Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Berikut ini adalah beberapa berita seputar burung di blog Barat/ Jawa Barat. Isi berita antara lain adalah kiprah perdagangan kroto sebagai pakan burung, gelaran lomba burung pada even Armed 4 Siliwangi BC, Latber BnR, Gelaran “Spesial Imlek”, gelaran PBOP dan ABC, Lomba di Pasmal, TS BC, BTC, Latber Saung Ranggon, Cilimus Enterprise dan Latber PBO Cililin.
Berikut ini daftar isi dari berita yang dihimpun dari galamedia.com ini (Klik saja judul-judul beritanya untuk menuju langsung artikel terkait):
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
- Harganya Melebihi Daging Sapi, Kroto Jadi Obyek Rebutan
- Semarak Even Armed 4 Siliwangi BC: “Rindu” Kampiun
- “Raja” Terbaik Latber BnR
- PBHP Gelar “Spesial Imlek”: Doglas Mengamuk di Hegarmanah
- “Meong” Kuasai PBOP dan ABC
- “Fabegras” Hampir Hattrick di Pasmal
- Ajang Latber Eksklusif TS BC: Dewa Nata Jawara
- “Chamaro” Bintang Lapangan BTC
- Latber Saung Ranggon dan Cilimus Enterprise: Jantala dan Sixsix Mengorbit
- “Baret” Kampiun Latber PBO Cililin
Harganya Melebihi Daging Sapi, Kroto Jadi Obyek Rebutan
BAGI para mania mancing dan penggemar burung ocehan, pasti sudah akrab dengan yang namanya kroto. Ya, telur semut merah atau orang Sunda menyebutnya sireum kararangge ini, termasuk salah satu bahan pokok untuk umpan pancing dan makanan burung ocehan. Tak heran, di hari-hari tertentu, antara pemancing dan para kicaumania rebutan untuk mendapatkannya sehingga tentu saja menyebabkan harga kroto nelonjak tajam.
Mengingat kenyataan itulah, bisnis kroto termasuk sangat menggiurkan. Bayangkan saja, saat ini untuk harga kroto super, per kilogramnya bisa mencapai Rp 150.000. Sedangkan untuk kroto biasa, berada di kisaran harga Rp 120.000 setiap kilogramnya. Kemudian untuk kroto freezer (kroto yang sudah disimpan dalam lemari es), sekitar Rp 100.000 per kilogram. Namun, di hari Sabtu atau Minggu, harga kroto bisa melonjak tajam. Terutama untuk kroto super, bisa tembus ke angka sekitar Rp 180.000 per kilogramnya. Penyebabnya, tentu saja lantaran terjadi rebutan antara para pemancing dengan penggemar burung ocehan. Bandingkan dengan harga daging sapi yang berada di kisaran Rp 80.000/kg-nya.
“Selain itu, mendapatkan harga kroto dengan kualitas super dirasakan masih sangat sulit. Karena, yang namanya kroto super, adalah kroto yang langsung diambil dari sangkarnya. Kroto kualitas super, akan tahan hingga sekitar satu minggu. Berbeda dengan kroto kualitas biasa, satu malam saja bisa bau,” jelas Endang Deplin, salah seorang pencari kroto super, penduduk Ciparay, Kab. Bandung.
Menurut dia, mencari kroto super sangat sulit karena harus mencari ke hutan-hutan. “Saya sendiri biasa mencari kroto ke hutan-hutan di sekitar Pacet. Bahkan, kalau belum mendapatkan kroto sesuai dengan harapan, tak jarang saya sampai tembus ke hutan milik Perhutani yang berbatasan dengan Kab. Garut,” akunya.
Dalam sehari, Endang mengaku bisa mendapatkan kroto kualitas super sekitar 2 kg. Namun, bila sedang nasib bagus, tak jarang pula bisa mendapatkan kroto hingga 4 kg.
