Berikut ini adalah tulisan kedua yang dikirimkan sahabat kita, Om David dari Jambi. Sama seperti tulisan terdahulu, ini memang sebuah renungan untuk kita semua. Oke. Untuk sahabat semua yang berkenan menulis apapun seputar dunia burung, silakan kirim ke email OmKicau. Salam. |
Seiring dengan semakin banyaknya para penghobi burung berkicau, yang tentunya juga berdampak positif dan juga negatif dalam kehidupan sehari-hari. Dan pada tulisan ini secara specifik kita tidak akan membahas atau berdiskusi tentang itu. Biarlah positifnya kita nikmati bersama (penghobi, penjual burung, penjual sangkar dll..) dan negatifnya juga biarlah kita rasakan bersama..
Ada hal yang saya rasa lebih perlu kita perhatikan, yang kadang justru luput dari pengamatan kita. Karena secara tidak sengaja justru kita sering melakukannya.
Saat kita begitu asyik dan senangnya merawat burung momongan kita, pagi kita mandikan, diberi pakan dan minum yang cukup, baik voer atau EFnya dll.. pernahkah kita ingat kalau di belakang rumah atau di dapur masih ada 1 sangkar yang di dalamnya ada burung yang merana. Burung yang kita kasih pakan dan minum seadanya.. (itu pun kalau kita ingat), atau baru kita kasih minum saat dia sudah tak mampu walau sekedar ngeriwik. Entah sudah berapa hari si burung tidak pernah mandi atau merasakan hangatnya sinar mentari, atau paling tidak merasakan sejuknya udara pagi..
Yah.. itulah nasib si burung yang sekarang jadi merana, yang sebenarnya dia sendiripun tidak pernah mau. Mungkin sebaiknya kita bernostalgia dengan masa-masa indah bersamanya.. saat di mana waktu itu si burung menjadi andalan dan kebanggaan kita, tidak peduli itu di rumah atau di arena lomba. Saat di mana kita selalu tersenyum puas di pagi dan sore hari setelah merawatnya bagai anak emas. Saat kita dengan egonya menolak setiap tawaran dari orang lain yang ingin meminangnya, dan kita hanya akan melepaskan dengan harga setinggi gunung yang kita minta. Saat angan-angan kita melayang karena pujian yang kita terima… dan saat-saat indah lainnya.
Namun sekarang… yang mungkin akibat keteledoran kita juga, dia menjadi sakit dan tak lagi seindah dulu, tak lagi bisa bergaya gemulai bagai penari balet, atau tak lagi bernyanyi semerdu biduanita dan tak lagi gagah bagai elang predator. Dan yang menyedihkan dia tak lagi seperti yang kita mau. Kalau sudah begini.. adilkah kalau kita menyia-nyiakan dia, tak lagi peduli bahkan untuk sekadar memberinya minum. Bahkan kita pun tak mau lagi kalau ada yang bertanya tentang keberadaannya, seakan kita tak pernah memilikinya.
Tetapi ke-egoan kita tak juga mau mengerti, walaupun sudah membuatnya menderita kita tak pernah mau peduli. Terkadang kita tak menggubris saat ada teman, keluarga atau kerabat yang meminta untuk merawatnya. Bahkan kita masih juga meminta imbalan bila ada yg mau mengambilnya. Seolah kita sudah lupa berapa imbalan yang sudah kita dapat saat dia masih menjadi kebanggaan.. Kita lupa berapa banyak materi yang sudah kita nikmati.
Masih beratkah hati kita untuk memberikannya ke orang lain yang masih peduli, atau rela kah kita memberinya kepada kerabat yang sanggup merawatnya sebagai pengisi kesunyian beranda rumah, atau justru Ikhlaskah kita bila melepasnya ke alam bebas… alam bebas yang tentu lebih baik buat si burung. Biarlah dia mengurus dirinya sendiri, mencari makan dan minum sendiri.. itu akan lebih baik dari pada kita tetap memelihara tanpa memberi hak-hak si burung.
Kalau sudah begini, ada baiknya kita merenung….
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
- – Memberikan burung itu kepada orang lain yang sanggup merawatnya dengan baik
- – Tidak berpikir berapa harga yang pantas untuknya
- – Melepaskanya ke alam bebas
Burung juga makhluk hidup yang mempunyai rasa, yang tentu kita sendiri tidak akan pernah mengerti. Tentunya dia pun merasakan perbedaan perlakuan yang kita berikan padanya. Dia pun tau kalau si juragan sudah punya momongan baru yang masih ok… mungkin kita tidak pernah tau kalau sebenarnya si burung pun berkata pada sahabatnya…. Hai kawan… nikmatilah hari-hari indah mu, semoga kau bisa bertahan lama menjadi kebanggaan sang majikan.. karena kalau tidak nasibmu akan merana seperti diriku…….
Begitu lah, terkadang setelah kita mempunyai sesuatu yang baru, kita jadi lupa dengan yang lama.
Semoga ini menjadi perenungan buat kita… dan menjadi bahan diskusi yang bermanfaat.. mohon maaf bila tidak berkenan..
Dan terima kasih buat Om Duto yang telah bersedia menerima tulisan ini…
Salam Kicau Indonesia
David R, karyawan swasta di Jambi.