Anda pernah menjumpai anakan kenari atau burung apapun pasca menetas kondisinya tampak baik tetapi tiba-tiba ditemukan mati? Bisa jadi dia ditemukan mati di luar sarang maupun di dasar sangkar. Yang jelas, kondisi ini menjadikan penangkar panik dan bingung. “Loh sehat-sehat begini kok tiba-tiba mati ya,” begitu tanyanya di dalam hati.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Ya, itulah yang disebut Premature Mortality Syndrome (PMS) atau sindrom kematian usia dini pada burung.

Banyak hal bisa dikemukakan sebagai alasannya. Ada yang menyebutkan karena anakan itu terbawa oleh indukan yang turun dari sarang sementara dia masih terjepit di sayap indukan. Atau mungkin Anda menduga bahwa karena sarang terlalu sempit maka anakan terjerembab ketika sedemikian bersemangatnya minta pakan dari indukan.

Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...

Hmmm, banyak alasan bagus mengapa untuk memberikan alas an mengapa anakan burung ditemukan sudah mati dalam kondisi dingin di lantai sangkar. Ada yang pula menyebutkan hal itu karena disebabkan terlalu banyak konsumsi protein, ada yang menyebutkan karena kurang lampu untuk pemanas dan ada juga yang menyebutkan karena kondisi sarang yang basah dan sebagainya dan sebagainya.

Sekarang, dari sekian dugaan itu, apa penyebab pasti anakan burung mati muda? Kalau disebabkan kurang pemanasan, tidak masuk akal karena anakan burung yang masih disuapi indukannya akan selalu mendapat panas dari badan indukannya. Kalau disebut karena sarang menjadi basah, lha memangnya indukan membawa minuman dari wadah minum untuk kemudian ditumpahkan ke sarang tempat anak-anak mereka berkumpul?

Donal Perez, penangkar gloster kawakan yang menulis di nationalbirddesigns.com, menyatakan “bukan itu semua penyebabnya”. Lantas apa? “Karena penyebab utamanya ada di dalam tubuh indukan itu sendiri,” tegasnya.

Bagian dalam sarang menjadi basah, katanya, karena sesuatu yang tidak wajar sedang terjadi. Ya, kantung tinja dari anak-anak burung sobek karena sesuatu telah terjadi di dalam sarang. Semuanya bermula dari kondisi pencernaan burung indukannya!! Pencernaan indukannya? Ya, tidak peduli jenis pakan apa yang Anda berikan kepada burung Anda; juga tidak peduli sebaik apapun kualitas pakan yang Anda berikan kepada burung, selama di dalam pencernaan indukan tidak terjadi proses asimilasi pakan yang seharusnya berjalan normal, maka semua petaka itu tetap akan terjadi.

Jika proses asimilasi semua sari makanan di dalam tubuh indukan tidak berjalan normal, maka terjadilah penumpukan bakteri pathogen yang sangat beracun baik di dalam tubuh indukan maupun anakan kenari. Donal Perez sampai pada kesimpulan itu setelah dia belajar selama 30 tahun pada berbagai ujicoba dalam penangkaran besar kenarinya. Kesuksesan dia bisa dilihat di www.houseofcrests.com atau jawara-jawara kenari glosternya di www.houseofcrests.com.

Dia mengingatkan dan menggarisbawahi, bahwa semua keturunan dari burung kenari yang kita temukan saat ini adalah keturunan atau hasil sebuah rekayasa di penangkaran. Apa yang dia maksudkan? Sejak manusia menciptakan semua keturunan kenari tersebut, ada faktor lain yang bermain di dalamnya, seperti seleksi kualitas maupun seleksi jenis (kenari) indukan dalam penjodohan. Semuanya adalah sebuah proses rekayasa untuk tujuan yang dirasa baik oleh para penangkar. Mengapa disebut rekayasa?

Lima varietas kenari

Pertama-tama, apakah Anda tahu bahwa ada lima “varietas” burung kenari dewasa ini? Varietas pertama adalah varietas lagu (song variety) yakni hasil pengembangan kenari untuk menghasilkan kenari dengan kemampuan bernyanyi yang bagus dan sedikit banyak mengabaikan masalah warna burung tersebut. Varietas kedua adalah varietas kenari warna (color bred variety) yang merupakan hasil pengembangbiakan yang mengejar kualitas warna dengan sedikit banyak mengabaikan keindahan nyanyian si kenari. Varietas ketiga adalah kenari postur (canary of posture) yakni kenari yang dikembangkan dengan sedikit memperhatikan warna bulu dan sama sekali mengabaikan masalah lagu. Varietas keempat adalah kenari bagal atau hybrid (the mule and hybrid canaries) yakni kenari hasil persilangan antara kenari dengan burung jenis finch lainnya untuk menghasilkan keturunan yang memiliki sifat tertentu yang menonjol, apakah itu di masalah warna, lagu, postur, atau kombinasi  di antara tiga varietas yang disebut sebelumnya (ini contohnya adalah persilangan lizard dengan yorkshire, atau yorkshire dengan blacktrouth dan sebagainya). Varietas kelima adalah varietas hasil persilangan dari semua ragam varietas di atas yang direkayasa bukan untuk tujuan khusus karena yang penting “bisa memuaskan” hasrat orang yang menangkar untuk bisa meghasilkan burung, apapun jenisnya. Dengan kata lain, lima varietas kenari di atas adalah jenis kenari yang bisa disebut atau diakitkan sebagai hasil mutan dan blasteran.

