peramalam macam Mama Lauren, ataupun oleh entertainer macam Dedy Corbuzier.
Dengan gaya masing-masing, mereka menawarkan “bola ajaib” . Bola ajaib tersebut dikemas dengan beragam metode dan cara dan dibuat sedemikian rupa sehingga dengan bola itulah pemirsa televisi diyakinkan bisa menjenguk warna masa depan mereka.
“Kalau Anda pengin tahu jodoh Anda, ketik reg anu spasi anu, kirim ke 007”. Itulah salah satu bentuk kemasan atas komoditi yang saya sebut “komersialisasi nasib”. Nah, yang mereka jual sesungguhnya adalah sekadar prediksi harapan.
Tidak perlu Mama Lauren atau peramal siapapun dia, kalau sekadar mengamati tanggal lahir dan sebagainya, maka sudah ada “kamus besar”-nya. Di kalangan masyarakat Jawa, ada yang namanya primbon, yang biasa dijadikan sebagai rujukan dalam “petung”. Di kalangan budaya lain ada “petung” berdasar shio, nama rasi bintang dan sebagainya.
Dengan berdasar “petung” seperti itu, bisa dibuat kemudian semacam program aplikasi komputer untuk menjawab atau menanggapi secara otomatis setiap SMS yang masuk dari orang-orang yang bimbang atas nasib mereka di masa depan.
Terlepas dari kesadaran kita bahwa hal itu pada dasarnya sekadar “komersialisasi nasib”, maka penjualan komoditas semacam itu secara massal melalui tayangan televisi sesungguhnya merupakan hal yang berbahaya. Tayangan seperti itu pasti akan meracuni hati dan pikiran anak-anak kita bahwa perjalanan mereka ke depan bisa diubah hanya dengan “ketik reg spasi anu, kirim ke 007”.
Meski tayangan di televisi untuk tawaran seperti itu hanya sesekali dan dengan durasi pendek, maka itu tetap merupakan kategori siaran berbau mistik; dunia paranormal. Dan untuk siaran semacam ini, aturan main dunia penyiaran (P3 dan SPS) menegaskan harus disiarkan di atas jam 22.00 sebagaimana siaran yang membahas masalah kesehatan reproduksi, seksualitas dan sejenisnya.
Kenyataannya apa? Sejak pagi hingga pagi lagi, kita menjumpai siaran “komersialisasi nasib” bertebaran di sela-sela acara televisi. Pertanyaannya, sampai kapan racun seperti itu bisa menghilang dari paparan mata anak-anak kita? KPI… ayo bangun!
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Pernah saya tulis di wikimu.
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
Ha..ha..ha.. (ikutan om Duto)
bagi yang nggak PD dan penasaran, strategi mbah dukun modern itu ternyata ampuh lho…mbah dukunnya tambah terkenal dan tambah pemasukan, dan bagi pasiennya tambah mumet kehabisan pulsa
Mas Duto, ini salah satu alasan mereka beriklan di TV :
Di sebuah gubuk reyot terlihat seorang paranormal yang sedang duduk bersila, kedua telapak tangannya ditempelkan di depan dada, mata terpejam dengan berkonsentrasi penuh. Sudah beberapa kali dia menghela nafas panjang. Sepertinya dia gagal dalam menuntaskan pekerjaannya. Keringat membasahi keningnya.
“Gagal maning…gagal maning..” Gumam Ki Paranormal
“Kenapa Ki?” tanya cantriknya yang sedari tadi duduk di sebelah gurunya.
“Gara-gara handphone, semua pekerjaanku berantakan begini. Bisa-bisa klien tidak mau datang lagi untuk meminta pertolonganku” Ki Paranormal masih saja bergumam untuk dirinya sendiri.
“Kok begitu sih Ki, apa hubungannya dengan handphone?” si cantrik makin penasaran saja.
“Frekuensi keparanormalanku terganggu oleh lalu lalang frekuensi handphone. Gila, semenjak Tower BTS dibangun di mana-mana, frekuensiku jadi kacau. Ramalan-ramalanku jadi meleset. Santet yang kukirim raib di pusaran medan elektromagnetik yang ditimbulkan oleh pemakaian handphone. Capek deh…” Ki Paranormal menjelaskan kepada cantriknya.
Cantrik ini tergolong cerdas, dengan tak segan-segan dia mengusulkan sesuatu kepada Ki Paranormal.
“Ki, kenapa frekuensi keparanormalan kepunyaan Aki tidak diinstal ulang supaya sesuai dengan frekuensi handphone. Aki bisa milih, mau yang CDMA atau GSM. Tapi kalau menurut saya sih mending ke GSM, karena jaringannya luas. Saya yakin klien-klien kita pada menggunakan GSM” kata si cantrik.
Ki Paranormal mengerutkan dahinya. Usulan cantriknya masuk akal juga.
“Terus, bagaimana caranya?” tanya Ki Paranormal tanpa sungkan.
“Pakai SMS dong Ki. Aki tidak perlu bertatap muka dengan klien, mereka akan mengirim SMS ke Aki, kemudian Aki tinggal menjawab atau menanggapi SMS yang masuk. Sederhana kok Ki,” kemudian dengan panjang lebar si cantrik ini menjelaskan ke gurunya.
Tidak begitu lama, Ki Paranormal sudah muncul di stasiun-stasiun TV nasional dan di koran-koran. Benar kata si cantrik, Ki Paranormal tidak perlu berkonsentrasi menghabiskan energi. Sekarang, dia bisa melayani kliennya sambil makan, tiduran atau baca koran.
Caranya, ketik REG (spasi) NASIBKU kirim ke 3030 ganul-ganul) dengan tarif Rp 2.000 per SMS.
Komentar saya:
Hahahahaha….
Terima kasih Om…
Salam,
Duto Solo