Ini adalah tulisan mengenai seluk beluk probiotika yang sangat penting bagi hewan ternak, termasuk untuk burung (baik untuk penangkaran maunpun pemeliharaan sebagai hobi). Tulisan karya Agus Budiansyah, 2004; dan merupakan Makalah Falsafah Sains (PPs 702) Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor Desember 2004; Dosen Prof.Dr.Ir. Rudy C. Tarumingkeng (Penanggung Jawab), Prof.Dr.Ir. Zahrial Coto, Dr.Ir. Hardjanto, MS.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
PENDAHULUAN
Jumlah penduduk Indonesia yang semakin banyak dan berkembang pesat berakibat pula terhadap perkembangan usaha di sektor peternakan. Sektor peternakan dituntut untuk dapat menyediakan pangan yang cukup bagi penduduk Indonesia berupa protein hewani agar manusia-manusia Indonesia dapat menjadi manusia yang sehat, cerdas dan kuat. Untuk memenuhi permintaan akan protein hewani tersebut, salah satu sektor usaha peternakan yang cukup memadai untuk menjadi andalan adalah peternakan unggas, terutama ayam broiler dan ayam petelur.
Usaha peternakan dibidang perunggasan (ayam) dewasa ini semakin berkembang pesat dan meningkat sebagai konsekuensi dari meningkatnya jumlah penduduk yang selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan gizi proteinnya. Oleh karena itu usaha peternakan ini harus dikelola dengan sebaik-baiknya agar selalu menguntungkan serta produk yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat baik kuantitas maupun kualitasnya.
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
Dalam indutri peternakan, khususnya peternakan unggas, pemberian makanan tambahan berupa feed aditive atau feed supplement biasa dilakukan. Pemberian feed aditive tersebut dilakukan untuk memperbaiki performance / penampilan produksi dari ternak unggas. Bermacam-macam jenis feed aditive antara lain adalah obat-obatan, antibiotika atau hormon-hormon pertumbuhan. Akan tetapi pemberian feed aditive tersebut belakangan ini tidak memuaskan karena sedikit banyak mempunyai efek samping yang kurang baik, baik terhadap hewan ternaknya sendiri, maupun terhadap manusia yang mengkonsumsi hasil ternaknya. Sebagai contoh pemberian antibiotika dapat menyebabkan resistensi terhadap suatu jenis penyakit, sehingga penyakit tersebut sulit untuk disembuhkan dan bahkan dapat menyebabkan timbulnya jenis penyakit baru.
Penggunaan hormon-hormon pertumbuhan dapat menyebabkan efek yang kurang baik terhadap manusia yang mengkonsumsi hasil ternaknya, karena residu yang tertinggal dari hormon-hormon pertumbuhan pada daging atau telur ayam, secara tidak langsung akan ikut terkonsumsi juga oleh manusia yang memakannya dan terakumulasi dalam tubuh.
Belakangan ini mulai berkembang makanan tambahan jenis baru berupa probiotika. Probiotika merupakan suatu makanan tambahan atau feed aditive yang berupa mikroorganisme hidup, baik bakteri maupun yeast/kapang yang diberikan melalui campuran ransum atau air minum. Adapun tujuan pemberian probiotika adalah untuk memperbaiki keseimbangan populasi mikroba didalam saluran pencernaan, dimana mikroba-mikroba yang menguntungkan populasinya akan meningkat dan menekan pertumbuhan mikroba yang merugikan yang sebagian besar adalah mikroba penyebab penyakit (mikroba patogen). Pemakaian probiotika ini tidak mempunyai pengaruh yang negatif baik kepada ternaknya sendiri, maupun kepada manusia yang mengkonsumsi hasil ternaknya.
