Lomba merupakan ajang akhir pembuktian dari latihan. Setelah Anda memahami tulisan megenai latihan merpati balap ini (lihat tulisan sebelumnya: Panduan Praktis Cetak Merpati Balap Sprint dan Pelatihan Awal Merpati Balap Sprint, maka Anda perlu memahami penyiapan lomba merpati balap. Tulisan ini merupakan kelanjutan dari kedua tulisan tersebut yang diambil dari sisipan Majalah Trubus.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Wadah lomba burung merpati balap sekarang ada di dalam koordinasi Persatuan Penggemar Merpati Balap Sprint Indonesia (PPMBSI). Setiap lomba yang diadakan terbagi dalam 5 kelas, yakni lomba 500 m, lomba galatama bintang dan galatama seri A, B, C; lomba utama, lomba antar tim atau kandang dan lomba piyik.
Untuk lomba, PPMBSI mensyaratkan peserta menjadi anggota. Sementara syarat lomba lain yang juga harus diperhatikan antara lain; pada lomba 500 m dan lomba piyik, jarak lepas minimum 500 m dan maksimal 600 m. Khusus untuk piyik, ia harus memakai ring; usia merpati saat bertanding tidak lebih dari 10 bulan yang dibuktikan dengan menyerahkan sertifikat dari peternak. Sedangkan pada lomba galatama dan uatama, jarak lepas minimum 1000 m dan maksimal 1.200 m. Jumlah peserta setiap seri 8-16 ekor.
Sehari sebelum lomba pada Kamis, joki beserta burung melakukan pengenalan lapangan. Latihan dilakukan pada jarak 200 – 300 meter sebanyak 5-6 kali atau 500 m sekitar 4-5 kali. Saat ia bertemu dengan calon musuh biasanya setelah pulang akan lebih bernafsu untuk kawin. Lantaran sering maka insting akan terlatih, yakni sepulang latihan langsung kawin. Ini pertanda bagus karena kadar ngeketnya bertambah. Apalagi jika si merpati sanggup kawin 4-5 kali.
Pagi hari sebelum lomba, merpati harus dijemur. Ia juga diberi sedikit pakan untuk menambah stamina. Saat jeda setelah bertanding, merpati pun perlu disegarkan kembali. Caranya, beri semprotan air di sekitar kaki dan minum seperlunya. Perlakuan itu diulang selama lomba berlangsung.
PERAN JOKI
Setiap merpati balap memiliki joki tetap. Joki bertugas untuk menangkan jantan dan memegang betina (ngeplak atyau ngeplek). Ia juga dibantu seorang asisten yang berfungsi sebagai penggabur (pembawa jantan). Sangat dianjurkan joki memakai baju dengan warna tetap selama latihan dan lomba. Tujuannya supaya merpati sudah mengenalnya dari jarak jauh.
Namun seringkali saat lomba, kontestan yang beradu memakai baju berwarna sama. Oleh karean itu joki diwajibkan membiasakan diri selalu berteriak memanggil nama sang burung. Teriakan itu menandakan keberadaan joki. Secara psikologis juga sebagai pelampiasan emosi untuk melepas ketegangan.
Agar hubungan joki dan merpati lebih erat, biasakan setelah berlatih atau berlomba diakhiri dengan pengelusan di sekujur tubuh. Pengelusan dapat berlanjut dengan pengurutan seperlunya di bagian pangkal sayap untuk menghilangkan rasa lelah.
Saat mengikuti lomba pun joki harus mengetahui tata tertib lomba agar tidak merugi sendiri. Contoh, joki diperkenankan menangkap jagoannya saat terbang tetapi ia tidak diperbolehkan menangkap ketika merpati hinggap di badan atau kepala. Bila dilanggar akan dinyatakan kalah.
PAKAN DAN PERAWATAN MERPATI BALAP SPRINT
Pakan merupakan sumber energi bagi merpati balap. Asupan pakan yang sesuai memperkuat daya tahan tubuh seperti pada olahragawan. Secara alami anggota keluarga columbidae itu sangat menyukai biji-bijian seperti jagung.
Jagung yang diberikan tidak sembarang. Ia bukan jagung pipilan biasa, tetapi jagung madura. Sepintas jagung ini mirip dengan jagung biasa tetapi ukurannya lebih kecil sesuai dengan ukuran mulut merpati. Setidaknya merpati dewasa perlu pakan 37 gram per ekor, remaja 25 gram dan anakan 5-10 gram per ekor.
Pakan diberikan pada pagi dan sore seusai berlatih. Jagung yang kotor lantarana diberaki harus diganti karena menjadi sumber penyakit burung merpati .
Agar tetap fit, asupan vitamin dan mineral terkadang perlu diberikan. Terutama setelah berlatih atau berlomba ketika nafsu makan di merpati berkurang. Bila vitamin berupa tablet bisa langsung dilolohkan ke paruh. Namun bila sediaannya serbuk, campurkan bersama air minum.
