Gelaran KicaumMnia.Org Cup ke-3 (KM Cup 3) di Lapangan Bulog Kelapa Gading Jakarta sukses digelar pada 29 Agustus 2010 dengan menyisakan beberapa “PR” untuk panitia. PR yang paling utama, sesuai dengan tagline-nya sebagai Lomba Non-Teriak, adalah menyajikan lomba yang benar-benar tanpa teriak. Sebab, meski hanya terhitung satu-dua terdengar teriakan, tetap saja ada peserta yang tidak bisa “mengerem” kebiasaan teriak mereka di arena lomba burung.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Kendala utama, tentu saja, adalah rasa “ewuh pakewuh” panitia terhadap peserta yang masih juga membawa kebiasaan lama. Ya maklum saja, di kalangan kicaumania, sepertinya semua adalah “saudara”. Rasa persaudaraan yang kental, dalam konteks seperti ini, tetap harus dihilangkan karena jika hal demikian dibiarkan, akan memberi nila meski setitik ke dalam belanga susu. Bagaimanapun juga, memberi toleransi kepada segelintir peserta dengan cara demikian, sama artinya memberi kekurangnyamanan kepada sebagian besar peserta yang tetap tertib tanpa teriak, dan notabene mereka juga tamu yang sudah seharusnya mendapat kehormatan yang sama.
Tak ada gading yang tak retak. Apapun itu, secara umum, gelaran KM Cup 3 telah sukses terselenggara. Baik dari sisi jumlah peserta, kelancaran dan tertib lomba, dan pelayanan umum kepada semua tamu yang hadir di sana.
Menyelenggarakan sebuah gelaran yang diupayakan bisa memberi kepuasan kepada semua tamu, memang tidak mudah. Tanggung jawab besar harus dipikul oleh semua komponen panitia. Seperti yang Om Kicau lihat pada malam sebelum lomba, di ruang panitia masih terlihat beberapa petinggi lomba seperti Christ Murdock (Penanggung Jawab), ditemani “aktvis lain” seperti Fredy KM (Ketua Panitia), Tony Music, Yoyo KM, Aslih, dan banyak lagi yang lainnya, yang tetap stanby dengan tumpukan berkas persiapan lomba yang harus mereka kerjakan malam itu juga.
Meski demikian, tetap saja ada yang tercecer. Misalnya saja, ada pemesan tiket yang tidak mendapat tiket sebagaimana mereka pesan sebelumnya, sedikit kemoloran start lomba, kekurangan tenaga lapangan seperti tenaga gantang misalnya. Belum lagi ada kendala yang tidak terduga sebelumnya, yakni padamnya listrik di kawasan Kelapa Gading, yang menyebabkan pantia harus pontang-panting berkoordinasi dengan pihak Bulog untuk menyediakan sumber daya listrik cadangan.
Dari sisi penjurian, ada juga hal-hal yang dipertanyakan peserta. Yakni adanya sistem pemberian bendera koncer yang hanya menetapkan bendera merah dan biru, dengan bendera merah sebagai tanda juara pertama, bendera biru lebih dari satu sebagai juara dua dan bendera biru yang tersebar di burung kontestan lain sebagai penanda burung tersebut masuk dalam 10 besar dan mengikuti tos penentuan urutan juara.
Secara umum, juri independen yang dipilih panitia sudah bekerja secara profesional. Burung-burung yang masuk jajaran jawara, memang buiung-burung yang tampil sebagaimana terlihat dan dilihat oleh peserta lain. Hampir tidak ada protes tentang nilai akhir untuk semua burung yang masuk ke jajaran 10 besar.
“Kemarahan” KM Jogja
Om Kicau yang datang dan pulang bersama teman-teman KM Jogja (KMYK) merasakan ada hal yang mengganjal dari kubu KMYK, yakni ketika berlangsung lomba di salah satu kelas Lovebird. Ceritanya bermula ketika salah satu lovebird andalan KMYK, Samber Bledek, diharuskan ikut tos untuk menentukan juara 3,4,5 dan 6. Dua peserta tos mengambil nomer undian dan mendapat urutan 4 dan 5. Dengan demikian masih ada sua undian tersisa.
Dua peserta yang belum mengambil undian itu kemudian dipanggil untuk mengambil undian. Peserta dengan nomor gantangan yang lebih muda ketimbang Om Dwi Lovebird Jogja, majikan Samber Bledek, sudah dipanggil sampai 3 kali tetapi tetap saja belum mendekat ke kotak undian tetapi malah sibuk melayani telepun entah dari mana. Nah, panitia pengundian menyodorkan kotak undian ke Om Joko Zindicat yang mewakili Om Dwi, yang kemudian mengambil undian. Dapat nomer 3. Begitu dibuka, orang yang ditunggu-tunggu segera mengambil undian sebelum Om Joko datang, langsung nyelonong protes dirinya tidak mau mengambil undian karena sudah pasti dapat nomer undian 6. Maunya dia ya dapat nomer 3 itu. Panitia pun minta pengundian diulang untuk keduanya.