“Menjelang malam, di rumah saya itu sudah menunggu seorang pengepul. Kepada pengepul, saya menjual kroto segar itu Rp 75.000 hingga Rp 80.000 per kilo gramnya. Kemudian oleh pengepul, dijual kembali kepada pedagang sekitar Rp 100.000 per kilogramnya. Kalau saya ingin untung lebih besar, bisa saja langsung saya lempar kepada penjual. Tapi, itu namanya tidak sehat. Biarlah, kita mesti bagi-bagi rezeki,” tuturnya.
Dari mencari kroto itulah, Endang sanggup membiayai hidup istri dan ketiga anaknya. “Alhamdulillah Pak, rezeki itu selalu ada kalau kita terus berusaha. Yaaah…, mungkin cara seperti inilah yang harus saya tempuh,” ujarnya.
Setiap hari, Endang pergi mencari kroto ke hutan-hutan yang dianggapnya banyak sarang semut merah. Di mana ada sarang semut merah, di situlah rezeki menanti. Untuk menuju hutan, ia biasa menggunakan sepada motor tua. Tentu saja ditambah peralatan mencari kroto, seperti tongkat dan kantung plastik. “Inilah perlengkapan kerja saya, 4 tongkat bambu yang panjangnya masing-masing 3 meter. Bila akan digunakan, tongkat bambu itu tinggal disambungkan sesuai dengan kebutuhan,” kata Endang sambil memperlihatkan peralatan mencari kroto.
Endang menjelaskan, saat ini kroto yang banyak di pasaran umumnya berasal dari wilayah Priangan Timur, seperti Garut, Tasikmalaya, dan Banjar. Bahkan, dari Subang juga ada. “Biasanya kroto dari wilayah itu masuk ke bandar di Pasar Sukahaji, Bandung. Karena sudah berhari-hari, kualitasnya agak kurang bagus. Apalagi kalau sudah sampai ke tangan pedagang pengecer, kualitasnya akan semakin menurun. Belum lagi bila ada padagang nakal yang sering menyiram kroto dengan air agar menambah berat timbangan, kualitasnya akan lebih jelek lagi. Jadi, tak heran banyak ditemukan kroto kualitas jelek,” tukasnya.
Untuk menjaga agar tidak cepat bau, tak jarang kroto dimasukkan ke lemari es. Maka dari itu, munculah istilah kroto freezer. “Meski dimasukkan ke lemari es, tetap saja kualitasnya kurang bagus. Untuk pemancing, kroto yang kualitasnya seperti ini, jelas tidak akan dipakai. Tapi, kalau untuk pakan burung, ada saja yang membeli,” katanya.
Pakan Utama
Sementara bagi para kicaumania, kroto termasuk salah satu kebutuhan pokok. Terutama bagi mania murai batu, kroto termasuk salah satu pakan utama yang mesti ada stok. Selain murai batu, umumnya burung ocehan jenis lainnya pun memerlukan kroto sebagai pahan tambahan. Pasalnya, kroto termasuk salah satu extra vooding yang sangat bagus untuk burung ocehan.
Selain kroto, tentu saja ada pakan tambahan yang kualitasnya hampir sama dengan kroto, yaitu jangkrik. Tak heran, jangkrik pun menjadi buruan utama bagi para penggemar burung ocehan. Hampir semua burung ocehan sangat menyukai jangkrik. Misalnya pentet, kacer, anis merah, murai batu, dan burung ocehan lainnya. (lili suhaeli)**
Kembali ke daftar isi berita.
Semarak Even Armed 4 Siliwangi BC: “Rindu” Kampiun
LOMBA yang dikemas Armed 4 Siliwangi BC, di Jln. Gastot Subaroto, Cimahi, Minggu (24/1), mendapat respons positif dari para kicaumania. Terbukti, even tersebut mampu menyedot 547 kontestan yang datang dari wilayah Bandung, Sumedang, Garut, Tasikmalaya, dan Purwakarta.
Pada perhelatan tersebut, Kimpen dari Tasikmalaya menurunkan andalan utamanya anis merah “Rindu”. Burung jagoan Kimpen ini mampu menampilkan kinerja memesona. Tak heran, ia berhasil menjadi yang terbaik pada kelas anis merah eksklusif yang berhadiah Rp 2 juta. Di kelas ini, Rindu berhasil melibas seteru utamanya, “Mandala” milik H. Rahamat dari Rancaekek Kab. Bandung.
