Lagi-lagi Mario Blanco, menunjukkan kepiawaiannya dalam menangkar burung-burung langka. Setelah sukses dengan kakatua raja hitam jambul merah, putera pelukis top Indonesia asal Spanyol, Antonio Blanco, pemilik The Blanco Renaissance Museum di Ubud Bali, itu kini berhasil mengembangkan kakatua cempaka (Cacatua sulphurea citrinocristata).
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Cacatua sulphurea citrinocristata merupakan salah satu satwa endemik di kawasan Nusa Tenggara. Saat ini kakatua cempaka antara lain menghuni Taman Nasional Manupeu-Tanah Daru. Taman ini merupakan perwakilan hutan musim semi-peluruh dataran rendah yang tersisa di Sumba.
Sebagian besar kawasan hutan di taman nasional tersebut berupa tebing-tebing terjal, yang muncul mulai dari permukaan laut sampai ketinggian 600 meter.
Saat ini di teman tersebut terdapat sebanyak 87 jenis burung termasuk 7 jenis endemik Pulau Sumba. Selain kakatua cempaka, terdapat pula julang Sumba (Rhyticeros everetti), punai Sumba (Treron teysmannii), sikatan Sumba (Ficedula harterti), kepodang-sungu Sumba (Coracina dohertyi), dan madu Sumba (Nectarinia buettikoferi). Burung julang sumba dan kakatua cempaka merupakan burung yang paling langka dan terancam punah khususnya di Pulau Sumba.
Sukses Blanco Renaissance Museum menangkarkan kakatua cempaka tentunya sangat perlu diapresiasi para pecinta burung Indonesia khususnya dan dunia pada umumnya. Untuk mengetahui siapa dan bagaimana kiprah Blanco Renaissance Museum dalam menangkar berbagai burung langka, bisa disimak lagi di tulisan berjudul Jalak Bali di Museum Don Antonio Blanco.
Berikut ini gambar anakan kakatua cempaka hasil penangkaran Blanco (diambil dari koleksi foto profil Mario Blanco di facebook.com).