Pemberian probiotika juga sering digunakan sebagai alternatif untuk membatasi penggunaan antibiotika yang terlalu sering dalam pengobatan penyakit, untuk menghindari resistensi suatu jenis penyakit. Selain itu pemberian probiotika juga dapat digunakan untuk mengurangi atau mencegah terjadinya kontaminasi mikroba penyebab penyakit (mikroba patogenik) terhadap produk-produk hasil unggas, sehingga produkproduk yang dihasilkan terjaga kehigienisannya. Dengan demikian pemberian probiotika pada ternak unggas diharapkan akan mampu memperbaiki penampilan produksinya baik kuantitas yaitu jumlah ternak, daging atau telur yang dihasilkan lebih banyak, maupun kualitasnya berupa produk-produk yang sehat dan aman untuk dikonsumsi.
Makalah ini dibuat dengan pendekatan falsafah sains (Ontologi, Epistemologi dan Axiologi) untuk membahas konsep pemanfatan probiotika dalam meningkatkan penampilan produksi (produktivitas / performance) ternak unggas.
DEFENISI PROBIOTIKA
Istilah “probiotika” berasal dari bahasa yunani “probios” yang dalam biologi berarti untuk kehidupan. Istilah tersebut pertama kali digunakan untuk menjelaskan substansi (zat) yang disekresikan oleh suatu mikroba / mikroorganisme yang dapat memacu pertumbuhan (Fuller, 1992). Istilah probiotika didefinisikan kembali oleh Fuller pada tahun 1989 bahwa probiotika adalah sebagai makanan tambahan berupa mikroba hidup baik bakteri maupun kapang / yeast yang mempunyai pengaruh yang menguntungkan pada hewan inang dengan memperbaiki keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan (Fuller, 1992). Mikroba-mikroba tersebut secara alami telah ada dalam tubuh hewan, ternak atau manusia, dan merupakan bagian pertahanan tubuh karena membantu tubuh melawan mikroba-mikroba yang berbahaya bagi kesehatan. Didalam saluran pencernaan mikrobamikroba ini mendukung kesehatan saluran pencernaan.
McNaught and MacFie (2000) mengemukakan bahwa mikroba bisa dikatakan mempunyai status probiotika bila memenuhi sejumlah kriteria sebagai berikut:
1. Bisa diisolasi dari hewan inang dengan spesies yang sama;
2. Mampu menunjukkan pengaruh yang menguntungkan pada hewan inang;
3. Tidak bersifat patogen;
4. Bisa transit dan bertahan hidup dalam saluran pencernaan hewan inang;
5. Sejumlah mikroba harus mampu bertahan hidup pada periode yang lama selama dalam penyimpanan.
Walaupun istilah probiotika yang berkaitan dengan makanan tambahan (feed supplement) baru dimulai pada sekitar tahun 1974, tetapi penggunaan mikroba hidup sebagai makanan tambahan telah dimulai dari ratusan tahun sebelumnya. Makanan yang pertama sekali mengandung mikroorganisme hidup adalah susu fermentasi (Fuller, 1992), dan saat ini dikenal sebagai dadih di Sumatera Barat dan yoghurt yang banyak dijual dipasaran.
MEKANISME KERJA PROBIOTIKA
Mekanisme kerja dari probiotik masih banyak yang kontroversi, tetapi beberapa mekanisme berikut penting untuk menjadi bahan pertimbangan, antara lain adalah :
1. Melekat / menempel dan berkolonisasi dalam saluran pencernaan.
Kemampuan probiotika untuk bertahan hidup dalam saluran pencernaan dan menempel pada sel-sel usus adalah sesuatu yang diinginkan. Hal ini merupakan tahap pertama untuk berkolonisasi, dan selanjutnya dapat dimodifikasi untuk sistem imunisasi/ kekebalan hewan inang. Kemampuan menempel yang kuat pada sel-sel usus ini akan menyebabkan mikroba-mikroba probiotika berkembang dengan baik dan mikrobamikroba patogen terreduksi dari sel-sel usus hewan inang, sehingga perkembangan organisme-organisme patogen yang menyebabkan penyakit tersebut, seperti Eshericia coli, Salmonella thyphimurium dalam saluran pencernaan akan mengalami hambatan. Sejumlah probiotik telah memperlihatkan kemampuan menempel yang kuat pada sel-sel usus manusia seperti Lactobacillus casei, Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus plantarum dan sejumlah besar Bifidobacteria. (McNaught and MacFie, 2000).