Menurut sang empunya, burung gacoan-nya yang sarat prestasi gemilang tersebut tidak akan lagi tampil dalam waktu cukup lama lantaran bulunya sudah mulai rontok (mabung). “Tapi, saya masih memiliki banyak andalan lain yang juga siap berlaga dalam beberapa even besar,” tegas Kimpen.
Sementara Umo, asal Sumedang menurunkan anis merah “Geder”. Burung asli Sumedang ini pun berhasil menyumbangkan satu gelar juara pertama di kelas anis merah Megabintang B.
Kemudian, yang tak kalah menariknya yaitu pertarungan di kelas kenari, pentet, dan kecer. Masalahnya, di kelas ini tiga burung jawara berhasil menggondol dua mahkota juara pertama. Masing-masing diraih kenari “Terjana” (Asep Gedor), pentet “Ferrari” (Tio GG), dan kacer “King” andalan Dedi.
Berikutnya di kelas cucak hijau, “Meteor” milik Dedi Halim kembali menunjukkan kualitas terbaiknya dengan merebut juara pertama. “Melihat penampilannya yang gemilang, Meteor akan dipersiapkan untuk even berskala nasional bertajuk ‘Hoky Cup’ di Jakarta (13/2) mendatang,” terang Dedei.
Untuk kelas murai batu, “Excecutor” jagoan anyar Irawan Saviola juga tampil mumpuni dengan menggondol tahta juara pertama di kelas megabintang. Sedangkan di kelas muria batu eksklusif, giliran “Kharisma” (Jank Tisna) yang bertahta.
Irawan Saviola menjelaskan, kinerja Excecutor sangat mirip dengan andalan terdahulunya yang mati yakni “Karisma” yang pernah menjadi jawara Indonesia di tahun 2007. “Karisma pernah menjadi juara dalam sebuah kontes di Bali, Surabaya, dan Jakarta,” ujarnya.
Ketua pelaksana pergelaran, Mayor Arm. Yogo Wiatmoko, seusai lomba menjelasakan, pihaknya mewakili jajaran panitia mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan. “Lomba lokalan ini berlangsung semarak karena dukungan dari banyak pihak. Bila ada kekurangan, baik dari panitia atau kinerja juri yang kurang berkenan, akan kami jadikan bahan evaluasi bagi pergelaran berikutnya,” pungkas Yogo. (lili suhaeli)**
Kembali ke daftar isi berita.
“Raja” Terbaik Latber BnR
PERGELARAN rutin Latber BnR, Rabu (19/1), di Leuweungtiis, Bandung, tetap berlangsung semarak meski tiga hari berikutnya di tempat itu digelar lomba regionalan.
Untuk kelas murai batu, tetap menjadi primadona para mania murai batu untuk melatih jagoan-nya. Pada kelas ini, panitia menetapkan harga tiket Rp 40.000 dengan hadiah Rp 400.000. Meski besaran hadiahnya dinilai agak kurang, peserta kelas murai batu tetap banyak. Bahkan, jumlah pesertanya mengalahkan kelas anis merah. Tak heran, Latber BnR dijadikan tolok ukur untuk murai batu bakal lomba.
Pada kelas muria batu megabintang dengan jumlah kontestan di atas 30 gantangan, terdapat nama “Raja” yang baru beres dari masa turun bulu (mabung), tampil cukup memesona sehingga burung gacoan Akun Yunyi ini berhasil menjadi jawara setelah menumbangkan “Fario” (Masyani/Caringgin, Bandung) yang menjadi lawan beratnya.
Selanjutnya, di kelas anis merah, “Taruna” milik H. Erwin, meraih gelar jawara pada kelas Megabintang A dan B. Sementara kelas anis merah eksklusif, dimenangkan “Bajak Laut” milik Jeni asal Soreang, Kab. Bandung.
