Di rumah saya, sekarang ini sering terdengar suara dencing yang semula oleh isteri saya dikira suara celurut. Padahal itu adalah suara burung srindit atau serindit. Burung itu saya bawa dari tempat Om Dwi Lovebird Jogja untuk memaster murai batu.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Suaranya memang mengasyikkan dan menggairahkan hehehe. Dencing suara serindit jika bisa masuk ke suara murai batu, tentu akan menjadikan suara si murai jadi dahsyat. Sebab, dencing suara serindit yang dibawakan murai batu tentu akan beberapa kali lebih keras ketimbang dibawakan oleh srindit sendiri.
Serindit paruh hitam itu (ada serindit paruh merah yang biasanya berkembang biak di Jawa) diperoleh Om Dwi dari Om Robby Alamsyah yang mukim di Balikpapan. Seingat saya ada enam ekor serindit di tempat Om Dwi dan sepasang di antaranya itulah yang saya bawa ke Solo. Dan di rumah, saat ini menjadi suara masteran favorite saya.
Serindit termasuk animalia dengan filum chordata, kelas aves, ordo psittaciformes, keluarga Psittacidae atau burung paruh bengkok dengan genus Loriculus. Burung-burung genus Loricus berukuran kecil ini secara umum hidup tersebar di hutan tropis di Asia Tenggara.
Burung serindit umumnya memiliki bulu berwarna hijau dengan ekor yang pendek. Dalam genus ini, ada banyak spesies. Antara lain adalah sebagai berikut:
- * Loriculus vernalis
- * Loriculus beryllinus
- * Loriculus philippensis
- * Loriculus galgulus, Serindit Melayu
- * Loriculus stigmatus, Serindit Sulawesi
- * Loriculus amabilis, Serindit Maluku
- * Loriculus sclateri
- * Loriculus catamene, Serindit Sangihe
- * Loriculus aurantiifrons, Serindit Papua
- * Loriculus tener
- * Loriculus exilis, Serindit Paruh-merah
- * Loriculus pusillus, Serindit Jawa
- * Loriculus flosculus, Serindit Flores
Burung favorit
Burung yang punya nama lain Sindit dan Seindit ini di wilayah tertentu di Indonesia, menjadi burung klangenan atau burung favorit.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Di dalam cerita-cerita rakyat Riau, terutama kisah mengenai dunia fauna, burung ini disebut dengan gelar “Panglima Hijau”. Di dalam kehidupan orang Melayu Riau, sangkar berisi Serindit digantungkan di bagian depan rumah, tidak jauh dari ambang pintu muka. Penempatan ini dikaitkan pula dengan adanya kepercayaan, bahwa Serindit dapat menolak “sihir”, “penyakit ayan” dan sebagainya.
Ciri-ciri
Serindit bentuknya seperti burung parkit, tetapi ekornya pendek. Bulu sayapnya berwarna hijau tua, dan pada ujungnya terdapat warna merah dan hitam. Badannya berwarna hijau muda bercampur kekuning-kuningan,
sedangkan punggungnya terdapat warna kuning dan kecoklatan. Ekor herwarna hijau tua bercampur dengan merah dan hitam. Paruhnya berwama hitam, sedangkan di puncak kepalanya terdapat warna biru. Serindit
jantan pada bagian atas dadanya terdapat warna merah berbentuk bulatan, sedangkan pada Serindit betina warnanya hijau kekuningan.
Perbedaan warna di bagian atas dada inilah yang memudahkan orang menentukan apakah serindit itu jantan atau betina. Jari-jarinya berjumlah empat buah. Burung ini relatif bertubuh kecil, sifatnya lincah dan pemberani, terutama yang jantannya. Seperti burung lain dari kelompok ini, jenis ini mempunyai kebiasaan aneh menggantung ke bawah pada waktu tidur.
Habitat
Serindit hidup di hutan-hutan lebat, selalu berkelompok dan berpasangan. Di daerah Riau, populasi Serindit yang terbesar adalah di daerah daratan Sumatera, sedangkan di kepulauan Riau, walaupun ada (umumya di pulau-pulau besar yang berhutan lebat) jumlahnya tidaklah banyak.
Daerah penyebarannya adalah Semenanjung Melayu, Singapura, Kep. Anamba Kalimantan, Kep. Riau, Bangka dan Belitung, Sumatera dan pulau- pulau seperti Nias, Siberut, Sipora dan Enggano.
Makanan
Makanannya terdiri dari nektar, bunga, buah-buahan, biji-bijian dan kemungkinan serangga kecil.
Perkembangbiakan
Musim berkembangbiak antara bulan Januari dan Juli. Sarangnya di lubang pohon yang hidup atau yang sudah mati. Sarangnya terletak sekitar 12 m dari atas tanah. Diameter lubang sarang berukuran kira-kira 8 cm. Kedalaman sarangnya sekitar 45 cm dengan lebar 30 cm. Alas sarang terdiri dari daundaun. Betina membawa bahan untuk sarang dengan cara diselipkan pada bulubulu tunggingnya. Jumlah telurnya rata-rata 3 butir. Telur tersebut menetas setelah dierami selama 3 – 4 minggu.
(Sumber: Balai Kliring Keanekaragaman Hayati Nasional)