2. Berkompetisi terhadap makanan dan memproduksi zat anti mikrobial Mikroba probiotika menghambat organisme patogenik dengan berkompetisi untuk mendapatkan sejumlah terbatas substrat bahan makanan untuk difermentasi. Substrat bahan makanan tersebut diperlukan agar mikroba probiotika dapat berkembang dengan baik. Substrat bahan makanan yang mendukung perkembangan mikroba probiotika dalam salauran pencernaan disebut “prebiotik” (Patterson and Burkholder, 2003). Prebiotik ini adalah terdiri dari bahan-bahan makanan yang pada umumnya banyak mengandung serat.
Pada makanan manusia prebiotik dapat ditemukan pada beberapa jenis makanan seperti biji-bijian, sayur-sayuran seperti brocoli, kembang kol, sayuran hijau, buah-buahan, produk olahan kedalai seperti tempe, tahu, tauco, beberapa sumber karbohidrat seperti terigu, bawang merah dan bawang bombai (Anonymous, 2003; Anonymous, 2004).
Sejumlah mikroba probiotika menghasilkan senyawa / zat-zat yang diperlukan untuk membantu proses pencernaan substrat bahan makanan tertentu dalam saluran pencernaan yaitu enzim. Mikroba-mikroba probiotika penghasil asam laktat dari spesies Lactobacillus, menghasilkan enzim selulase yang membantu proses pencernaan. Enzim ini mampu memecah komponen serat kasar yang merupakan komponen yang sulit dicerna dalam saluran percernaan ternak unggas. Saat ini penggunaan bahan makanan ternak (pakan) untuk unggas kebanyakan berasal dari limbah industri atau limbah pertanian yang pada umumnya mengandung serat kasar tinggi. Penggunaan mikrobamikroba probiotika yang menghasilkan enzim selulase mampu memanfaatkan makanan berserat kasar tinggi dari limbah industri dan pertanian tersebut, dan mikroba probiotika membantu proses pencernaan sehingga serat kasar dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan jaringan dan peningkatan pertambahan bobot badan.
Mikroba probiotika juga mensekresikan produk anti mikrobial yang dikatakan bacteriocin. Sebagai contoh Lactobacillus aciodophilus menghasilkan dua komponen bacteriocin yaitu bacteriocin lactacin B dan acidolin. Bacteriocin lactacin B dan acidolin bekerja menghambat berkembangnya organisme patogen (McNaught and MacFie, 2000).
3. Menstimulasi mukosa dan meningkatkan sistem kekebalan hewan inang Mikroorganisme probiotika mampu mengatur beberapa aspek dari sistem kekebalan hewan inang. Kemampuan mikroba probiotika mengeluarkan toksin yang mereduksi / menghambat perkembangan mikroba-mikroba patogen dalam saluran pencernaan, merupakan suatu kondisi yang dapat meningkatkan kekebalan hewan inang.
Toksin-toksin yang dihasilkan tersebut merupakan antibiotika bagi mikroba-mikroba patogen, sehingga penyakit yang ditimbulkan oleh mikroba patogen tersebut akan bekurang dan dapat hilang atau sembuh dengan sendirinya. Hal ini akan memberikan keuntungan terhadap kesehatan hewan inang sehingga tahan terhadap serangan penyakit. Penggunaan probiotika pada ternak unggas dilaporkan dapat menurunkan aktivitas urease, suatu enzim yang bekerja menghidrolisis urea menjadi amonia sehinggga pembentukan amonia menjadi berkurang. Amonia adalah suatu bahan yang dapat menyebabkan keracunan pada ternak unggas (Yeo and Kim, 1997).
(Bersambung di sini)