Kemudian di kelas kenari, “Barbara” andalan Pohank, tampil gemilang sehingga berhak atas tahta juara pertama kelas megabintang. (lili suhaeli)**
Kembali ke daftar isi berita.
PBHP Gelar “Spesial Imlek”: Doglas Mengamuk di Hegarmanah
SETELAH mengorbitkan anis merah “Gomez”, Opik, kicaumania asal Dago kembali dapat memunculkan anis merah tangguh yang diberinya nama si “Doglas”. Pada kesempatan Latber Penggemar Burung Hegarmanah Bandung (PBHB), di Lapangan Cidadap, Jln. Hegarmanah, Bandung, Sabtu (22/1), burung polesan baru Opik tersebut menunjukkan performa optimal dengan meraih dua kali juara pertama di kelas Bintang B dan megabintang.
Sementara Obing dari Dulatip, berhasil mengorbitkan “Dewa” di kelas anis merah Bintang A. Berikutnya di kelas kacer bintang, duet Ivan dan Chew dari Tobokito BC merebut juara pertama melalui “Cakrabuana”.
Sedangkan “Messi”, milik Bambang dari Dago, kebagian jawara di kelas pentet bintang setelah beradu aksi dengan “Pentet” (Caca/Cisitu).
Perwakilan PBHB Asep Ustad menyatakan akan menggelar lomba setingkat regional dua pekan mendatang. “Organizer kami berencana akan mengadakan lomba setingkat regional, tepatnya Kamis (3/2) mendatang. Pergelarannya dinamakan ‘Spesial Imlek’ karena bertepatan dengan Tahun Baru Imlek 2562. Untuk itu, para kontestan yang setia dengan lomba kami agar hadir pada acara akbar ini,” kata Asep Ustad mewakili Ketua PBHB Didin. (anwari januar m./”GM”)**
Kembali ke daftar isi berita.
“Meong” Kuasai PBOP dan ABC
KENARI “Meong” milik H. Elke Hylkema Yohan Idat, S.H., pengacara kawakan asal Bandung, tampil hebat dengan memborong dua gelar juara Latber Arcamanik BC (ABC), Sabtu (22/1). Penampilan burung yang sempat lepas dari sangkarnya dan kemudian ditebus kembali, pantas mendapatkan acungan jempol. Sebelumnya, Meong juga pernah merajai pergelaran PBOP Cililin.
Sementara itu, Latber PBOP, Minggu (23/1), kembali normal seperti semula setelah sepekan sebelumnya sempat terganggu akses menuju lokasi lomba. Pada latihan kali ini, anis merah “Kempes” andalan H. Parman dari Cigondewah tampil menjadi yang terbaik dengan merebut gelar juara kelas eksklusif dan megabintang. Sedangkan di kelas murai batu, “Terroris” milik Iwan Kebot asal Purwakarta menorehkan prestasi gemilang dengan manjadi juara pertama kelas megabintang. Sementara untuk kelas murai batu bintang, giliran “Zoro” (Yeyen) yang menjadi juara.
Berikutnya pada kelas kacer, “Krisna” milik Drs. Agus Hermawan asal Ciluncat, Cangkuang, dinobatkan sebagai yang terbaik Latber PBOP dengan menyapu bersih juara pertama dari dua kelas yang dilombakan panitia. Pada pekan sebelumnya, Krisna pun bertengger di papan atas. Dengan begitu, dalam tiga pekan berturut-turut, Krisna berada di puncak juara. Ketua PBOP, Asing menyatakan, pergelaran rutin PBOP yang menjadi langganan kicaumania Bandung Selatan kini sudah mulai dilirik oleh kicaumania dari luar Bandung. “PBOP selalu konsekuen dalam hal pemberian hadiah. Begitu pula penilaian burung dilakukan secara fair play,” ujarnya. (lili suhaeli)**
Kembali ke daftar isi berita.
“Fabegras” Hampir Hattrick di Pasmal
LATBER Pasirmalang Bird Club (Pasmal BC), terus diincar sejumlah kicaumania penghobi pentet. Pada saat latber digelar di Jln. Pasirmalang, Baleendah, Kab. Bandung, Sabtu (22/1), lomba kelas pentet paling banyak jumlah pesertanya.