Si pemrotes tidak mau. Dia tetap bersikeras dapat nomer 3. Pada saat inilah ada teman dari KM yang bernada menyalahkan wakil KMYK karena mengambil duluan dan karenanya minta wakil KMYK menerima jatah nomor undian 6. Merasa dipersalahkan, teman-teman KMYK tidak terima. “Yang menyodorkan kotak undian itu siapa? Panitia kan? Memangnya wakil Jogja nyelonong begitu ambil tanpa diminta? Kok Jogja yang dipersalahkan telah mengambil duluan. Kira-kira saja kalau ngomong.” Berkata demikian, teman-teman Jogja langsung ngeloyor pergi setelah “dipaksa” untuk menerima bahwa Samber Gledek mendapat nomer 6.
Menyadari situasi yang tidak mengenakkan, Christ Murdock sebagai penanggung jawab lomba segera mendatangi kubu KMYK untuk meredakan kejengkelan teman-teman Jogja. Menghargai upaya Om Christ ini, teman-teman Jogja pun tampak reda amarah. “Ya untungnya Om Christ datang. Kalau enggak kan kita bisa ngamuk,” kata Om Dwi sembari tertawa kecut.
Menimpali hal itu, saya hanya berkata, ” Ya sudah lah Om Dwi, yang penting Samber Gledek mau nampil dan tidak memalukan. Nomer urut kan tidak membuat Samber Gledek turun kelas hoehehehehe…”
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Tetapi ternyata insiden itu masih menyisakan misteri ketika Om Kicau mengambil piagam untuk Samber Gledek (saya mendapat “amanat” itu dari teman-teman Jogja yang tampak masih menarik muka tanda jengkel hehehehe…). Di dalam piagam untuk Samber Gledek, tertulis Samber Gledek sebagai juara 5. Hah? Lantas bagaimana dengan nasib teman kita yang mendapat piagam dengan status burungnya “sebagai nomer 6”?
Entah apa jawaban misteri itu, yang jelas justru kubu KMYK mau menyadari juga bahwa ada teman lain yang bisa menerima bahwa hak mereka untuk mendapat urutan nomer 5 sudah diberikan kepada kubu KMYK. Nah….
Restoran enak Simpang Raya
Sepulang dari arena lomba, dalam perjalanan di tol Cikampek, kubu KMYK mendapat berkah lain. Yakni ditraktir makan teman KM Jakarta, Om Firliansyah, di rumah makan Simpang Raya (Istana Ayam Pop). Rumah makan ini adalah salah satu jaringan grup rumah makan di mana Om Firli bekerja sebagai pengelola keuangan. “Mas Duto, nanti kalau pulang lewat tol Cikampek, mampir saja ke rumah makan Simpang Raya di rest area kedua, di KM 39 tol Cikampek ya. Meski tidak bersama saya, sudahlah mampir saja. Bilang saja teman Firli dan nanti saya juga telepun ke Kepala Restorannya.”
Ya benar sajalah, tidak menyia-nyiakan kebaikan hati Om Firli, saya bersama Om Dwi, Om Macarius, Om Wiwit, Om Mantoxs, dan Om Joko mampir ke restoran itu. (sebenarnya masih ada anggota rombongan Jogja, tetapi pulang ke Bogor untuk menemui isteri tercinta, yakni Om Ige Muladi).
Wueeeeehhhh, selain merasakan sajian restoran masakan Padang yang nuuuiiikmaaat, rombongan KM Jogja mendapat pula keramahan pelayanan dari Kepala Restoran, Om Rovael, dan kawan-kawan pramusaji. Tidak sekadar ngobrol basa-basi, Om Rovael yang aseli Pemalang ini bergabung dengan kami asyik bertanya tentang hobi burung. Lama juga kami ngobrol sampai akhirnya saya sadar bahwa tidak boleh berlama-lama ngobrol soal burung dengan orang seperti Om Rovael. Takut kalau-kalau “penyakit hobi burung” juga menular ke dia, hehehehe. Cukup sudah kegilaan burung dirasakan Om Firli dan kami-kami saja saja hehehehe.
Kami pun pamitan dengan masing-masing mengelus perut karena kekenyangan. Saking kenyangnya, Om Mantoxs merasa tidak perlu lagi makan ketika waktu sahur tiba ….hehehe…
Terima kasih KM dengan gelaran KM Cup 3-nya, tetap semangat memberikan gelaran yang berkualitas. Tak ada gading yang tak retak… tetap semangat.
Terima kasih Om Firli dengan Restoran Simpang Raya-nya yang josss (teman-teman masih rindu pada sambelnya yang terasa pas dilidah orang Jawa hehehe).
Terima kasih juga untuk teman-teman penghobi burung dan juga teman-teman pengunjung blog yang sudi ketemu dengan saya di arena lomba. Senang bisa bertemu langsung dengan kawan-kawan di dunia nyata…
Salam semangat, salam dari Om Kicau.
(Foto-foto Om Kicau, dari album Om Yogi dan Om Macarius di FB)