Buah-buahan banyak digemari masyarakat karena rasanya yang bermacam-macam dan kandunganya seperti serat dan vitamin. Salah satu cara mendapatkan buah adalah dengan menanamnya di pekarangan rumah. Untuk pekarangan sempit tentu saja punya keterbatasan dalam menanam tanaman buah, begitu juga untuk rumah yang tidak memiliki pekarangan.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Masalah keterbatasan tersebut dapat diatasi dengan menanam tabulampot (tanaman buah dalam pot). Kini tabulampot, di tengah semakin sempitnya lahan perkotaan, bukan hanya sebagai tanaman penghasil buah yang digemaari dan trendy, tetapi juga merupakan tanaman hias yang dapat memberikan keindahan, bahkan bisa menjadi karya seni yang bernilai tinggi.
Berikut ini agroburung menyajikan tulisan tentang tanaman buah dalam pot yang dirangkum Herry Firdaus Agoes dari berbagai sumber, yang saya ambil dari link ini.
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
Banyak jenis tanaman buah yang dapat dijadikan tabulampot, dalam memilih dan memeliharanya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Agroklimat (tanah dan iklim).
Bila hal ini bisa disesuaikan tanaman bisa menghasilkan buah, tetapi bila hal ini tidak sesuai, tanaman mungkin bisa tumbuh tetapi tidak bisa menghasilkan buah. Tanah (media tanam) secara umum adalah campuran tanah subur, pupuk kandang dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Sebagian tanaman memerlukan media tanam dengan campuran yang salah satu bagiannya lebih banyak.
Tanah yang dipakai adalah tanah subur dengan ciri berwarna hitam gelap, fungsinya untuk tempat tumbuh dan berdiri kokohnya tanaman.
Pupuk kandang yang umum dipakai adalah kotoran sapi. Pakailah pupuk kandang yang sudah masak, dengan ciri tidak basah, tidak panas dan remah (kalau digenggam hancur).
Fungsi pupuk kandang adalah sebagai sumber makanan bagi tanaman dan sebagai pengikat air, agar media tidak cepat kering.
Pasir yang dipakai adalah pasir sungai dan disaring agar besar butirannya rata. Fungsi pasir ini untuk mempermudah mengalirnya kelebihan air dalam media tanam dan mengurangi mengerasnya media tanam. Fungsi pasir ini dapat diganti dengan serbuk gergaji atau sekam padi, tetapi bahan ini cepat lapuk, kelebihannya bobot yang ringan, memudahkan memindah tabulampot.
Faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah suhu, kelembaban, curah hujan dan banyaknya sinar matahari. Curah hujan dan sinar matahari dapat diatur dengan pemberian naungan dan pengaturan penyiraman. Suhu dan kelembaban hanya dapat diatur dengan penggunaan rumah kaca, tanpa rumah kaca berarti harus menyesuaikan dengan kedua faktor tersebut. Suhu dan kelembaban udara sangat tergantung pada ketinggian tempat dari permukaan laut. Pilihlah tanam yang dapat tumbuh dan berbunga pada iklim yang sesuai dengan daerah kita.
2. Jenis bibit tanaman buah.
Banyak jenis tanaman yang bisa dijadikan tabulampot antara lain anggur, belimbing, jambu biji, jambu air, jeruk (keprok, nipis, manis, purut, siam dan sitrun), durian, kedondong, mangga, rambutan dan sawo.
Ada dua cara mendapatkan bibit tanaman yaitu generatif (dari biji) dan vegetatif (stek, cangkok, okulasi, sambung, kultur jaringan). Untuk tabulampot pilihlah bibit berasal dari pembiakan vegetatif karena cepat berbuah dan kualitas buah terjamin. Ciri dari bibit cangkok biasanya batang pendek tetapi percabangannya banyak. Ciri dari bibit okulasi adalah adanya bekas luka tempelan dan bekas pangkasan pada batang utamanya. Ciri dari bibit sambung adalah adanya bekas luka sambungan berbentuk V.