Maraknya lomba ocehan Pasmal BC juga diburu oleh sejumlah kicaumania asal Bandung yang mencari burung berkualitas. “Banyak kontestan yang mencari burung berkualitas di Latber Pasmal,” kata Anjas, juri Pasmal BC.
Burung yang menjadi juara di Pasmal, pada setiap pekannya terus bergiliran. Kali ini giliran pentet “Fabegras” (Aris/Gading BC) yang hampir meraih nilai hattrick. Fabegras hampir menyabet semua gelar juara pertama pada tiga kelas yang diikutinya. Di kelas pentet tugu dan bintang, Fabegras menumbangkan para pesaingnya. Sayang, di kelas pasmal, Fabegras hanya bercokol di peringkat runner-up. Kualitas Fabegras terus dibayangi pentet “Berbatov”, masih andalan Aris. Berbatov pun sempat menduduki jajaran burung berkualitas.
Sedangkan di kelas anis merah, “Marvel” (Ade/Patrol) yang haus akan prestasi, kembali menunjukkan talenta terbaiknya. Pada kelas kenari, dikuasai “Amoy” (Aang/Riungbandung). Kemudian kacer “Kuda Lumping” (Asep/Ciparay), anis merah “Messi” (Ended/Tugu Baleendah), dan ciblek “Beckham” (Diki/Banjaran), juga menjadi bidikan tim juri.
Sementara itu, Bojong Pulus Pameungpeuk Bird Club (BPPBC), menggelar latber perdana di Kp. Bojongpulus, RT 01/09, Ds. Sukasari, Kec. Pameungpeuk, Kab. Bandung, setiap hari Minggu pagi. Even itu diprakarsai langsung Ketua Umum BPPBC, Hery Sudrajat, Koordinator Ir. Dasman R, dibantu duet kicaumania Abah Iin dan Agus Jagal.
Latber BPPBC benar-benar dikemas secara serius, kendati arena lombanya masih dalam proses pembenahan. Yang jelas, arena lombanya sangat representatif sehingga mudah dijangkau oleh para kontestan. Soalnya, lokasi lomba dekat pinggir jalan raya. (engkos kosasih/”GM”)**
Kembali ke daftar isi berita.
Ajang Latber Eksklusif TS BC: Dewa Nata Jawara
GELIAT lomba ocehan sangat ter-asa pada Latber Eksklusif Tanjungsari Bird Club (TS BC), di Jln. Tanjungsari, Kec. Tanjungsari, Kab. Sumedang, Kamis (20/1).
Kemasan H. Sarif Jagal tersebut, mampu menge-tengahkan 16 kelas dengan jumlah peserta mencapai 241 burung. Lomba tersebut sebagai ajang pertemuan antara burung asal Bandung dan Sumedang sehingga burung yang juara pun terbagi atas perwa-kilan dua wilayah tersebut.
Dengan cara kerja para juri yang optimal, burung yang dinobatkan sebagai pemenang pun benar-benar terbukti kualitasnya. Seperti tampilnya murai batu “Dewa Nata” (As-win/Tanjungsari) dengan gebrakan terbaiknya sehingga layak disebut sebagai burung yang memiliki masa depan bagus.
Pembuktian yang sama juga diperlihatkan kenari “Logay”, masih andalan Aswin. Logay sempat berseteru dengan “Hektor” (Umo/Sumedang).
Burung-burung yang unjuk kebolehan juga dibuktikan anis merah “Kayla” (Yung-Yung/Sumedang), “Misteri” (Aep/Rancae -ke-k), cucak jenggot “JP” (Adi/Opin/Rudi/Sumedang), “Inul” (Pristel/-Sumedang), love bird “Yakuza” (Ade/Sumedang), anis merah “Laskar” (H. Agus/Sumedang), pentet “Meteor” (Agus Jagal/Buncir), kacer “Rinjani” (Iing/Cileunyi), ciblek “Dereded” (Umo/Sumedang), dan kacer “Trium” (Bonek/Sumedang.
