Sejumlah pengunjung www.omkicau.com menanyakan mengenai burung yang baru saja mereka beli dengan pertanyaan “kapan burung saya siap dilombakan” atau juga “bisakah burung saya jadi jawara”.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Mereka yang bertanya rata-rata mengaku pemula. Saya tidak tahu apakah mereka benar-benar pemula atau sekadar merendah sebagai pemula.
Kalau benar Anda adalah pemula, maka ada baiknya meresapi apa yang pernah saya tulis di milis kicaumania yang kemudian saya transfer ke kicaumania.org dan sekarang saya daur ulang dengan sejumlah catatan tambahan dan penekanan.
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
Perlu diketahui bahwa burung jawara bukanlah burung yang disetting secara untung-untungan. Juga burung yang “tiba-tiba jadi jawara”. Banyak proses untuk menuju ke sana. Memang benar, bahwa dalam menjalankan hobi burung, kita mempunyai harapan dan juga mimpi-mimpi.
Hal pertama yang banyak kita impikan adalah burung kita bisa gacor dan bersuara kualitas lomba. Itu semua bisa menjadi kebanggaan dan suatu hari nanti harga transfernya bisa gila-gilaan, sampai puluhan bahkan ratusan juta rupiah.
Oke. Kali ini saya perlulah mencoba mengajak teman-teman penghobi burung untuk merenungi persoalan ini agar kita yang penuh dengan mimpi tidak menjadi kecewa atau bahkan putus asa di kemudian hari.
Cerita sukses tentang burung kicauan (saya membatasi diri pada burung kicauan; karena untuk perkutut misalnya, itu ada cerita tersendiri pastinya) adalah cerita panjang.
Kicauan yang mempunyai segudang prestasi, tidak jadi hanya dalam sehari. Dia memulai harinya dengan ditangkap manusia dari hutan (untuk bakalan hutan); atau dipelihara sejak kecil (untuk hasil tangkaran).
Dari tangan pertama, burung dipelihara sampai bisa jinak dan mau bunyi di hadapan banyak manusia (biasanya juga sudah berganti pemilik sampai dua-tiga kali). Kemudian burung masuk ke sejumlah arena latber dan/atau lomba.
Pada kali pertama lomba, sebagus apapun dia bunyi, biasanya tidak juga dilirik dengan antusias oleh juri atau penghobi lain. Dalam kondisi ini, maka nilai transfer burung tersebut tidaklah bisa langsung melejit sampai sekian juta apalagi puluhan juta rupiah. Sebab, burung yang berkualitas, memerlukan sekian kali terjun ke arena lomba sebagai ujian apakah burung itu benar-benar stabil dan bukan karbitan (doping dll).
Untuk lomba pun, sehingga nilai transfernya tinggi, tidak hanya di satu kota/blok. Dia harus melanglang buana ke berbagai kota sebagai batu ujian. Jika dalam berbagai event tersebut dia bisa tampil minimal selalu masuk 10 besar, barulah namanya mulai dikenal luas di kalangan penghobi. Dalam kondisi inilah nilai transfer burung bisa mencapai puluhan bahkan ratusan juta rupiah.
Oleh karena itu teman, janganlah kita silau dengan harga burung-burung kelas lomba karena burung-burung itu telah benar-benar teruji dan karenanya kita harus memakluminya. Atau sebaliknya, kita jangan minder kalau burung kita kok sekadar seharga puluhan atau ratusan ribu. Belum tentu burung kita jelek/tidak berkualitas. Hanya saja, untuk membuktikannya kita perlu terjuan dalam sejumlah arena lomba sebagai ajang pembuktian.
Masalahnya, untuk melakukan hal itu, kita memerlukan tenaga dan dana yang sungguh tidak kecil. Untuk menerjunkan burung pada 10 kali lomba di kota berlainan saja misalnya, dana yang terkuras bisa mencapai puluhan juta.
Singkat cerita, burung yang berprestasi bagus biasanya bukanlah burung yang masih dimiliki tangan pertama. Dia biasanya sudah berganti pemilik bahkan mungkin sampai 5 atau 10 kali pemilik dan sudah melalui 4-5 kali masa mabung dengan pola master yang berbeda-beda dan ….. nilai transfernya pun meningkat secara perlahan, dimulai ratusan ribu, 1-2 jutaan, puluhan juta, barulah ratusan juta.
Dengan demikian, seandainya kita beli burung bakalan dan mendapatkan burung yang berbakat bagus misalnya, maka janganlah kita terlalu berharap suatu saat nanti burung kita bisa menjadi burung berkualitas dengan harga transfer sampi puluhan juta, kecuali kita memang sudah memeliharanya dengan pola master yang betul, sampai 2-3 tahun (melalui 4-5 kali masa mabung), sehingga burung benar2 stabil, dan otomatis juga mengeluarkan dana sampai jutaan rupiah untuk menguji keandalan dan kecanggihan momongan kita itu di berbagai arena lomba.
Maka, cukuplah kita berbahagia kalau telah memelihara/memiliki burung yang menurut kita memang bagus, tidak peduli bagaimana kata juri atau berapa harga yang pantas untuk burung kita.
Kalaupun kita punya harapan dan mimpi-mimpi, maka semuanya harus diraih dengan perjuangan dan bahkan dana yang tidak sedikit. Dunia perburungan sama dengan dunia nyata pada umumnya, memerlukan proses dan pentahapan. Kita tidak bisa menggantungkan pada keberuntungan.
Keberuntungan pada dunia perburungan biasanya hinggap pada orang-orang tertentu yang memiliki kejelian, insting tajam, dan mampu “membau” apakah burung tertentu memiliki keistimewaan atau bakat istimewa tertentu, sehingga dia bisa bilang, “Burung ini bagus”, atau, “Burung ini jelek”, hanya dengan melihat bodinya atau sekadar suara bukaannya.
Namun perlu diingat pula, bahwa kejelian, insting dan kemampuan “membau” pun tidak bisa dimiliki secara serta merta atau otomatis. Itu hanya dimiliki orang-orang yang mau dan sempat belajar secara serius dan intens soal perburungan.
Demikianlah teman. Jangan kecil hati kalau kita mempunyai burung ini-itu dan ternyata “hanya biasa2 saja” meski kita sudah berusaha semaksimal mungkin untuk merawatnya.
Kalau Anda pengin punya burung yang benar2 bagus, tentunya hanya jalan pintas yang perlu Anda ambil, yakni mendatangi lomba dan membeli burung2 juara seberapun pun nilai transfernya.
Kembali kepada pertanyaan yang saya ambil sebagai judul tulisan ini, “Pemula punya burung jawara, mungkinkah?”, maka jawabnya secara gampang “Tidak”. Kecuali, ya kecuali, kita mau mengeluarkan uang yang sepadan besarnya untuk membeli sesuatu yang bernama “juara”.
Tetapi, sekali lagi, jawara atau bukan jawara, kalau kita adalah penghobi burung, maka tidak ada persoalan bagi kita. Mau jawara atau bukan, asal kita senang dan enjoy memeliharanya, maka akan membuat hati ini senang.
Jadi…tidak punya burung jawara? Hehehe…cuek bin enjoy aja Bro….
Salam.
Sumber foto: muhcardai.wordpress.com