Koesnan Hoesie

Kali pertama kenal dengan karikaturis ini adalah ketika saya masih bekerja di Suara Merdeka, awal hingga pertengahan dekade 1990. Saat itu hingga kini, sang karikaturis tersebut, Koesnan Hoesie, bekerja sebagai karikaturis – kartunis di koran sore Wawasan. Belakangan, ketika saya sudah pindah kerja di Solo, saya baru tahu kalau kawan satu ini juga penghobi burung. Kami kemudian intens berkomunikasi di dinding facebook, dengan saling mengirim dan menerima catatan dan gambar.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Dari banyak karikatur yang dia kirim, sebagian besar berbicara mengenai kesalahan penyelenggaraan negara atau dalam istilah Andreas Pandiangan dari Unika Soegijapranoto Semarang sebagai “malpraktek”.

Ketika saya pengin menghias website omkicau.com dengan gambar coret tentang burung, saya pun ingat dia. Maka saya pun kirim pesan via FB: Om, Mbok aku digambarke karikatur tentang dunia manuk. Temane (1) “wong edan manuk”, (2) lomba manuk; (3) manuk online… Wis embuh kapan dadine, asal cepet hwakakakaka…

Menjawab permintaan itu, Om Hoesie menjawab “colour atau b/w”. Tak berapa lama kemudian sudah ada pesan masuk “sudah dikirim”. Nah, karikatur yang saya sajikan inilah karya-karya Koesnan Hoesie.

Karikatur pertama adalah tentang “gila burung” seperti terlihat di bawah ini:

Ketika penghobi burung gila burung, tetap saja pilih burung... "Gila Burung" karikatur oleh Koesnan Hoesie, Semarang, khusus untuk omkicau.com.

Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.

Karikatur kedua tentang “lomba burung” sebagai berikut:

"Lomba Burung" karikatur oleh Koesnan Hoesie, Semarang, khusus untuk omkicau.com.

Sedangkan karikatur ketiga ketiga adalah tentang  “Gila  Burung  Online” . Di bawah ini:

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

[/caption]

Tentang apa interprestasi dari gambar-gambar itu, silakan Anda mengartikannya sendiri.

Tentang Koesnan Hoesie

Mengenai siapa Koesnan Hoesie sendiri, pria kelahiran 25 Desember 1962 yang menyelesaikan pendidikan atas di SMA Karangturi ’81 ini menulis tentang diri sendiri sebagai berikut:

Aktivitas: kartunis, gabung dengan SCS, sejak 1981, menjadikan kartun sebagai media alternatif berkomunikasi dan niaga. Tentang Saya: sebagai kartunis profesional sejak 1980: kontributor di nberbagai media di Indonesia, disain kartun untuk berbagai produk pakaian.

Informasi kontak dan sebagainya bisa Anda lihat di facebook.com/koesnanhoesie.

Sedangkan tentang karya karakatur dia, pernah ditulis rekan Saroni Asikin di Harian Suara Merdeka ketika ada pameran karya-karya Hoesie. Dalam berita berjudul Kartun Hoesie Masih ”Koran Banget”… itu ditulis begini:

MEDIA, termasuk di dalamnya kartun, sesederhana apa pun pasti terbebani oleh opini. Maka, mampukah opini itu memengaruhi masyarakat? Apakah kartun-kartun Koesnan Hoesie yang dipamerkan di laboratorium seni dan kebudayaan lengkong cilik, 3-6 April, mampu berperan seperti itu?
Pertanyaan itu dilontarkan Agus Maladi Irianto, pengelola sekaligus pemilik lengkong cilik.
”Tidak harus! Sebab kartun jika telah mampu menjadi katarsis, cukuplah! Kalau kartun mampu membuat yang melihat tersenyum dan senang, itu sudah cukup!” kata Prof Dr Soedjarwo, dosen Fakultas Sastra Undip.
Pada Minggu (6/4) malam itu, saling lempar pemikiran memang tampak hidup dalam diskusi yang menjadi akhir Pameran Kartun ”Indonesia Setengah Tiang” karya Koesnan Hoesie. Sebelumnya, pembicara Andreas Pandiangan dari Unika Soegijapranoto Semarang mengatakan, hampir seluruh dari 27 kartun Hoesie yang dipamerkan mengungkapkan satu aras tematik; kesalahan penyelenggara negara (diistilahkan malpraktek).
”Satu hal yang menonjol pada karya Hoesie dalam pandangan awam saya adalah visualisasi yang gampang dicerna orang awam mengenai potret bangsa kita yang tengah sakit,” katanya.
Menurut Andreas, karya Hoesie diharapkan mampu membangkitkan sinergi di kalangan penyelenggara negara untuk segera menyadari betapa rakyat telah berada pada keadaan sangat terpuruk. Agung, moderator, mengatakan, kartun yang dipamerkan ini hampir-hampir tak akan dijumpai sebelum tahun 1998.”
”Saya tak bisa memunculkan gagasan di luar frame perusahaan tempat saya bekerja,” ujar Hoesie. ”Secara personal saya ingin berbicara banyak, tapi frame perusahaan harus saya pertimbangkan dalam membuat kartun.”
Maka, jangan heran jika dengan semangat pameran seperti itu, karya-kaya Hoesie masih ”koran banget”. Adjie Noegraha dari lengkong cilik mengatakan, pameran mestinya menjadi ajang bebas berekspresi bagi seniman, tanpa harus terbebani dengan ikatan lembaga tempatnya bekerja.

Itulah sekilas tentang kawan kita, Koesnan Hoesie, karikaturis yang penghobi  burung.

Di bawah ini salah satu karikatur Hoesie:

Salam sukses Hobi Burung Indonesia.. Om Kicau.


Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.

-7.550085110.743895