Berikut ini adalah salah satu artikel yang dikirimkan sahabat kita, Om David dari Jambi. Sebuah renungan untuk kita semua. Untuk sahabat semua yang berkenan menulis apapun seputar dunia burung, silakan kirim ke email OmKicau. Salam.

Ini adalah sekedar cerita dan berbagi pengalaman dengan teman-teman penghobi kicauan.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Seperti biasa hari Minggu pagi, selalu aja ada niat untuk melihat ke lapangan (lapangan burung lho). Dan tentu tujuan saya adalah salah satu tempat yang menjadi favorit buat para penghobi kicauan. Karena di daerah saya (Jambi-ed), ada beberapa tempat yang sering digunakan buat latihan oleh penghobi kicauan.

Karena walaupun cuma sebentar, saya selalu berusaha menyempatkan diri untuk hadir. Minimal melihat perkembangan burung-burung yang memang uda ok. . walaupun sebenarnya saya sendiri belum punya burung yang bisa ditest. . hehehe (kapan ya bisa punya).Sekitar jam 10 pagi, sampai juga saya di tempat yang biasa digunakan buat latihan. Dan seperti biasa pula, tempat itu uda rame dengan para penghobi burung kicauan.

Suara-suara indah kenari dan lengkingan merdu sang murai batu begitu membuat hati saya kagum. Belum lagi suara khas burung kacer, cucak ijo, love bird dll. . padahal burung-burung itu masih di dalam sangkar yang dikerudung. Saya pun berfikir, bagaimana jadinya nanti pada saat mereka ditrek di lapangan. Tentu akan sangat ramai dan indah suara nya. Dan sambil menunggu waktu, saya pun sibuk memperhatikan burung-burung itu. Tentunya sambil ngobrol ama si empunya donk… Baik yang emang sudah saya kenal maupun yang baru dikenal. . hitung-hitung tambah temen lagi nich.

Sesekali terdengar suara mikrofon dari panitia, entah apa aja yang diumumkan. Tapi yang jelas ada kalimat yang selalu saya ingat dan menjadi perhatian saya karena selalu saja kalimat itu ada di setiap akan diadakan latihan kicauan. yaitu saat panitia meminta kepada para pemilik burung untuk tidak TERIAK – TERIAK pada saat burung digantang. Dan iseng-iseng saya tanyakan hal itu kepada temen-temen yang lainnya, yang ternyata rata-rata dari mereka setuju kalau hal itu bener-bener diterapkan.

Dan sampailah waktunya saat burung-burung mulai dilombakan alias latihan. . mulai dari yang paling awal kelas murai batu, kacer, cucak ijo, dll. . dan saat itulah hati saya mulai resah. Bukan karena cuacanya yang mulai panas, atau tenggorokan yang mulai minta disiram air. Tapi karena saya bingung nyari tempat yang pas. . dan ternyata memang benar kata panitia tadi yang meminta agar tidak ada yang TERIAK-TERIAK.

Maklum semakin lama suara teriakan semakin nyaring dan ramai, yang tentunya semakin mengaburkan suara merdu burung yang sedang digantang. Semakin lama semakin ramai suara teriakan dan tepukan tangan orang-orang di sekitar arena.

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

Akhirnya sebelum seluruh kelas selesai dilombakan, saya putuskan untuk pulang saja. Karena saya gak bisa mendengarkan suara indah burung itu, melainkan justru hanya mendengarkan teriakan-teriakan si empunya burung. Dalam hati saya pun membenarkan cerita beberapa teman, bahwa jangan terlalu berharap burung-burung kita, yang kita yakini bagus, akan mendapat nilai maksimal. Karena yang kita dengar di lapangan adalah suara teriakan yang justru lebih terdengar keras dibandingkan dengan suara burung nya.

Kalau sudah begini, bagaimana kita bisa fair mengatakan burung “A” bagus atau burung “B” yang bagus. Karena tentunya kita sendiri tidak bisa ikut member i penilaian secara pribadi. Kita hanya bisa berharap pada kejujuran para juri yang berada tepat di bawah gantangan. Yang pastinya mereka pun lebih jelas mendengar teriakan dari luar arena. Dan bisa saja suara teriakan yang keras justru bisa menjadi alasan atau pembenaran buat juri bila memberi nilai yang salah buat andalan kita.

Hal ini pulalah yang menjadi salah satu pertimbangan bila kita ingin membeli burung di arena latber an. Kita berniat membeli burung di arena latihan (latber), tapi bagaimana kita bisa memilih kalau kita sendiri tidak bisa mendengar suaranya dengan jelas. Contohnya ketika saya ingin membeli burung, Bukannya saya mau membeli burung sang juara. . bukan. . bukan itu. Karena mana saya mampu membeli burung jawara yang harganya tentu uda di luar angan-angan saya….

Buat saya, cukuplah kalau saya bisa mendapatkan burung dengan peringkat 8 atau 10 sekalipun. Tapi ya itu dia, saya jadinya kurang yakin karena tidak bisa mendengar sendiri suaranya dengan jelas. Wajar donk kalau saya khawatir jangan-jangan burung dengan kualitas bagus justru tidak mendapat nilai maksimal, dan sebaliknya burung dengan kwalitas pas-pasan malah masuk nominasi jawara. . yah salah satunya karena itu tadi. . lebih terdengar suara TERIAKAN dibanding suara burungnya.

Semoga ke depan kita bisa mendengar dengan jernih dan jelas suara-suara burung nan rupawan, baik itu di arena latberan atau kontes kicauan. Sayang sekali kalau ada burung dengan kwalitas suara yang sebenarnya bagus, tetapi justru tidak mendapat “pengakuan” secara resmi dari kita. Secara tidak langsung kita menghambat bahkan “mencuri” kebahagian dan kebangaan sang empunya.

Selain itu kita juga akan kehilangan kejujuran yang memang mulai terkikis. Marilah kita mengakui bahwa momongan orang lain atau teman, lebih bagus dari momongan kita. Dan marilah kita belajar bangga dengan momongan kita sendiri, bagaimanapun kondisinya. Karena bukankah itu hasil rawatan kita juga.

Demikianlah sedikit pengalaman yang saya rasakan, dan ucapan terima kasih kepada Om Duto, yang sudah berkenan menerima tulisan saya ini. . Salam buat teman-teman pembaca omkicau.com dan kicau mania. Tentunya saya sangat mengharapkan masukan dan support Anda semua.

Salam Kicau Indonesia

David R, karyawan swasta di Jambi.

David R, Jambi

Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.

-7.550085110.743895