3. Pot.
Pilihlah pot yang ringan agar mudah memindah-mindahkannya, kuat agar tahan lama dan serasi dengan ukuran serta bentuk tanamannya.
Pot harus berlubang di dasarnya agar bisa membuang kelebihan air siraman. Pot sebaiknya mempunyai kaki agar terlihat tetesan air buangan untuk mengontrol kelancaran drainase dan mencegah tembusnya akar tanaman langsung ke tanah.
4. Penanaman
Sebaiknya menanam bibit ke dalam pot pada saat suhu udara tidak tinggi, yaitu pagi atau sore hari, sehingga tanaman gampang beradaptasi dengan lingkungan barunya.
5. Perawatan
Perawatan terdiri dari penyiraman, penggemburan tanah, pemupukan, pemangkasan bentuk, pembungaan dan pengendalian hama/penyakit tanaman. Penyiraman dilakukan apabila media tanam mulai kering, 1 atau 2 kali sehari tergantung suhu udara. Siramlah tanaman sampai terlihat air keluar pada lubang drainase pot. Penggemburan dilakukan apabila media tanam sudah mulai mengeras. Lakukan dengan hati-hati jangan sampai merusak akar.
Pemupukan dilakukan untuk menambah kesuburan media tanam. Pupuk yang umum dipakai adalah Urea (menyuburkan daun, mempercepat pertumbuhan), TSP (mempercepat pertumbuhan akar, merangsang pembungaan) dan KCl (memperkokoh batang, mencegah rontoknya bunga dan buah, memperkuat tanaman terhadap serangan hama). Untuk lebih praktis, pakailah pupuk lengkap yang disemprotkan di daun dengan cara pemakaian yang biasanya sudah tertera pada kemasan.
Pemangkasan dilakukan untuk membentuk tajuk tanaman agar bagus dan memperbanyak cabang dan ranting, sehingga memungkinkan jumlah bunga dan buah lebih banyak. Pemangkasan juga untuk membuang cabang-cabang yang tidak produktif atau cabang liar.
Pembungaan dapat dirangsang dengan 2 cara yaitu memanipulasi lingkungan dan menggunakan perangsang kimia. Memanipulasi lingkungan adalah mengkondisikan lingkungannya seperti di alam dimana biasanya musim buah diawali dengan musim kering dan disusul dengan musim hujan.
Tanaman dikurangi penyiramannya seminimal mungkin sampai beberapa hari, kemudian disiram bersamaan dengan pemberian pupuk untuk merangsang keluarnya bunga. Merangsang pembungaan dengan bahan kimia adalah penggunaan retardan (penghambat pertumbuhan vegetatif), sehingga cadangan makanannya dipaksa untuk dijadikan bunga dan buah. Retardan yang sering digunakan antara lain paklobutrazol.
Pengendalian hama dan penyakit tanaman ada 3 cara, yaitu fisik (dengan menggunakan alat, api atau tangan untuk mematikan hama/penyakit tanaman), kimia (menggunakan obatkimia yang biasanya disemprotkan) dan biologi (dengan menggunakan musuh/pemangsa alami dari hama/penyakit). Untuk tanaman dalam pot, pengendalian hama/penyakit tanaman lebih praktis dengan cara fisik.
6. Pergantian media tanam dan pot
Dilakukan apabila media tanam sudah sangat padat dengan akar tanaman dan pertumbuhan tanaman sangat lambat. Pada saat pergantian media tanam juga dilakukan pemangkasan akar, sehingga terbentuk rambut akar (ujung akar) baru yang berfungsi menyerap unsur hara dalam media tanam. Bersamaan dengan itu juga dilakukan pemangkasan tajuk/daun untuk mengimbangi pemangkasan akarnya. Pergantian pot biasanya dilakukan bersamaan dengan pergantian media tanam. Pergantian pot dilakukan untuk mengganti pot yang rusak atau mengganti ukuran yang lebih besar, karena tanamannya bertambah besar.
Beberapa petunjuk di atas hanyalah panduan sederhana untuk menanam tabulampot. (Herry Firdaus Agoes/omkicau.com)