Di tempat terpisah, Buncir Bird Club (Buncir BC) secara bertahap terus menyosialisasikan lomba ocehan pada jenis burung murai batu borneo. Lomba di kelas ini mulai disosialisasikan pada Rabu (19/1) ketika berlangsung Latber Buncir BC di Jln. A.H. Nasution Bandung. Lomba kelas murai batu borneo dipisahkan dari jenis murai batu asal Lampung maupun Medan.
Demikian dikatakan penyelenggara Buncir BC, Heri. Menurutnya, setelah sukses mengetengahkan kelas murai batu borneo, ia berencana memisahkan lomba jenis burung cucak jenggot dan kapas tembak. (engkos/”GM”)**
Kembali ke daftar isi berita.
“Chamaro” Bintang Lapangan BTC
SEJUMLAH burung baru, namun berkualitas tangguh menyemarakkan Latber Bandung Timur Bird Club (BTC) di Jln. Soe-kar-no-Hatta, Bandung, Sabtu (22/1).
Setelah kualitasnya teruji, burung tersebut baru ditarungkan pada lomba ocehan yang dikemas H. Arif, Joko S., dan Aan.
Mereka menyebutkan, burung yang diturunkan di BTC umumnya berkualitas. Perlombaan tersebut tidak hanya diikuti burung lawas, burung baru pun tampak mendominasi arena lomba seperti kacer “Chamaro” (Dede/Kiaracondong, Bandung).
Unjuk kualitas juga diperlihatkan anis merah “Prabu Siliwangi” (Dirman/Firman S.F., Bandung). Prabu Siliwangi menguasai dua gelar sekaligus. Meski Prabu Siliwangi termasuk burung yang baru muncul, talentanya mampu menguasai arena lomba.
Burung yang juga menjadi ancaman bagi para kicaumania, dibuktikan cib-lek “Satria” (Onda/Indra/Antapani), pentet “Sariwangi” (Hendrie Aladdin/Cinunuk), kenari “Huru-hara” (Dodo/-Iwan/Antasari), dan “Samba” (H. Imo/Cibiru).
Murai batu “Lorenzo” (Tjiptobudi/Bandung) pun, kembali tampil mengesankan. Lorenzo terus ber-buru tahta juara seiring de-ngan kualitasnya yang makin menjanjikan.
Selain itu, burung yang didaulat sebagai burung brilian, turut dibuktikan oleh kacer “Macan” (H. Angga/Maruyung), anis merah “Sasuke” (Gunawan/Pasirluyu), kenari “Bintang” (Aa/Bandung), dan kenari “Ja-mes Bond” (Andry/Arya Graha). (engkos kosasih)**
Kembali ke daftar isi berita.
Latber Saung Ranggon dan Cilimus Enterprise: Jantala dan Sixsix Mengorbit
RUPANYA, latber berkualitas menjadi pilihan utama bagi para kicaumania sejati untuk mengasah dan mening-katkan burung-burung debutannya. Seperti kicaumania Yanto dari Cipedes BC, memilih Saung Ranggon Enterprise menjadi pilihan anis merah debutannya, “Jantala”, yang baru beberapa pe-kan direkrut dari salah seorang inohong kicaumania Tasikmalaya untuk melihat kinerja aksinya dan ternyata sangat mengejutkan.
Pada ajang Latber Sa-ung Ranggon di Jalan Raya Tangkubanparahu, Lembang, Kab. Bandung Barat, Rabu (19/1), Jantala berhasil memperlihatkan kinerja optimal sehingga berhasil meraup dua kali jawara di kelas Bintang A dan megabintang.
Beda halnya dengan kicaumania Budi Vion dari Sukajadi. Ia lebih memilih latber yang dianggapnya berkualitas di Cilimus Enterprise, Jln. Cilimus, Sersan Bajuri, Bandung, Sabtu (22/1). Burung anis debutannya, “Sixsix” pun berhasil mengantongi dua kali juara pertama di kelas Bintang A dan Bintang B.