Para penangkar juga sering menggunakan bahan tradisional untuk menjaga vitalitas merpati balap. Contoh, kunyit sebagai antibiotik, penghilang lelah dan menambah nafsu makan. Rimpang kunyit biasanya dipotong kecil kemudian disangrai (sangan) dan dilolohkan. Tetapi agar khasiatnya lebih bagus, campurkan dengan telur dan madu.
Sayang, perlakuan itu lebih banyak dinikmati pejantan. Betina kelepekan jarang diperhatikan padahal ia juga butuh pakan bagus untuk menjaga stamina. Bila betina tidak diberi perlakuan serupa, kesehatnnya akan terganggu dan nafsu kawinnya menurun. Lama kelamaan kesehatan betina drop.
Kebanyakan penangkar justru menggonta-ganti betina. Hal ini tidak dianjurkan lantaran si jantan akan merasa kehilangan pasangan sebelumnya.
Nah sebelum saya melanjutkan tulisan yang berasal dari Panduan Praktis Cetak Merpati Balap Sprint, Majalah Trubus Edisi Juni 2002 ini dengan referensi lain, saya hanya mengingatkan kalau kawan pusing karena merpati balap giring tidak maksimal dan kurang ngeket, kini ada solusi pintar. Klik saja di sini.
Referensi lain merpati
(Referensi ini saya ambilkan dari tulisan Suryana, Staf Peneliti BPTP Kalimantan Selatan dan yang ketika menulis di Majalah Poultry Online masih berstatus Mahasiswa Program Doktor Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor)
Tiga tipe merpati
Dari sekian jumlah spesies yang ada, merpati dibedakan atas tiga tipe, yaitu bangsa merpati yang diambil keindahannya untuk pameran (fancy breed), bangsa yang dinilai ketangkasannya (performing breed), dan bangsa yang diambil kegunaan sebagai penghasil daging (utility breed).
Tipe performing breed seperti Homer memiliki kecepatan dan ketahanan terbang, Birmingham Roller memiliki kemampuan terbang sambil berputar-putar (rolling), Panlor Tumbler memiliki kemampuan jungkir balik di atas lantai dan berakrobat atau manuver di udara.
Merpati termasuk ke dalam Kingdom Animalia, kelas unggas (aves), dan hewan bertulang belakang (vetebrata), dan spesies Columbia livia yang berdarah panas dan suhu tubuhnya ±41 derajat C atau lebih tinggi dari manusia dan mamalia lainnya. Karakteristik yang dimilikinya antara lain dapat hidup di seluruh wilayah dunia kecuali di Antartika, dan mempunyai sifat damai serta hampir tidak ada peck order dan kanibalisme, walaupun ditempatkan dalam satu kandang.
Merpati mudah menyesuaikan diri (adaptif) dengan lingkungan, memilih pasangan sendiri, bersifat monogami, dan mempunyai sifat sense of location dalam waktu yang lama dan dalam jarak jauh.
Bobot hidup dewasa merpati penghasil daging (Blakely dan Bade, 1998) dapat dikelompokkan dalam 3 kategori, yaitu :
1. Berat (700-900 g), seperti : American Swiss Mondane, White King, Silver King, Auto Sexing Texas Pionner, Auto Sexing King
2. Medium (600-700 g), seperti : Red atau White Chernau, American Giant Homer.
3. Ringan (400-700g) : seperti : Hungarian (biru, putih atau merah, Squabing Homer (Homer pekerja)
Salah satu ciri yang membedakan antara merpati dengan unggas lainnya adalah merpati menghasilkan crop milk atau susu tembolok (pigeon milk), yaitu cairan berwarna krem menyerupai susu yang dikeluarkan dari tembolok induk jantan maupun betina. Crop pigeon milk yang diproduksi oleh tembolok induk menyerupai keju dan cair, diproduksi sebelum menetas.
Cairan ini diberikan induk kepada anak-anaknya (squabs) dengan cara meloloh dan memompa ke dalam mulut anaknya. Kandungan zat nutrien susu tembolok (pigeon milk) pada merpati (Suprapti, 2003), antara lain : Air (64,30 – 76,75%), Protein (13,17 – 18,80%), Karbohidrat (13,00 – 14,50%), Lemak (7,95 – 12,70%), Abu (1,52 – 1,60%).
Merpati jantan mencapai dewasa kelamin pada umur 4 bulan dan betina umur 6 bulan. Burung merpati bertelur 1-3 butir setiap periode bertelur (clutch), dengan warna telur putih dan berbentuk ellips, tetapi ujungnya meruncing pada bagian yang berlawanan dengan rongga udara, dengan ukuran telur bervariasi tergantung jenis merpatinya.
Di alam bebas, merpati hanya bertelur 2-3 kali/tahun. Merpati yang dipelihara untuk tujuan komersial, umumnya bertelur rata-rata setiap 26-40 hari tergantung pada musim dan faktor lainnya. Pengeraman telurnya dilakukan oleh kedua pasangannya, baik jantan maupun betina, tetapi yang lebih banyak melakukan pengeraman adalah sang betina, sementara sang jantan menggantikannya pada pagi sampai siang hari saja. Levi (1945) menggolongkan merpati menurut umurnya, yaitu:
1. Squabs, anakan merpati dari umur satu sampai tiga puluh hari. Squabs atau piyik adalah merpati muda yang siap dipasarkan pada umur sekitar 28-30 hari, dan pada umur tersebut piyik mendapatkan makanan yang dihasilkan dari tembolok induknya (susu temblok), baik jantan maupun betina. Makanan yang berasal dari tembolok induk mempunyai kandungan protein sampai 35%, dua kali lipat atau lebih tinggi dibanding kandungan protein pada pakan unggas yang lainnya.