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

Dalam penjelasan berikutnya, Donal Perez sampai pada kesimpulan bahwa ketika orang menangkar burung, yang mereka perhatikan adalah masalah “hasil” anakannya. Penangkar kadang tidak mau menyadari bahwa di alampun telah terjadi proses alamiah ketika burung harus mempertahankan keturunan justru dengan “membunuh” anak mereka sendiri. Lalu apa hubungannya dengan kematian usia dini anak-anak burung (premature mortality syndrome) yang dalam ulasan Donal Perez lebih dikhususkan pada kenari?

Indukan membunuh anak sendiri

Oke, saya (Om Kicau) akan mencoba menjelaskan dengan bahasa saya sendiri tentang apa yang dijelaskan Donal Perez tersebut. Intinya adalah begini:

Di alam liar sana, burung yang merasa anakan-anakannya akan menjadi burung-burung yang lemah dan pada akhirnya, justru akan membiarkan keturunanya itu mati ketika mereka masih anak-anak. Caranya, dengan sengaja tidak memberi pakan yang cukup. Ketika ada anakan yang lemah, kadang indukan malah tidak memberinya pakan dan justru terus memberi pakan kepada anakan-anakan yang kuat, yakni yang langsung membuka paruh ketika indukan datang untuk menyuapi mereka.

Insting indukan berkata bahwa dia hanya perlu membesarkan anak-anaknya yang kuat yang bisa meneruskan keturunan. Sementara yang lemah, akan dia biarkan mati karena justru mengganggu suplai pakan anakan yang kuat. Lantas, kalau anak-anak burung itu lemah semua, apa yang indukan lakukan? Semua tidak akan dia beri pakan yang cukup dan akan dia biarkan mati semua.

“It makes no sense for the parents to feed the weaker chicks for their genetic makeup should it survive make it a candidate that someday would mate and pass on those defective genes to the species… Think about it for a minute. They instinctively know to do this,” tegas Donal Perez. Ya, menurut Donal Perez, bahwa tidak masuk akal bagi indukan untuk meperpanjang usia anak-anak mereka jika anak-anak mereka pada akhirnya hanya akan mewariskan gen-gen lemah dan rusak kepada keturunan berikutnya.

Penjelasan Donal Perez ini sejalan benar dengan hipotesis saya yang pernah saya tulis di omkicau.com ini. Cek misalnya tulisan saya yang berjudul: Ketika indukan makan anak sendiri.

Masalahnya adalah mengapa anak-anak burung itu menjadi lemah kalau diasumsikan kekurangan pakan padahal mereka hidup di penangkaran? Ya, itulah tanggung jawab para penangkar untuk memperhatikan bukan hanya kecukupan pakan dan nutrisi untuk burung mereka. Lantas apa? Ya, menurut Donal Perez, lebih dari sekadar kecukupan pangan, MAKA BURUNG HARUS BISA MENCERNA MAKANAN SECARA SEMPURNA.

Kunci dari semua itu adalah bahwa kita harus bisa menciptakan lingkungan yang sesuai untuk proses asimilasi dan penyerapan sari makanan di dalam usus burung. Caranya? DENGAN MENGURANGI POPULASI MIKROBA PATOGEN YANG POTENSIAL MENGGANGGU PROSES ASIMILASI TOTAL DI DALAM PENCERNAAN BURUNG.

Ya, penyebab stress pada burung sangat beragam. Selain lingkungan, virus, nyamuk dan parasit yang berada di luar maupun di dalam tubuh burung, maka hal fundamental lainnya adalah masalah pernafasan dan pencernaan. Dalam kaitannya dengan pencernaan ini, tidak peduli seberapa banyak uang yang kita belanjakan untuk produk-produk makanan untuk burung-burung kita, jika muncul gangguan mikroba patogen dalam sistem pencernaan burung, maka masalah akan tetap timbul.

Apa, mengapa dan bagaimana mikroba pathogen mempengaruhi kesehatan burung? Untuk hal ini silakan Anda baca serial tulisan saya yang berjudul: Pemanfaatan Probiotik untuk Peternakan (dua tulisan).

Mengakhiri tulisan ini, saya hanya ingin menegaskan sekali lagi, bahwa apapun makanannya dan apapun jenis burung Anda, yang sangat penting diperhatikan juga apa asupan yang dikonsumsinya. Bisa jadi burung Anda perlu probiotik, tetapi ingat juga apa dan bagaimana seharusnya pemberian vitamin dan mineral yang perlu dibarengkan dengan pakan kesehariannya.

Salam sukses.

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.

-7.550085110.743895