Meski kedua burung ini baru hitungan beberapa pekan dikoleksinya, kemampuannya sangat berkualitas. Dalam dua kali bertanding, Jantala mampu memperlihatkan kemampuan beraksinya de-ngan optimal. Baik “Mizone” (Asep/Ciater) maupun “Kijang” (Yadi/Cipedes BC) tak dapat membendung aksi Jantala yang kala itu sangat ngotot.
Seperti permainan Jantala, Sixsix pun sangat agresif dalam memperlihatkan aksinya. Hasilnya, dua kali bertemu dengan “Salju” (Ayeng/Sukajadi), mebuahkan hasil me-mu-askan menjadi kampiun di kelas Bintang A dan Bintang B. Saat di kedua kelas tersebut, Salju harus menerima menjadi runner up Jantala. Namun, di kelas mega-bintang, Salju bangkit dengan segenap kemampuannya. Akhir-nya, membuahkan hasil yang memuaskan. Di kelas megabintang, Salju pun menjadi kampiun me-mupus aksi “Sabisana” (Cepi/Cipedes BC).
Seusai lomba, Ketua Saung Ranggon Enterprise, Om Handoyo me-ngabarkan akan menggelar lomba regionalan di awal Februari mendatang. “Awal Februari nanti, saya akan menggelar lomba setingkat regional, Minggu (6/2). Untuk itu, para kicaumania diharapkan hadir dalam acara regionalan ini,” ajak Om handoyo. (anwari januar m./”GM”)**
Kembali ke daftar isi berita.
“Baret” Kampiun Latber PBO Cililin
DALAM latber eksklusif, Minggu (23/1), organizer Penggemar Burung Ocehan (PBO) Cililin, mendapat sambutan antusias dari para kontestan yang loyal. Perhelatannya sendiri, digelar di lapangan Jalan Raya Cisaat, Nanjung, Kab. Bandung Barat. Dalam perhelatannya itu, 12 kelas dapat digelar dengan sempurna.
Pada kesempatan meriah tersebut, burung yang beberapa bulan dimiliki Dadan dari Ramah BC Rahayu, yakni “Baret” menjadi kampiun lomba. Pasalnya, di kelas kenari, Baret dapat merengkuh juara pertama di kelas Bintang A dan menjadi runner up kelas Bintang B.
Baret yang sudah tujuh kali mengoleksi juara pertama, berhasil memperlihatkan olah vokal cerecetan keras dan panjang-panjang saat beraksi di hadapan para pesaingnya. Tak hanya itu, Baret pun memperlihatkan aksi jalan-jalan dan buka sayap di tangkringan ketika aksi memikat lawan jenisnya.
Dengan tampilan aksinya yang agresif, burung yang dipoles Bang Jack ini membuahkan hasil gemilang di kelas Bintang A. Namun, sayang di kelas Bintang B, Baret harus menjadi runner up “Balebat” (H. Syarif/Sadang). Meski begitu, baik Dadan sebagai pemilik maupun Bang Jack selaku pemoles, mengaku cukup puas dengan tampilan Baret yang sangat bagus.
Tampilan gemilang juga diperlihatkan pentet “Utun” (Alit-Fredy/Cimareme). Saat ini, aksi Utun dihadiahi dua kelas sekaligus, yaitu kelas Bintang A dan Bintang B. Selain Utun, duet Alit dan Fredy pun dapat menjadikan juara pertama “Gandring” di kelas murai batu bintang. Kemudian, menjadikan “Geboy” masuk di dua besar kelas kenari Bintang A dan “Panser” di kelas ciblek Bintang A yang bertahta di posisi tiga besar.
Sedangkan anis merah “Gahang” gacoan Tar-mizi dari Soreang berhasil menjadi jawara di kelas Bintang B dan runner up “Tammer” (Ujang GM/Cipatik) di kelas Bintang A. (anwari januar m./”GM”)**
Kembali ke daftar isi berita.
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.
mantap makin meriah kicau mania indonesia, hidup para penggemar burung indonesia… Maju… maju… Maju… Semangat.!
kroto lebih mahal dari daging sapi?… bisa dibudidayakan gak ya…..