2. Squaker, merpati umur dari 30 hari sampai 6-7 bulan.
3. Youngster merpati yang sudah berumur di atas 7 bulan sampai siap kawin. Jantan atau betina muda kawin pada tahun pertama produksi.
4. Yearling hen yaitu merpati yang sudah berproduksi pada tahun kedua, baik jantan dan betina sampai umur di culling.
Pada pemeliharaan burung merpati identifikasi jenis kelamin (sexing) dapat dilakukan setelah anak merpati berumur 23-24 hari, dengan melihat bentuk kloakanya. Selain itu, identifikasi jenis kelamin dapat juga dilihat melalui permukaan kepala, tulang kaki dan leher. Pada merpati jantan permukaan kepalanya kasar dan terlihat lebih maskulin, tulang kakinya kuat dan lehernnya besar, sedangkan pada burung merpati betina permukaan kepalanya rata dan terlihat halus, tulang kakinya lebih ramping dan lehernya lebih kecil (Levi, 1945). Komposisi kimia daging squabs menurut Bokhari (2001), yaitu : Air (72,80%), Energi (142 kal), Protein (17,50%), Lemak (7,50%), Serat (0%), Abu (1,20%), Fe (2,53 mg), Lisina (1,91g).
Pakan merpati
Kebutuhan nutrien untuk merpati hampir sama dengan jenis unggas lainnya. Satu pengecualian utama adalah burung merpati dewasa membutuhkan grit untuk membantu menggiling dan mencerna biji-bijian yang dikonsumsinya. Pakan merpati terdiri atas unsur-unsur ransum campuran antara biji-bijian, mineral, grit dan air minum atau dalam bentuk pellet. Formula grit yang baik untuk merpati terdiri atas 40% kulit kerang, yang digiling kasar, 35% kapur atau grit granit, 10% arang kayu keras, 5% tulang yang digiling, 5% kapur dan 4% garam yodium.
Komposisi pakan yang terdiri atas biji-bijian disarankan adalah 35% jagung, 22,7% kacang kapri, 19,8% gandum dan 18% milo dengan kadar protein minimum 14%. Pemberian pakan pada merpati cukup mudah karena merpati menyukai jagung, kedelai, kacang tanah dan gandum. Komposisi pakan yang baik untuk merpati ini terdiri atas protein kasar 13,5%, karbohidrat 65,0%, serat kasar 3,5% dan lemak 3,0%. Selain itu, merpati juga membutuhkan mineral dan vitamin.
Menurut Drevjany (2001) dalam Suprapti (2003), pada musim panas merpati membutuhkan jagung 25% dan pellet 75%, sedangkan musim dingin jagung dapat diberikan sebanyak 50% dan pellet 50%. Pakan merpati sebaiknya mengandung protein kasar 16% dari total rasio pakan. Merpati mengonsumsi biji-bijian sekitar 100-150g ekor/pasang, dengan rataan konsumsi sebesar 130,25g/hari/pasang. Untuk jenis merpati Hing, sementara jenis Homer rataan konsumsi pakannya sekitar 111,64/g/hari/pasang.
Usaha Konservasi Dan Pelestarian
Banyak spesies dari merpati mempunyai nilai ekonomis dan menguntungkan bagi manusia. Beberapa spesies jumlahnya sudah menurun dan mengalami beberapa ancaman dari kepunahan. Sekitar 10 spesies sudah mengalami kepunahan sejak tahun 1600, dua di antaranya adalah merpati Dodo dan merpati penyampai pesan (messenger pigeon/dove).
Jumlah populasi merpati terdahulu sangat sulit diestimasi, tetapi salah seorang ahli ornitologi bernama Alexander Wilson memperkirakan bahwa salah satu kelompok merpati yang dia observasi lebih dari 20.000 ribu ekor, sebelum dia meninggal pada tahun 1914. Beberapa spesies lainnya mengalami kepunahan dan hilang seperti di hutan dan habitat lainnya. Sekitar 59 spesies merpati sekarang terancam dari kepunahan, dan sekitar 19% dari semua spesies.
Beberapa upaya teknik konservasi yang dilakukan untuk mencegah ancaman dari kepunahan, antara lain diperlukan penegakan hukum yang tegas dan upaya regulasi untuk mengontrol kegiatan pemburuan, dan untuk melindungi wilayah dari penurunan habitat yang lebih jauh lagi. Selain itu perlu dilakukan re – introduksi populasi secara ex- situ dan trans – lokasi masing-masing individu ke habitatnya yang sesuai sehingga populasinya dapat meningkat dan kelestariannya terjaga dengan baik.
BERIKUT INI PRODUK RAWATAN WAJIB UNTUK MERPATI:
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini. |