Berikut ini adalah artikel pertama dari serangkaian artikel tentang penangkaran burung murai batu milik H Syamsul Saputro di Jatibarang, Indramayu. Bahan utama berasal dari Agrobis Burung dan di rangkaian akhir ada catatan dari Om Kicau tentang sosok Haji Syamsul. Silakan disimak.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Berawal dari kegemarannya mengoleksi murai batu untuk disiapkan ke arena lomba, H Syamsul Saputro mencoba menjodohkan sepasang murai batu di kandang umbaran. Pasangan ini berasal dari Aceh, yang dibeli secara terpisah. Jantan berasal dari Ujung Pancu, sedangkan betinanya dari Tangse.
Tidak menunggu lama, pasangan ini berjodoh dan langsung menghasilkan telur dan menetas dua ekor jantan dan seekor betina.
Hal itu merupakan keberhasilan yang dianggapnya sebagai anugerah yang luar biasa. Karena, dengan pengalaman yang minim dan berbekal pengetahuan mengenai penangkaran seadanya, indukan yang dipasangkannya bisa langsung produksi.
Sementara membesarkan ketiga anakan pertama tersebut, muncul keinginannya menangkarkan murai batu secara massal dengan jumlah kandang yang lebih banyak dan fasilitas lengkap. Sebelumnya, ia banyak mengoleksi murai-murai potensial unkuk disiapkan ke arena lomba. Lama-kelamaan koleksinya terus bertambah. “Tidak terasa, koleksi murai saya semakin banyak. Agar arahnya jelas akhirnya saya tangkarkan,” katanya.
Untuk mempercepat rencananya, ia pun akhirnya memanfaatkan sarana yang dimilikinya. Di areal tanah seluas 2,4 hektare di dekat kediamannya, berdiri gedung indor bulu tangkis seluas 300 m2.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Gedung itu sudah jarang dipakai sehingga ia gunakan sebagai tempat menangkar. Dalam bangunan indor iersebut dibangun empat deret kandang yang masing-masing terdiri dari 10 kandang. Tiga lokasi untuk pasangan produksi, satu lokasi khusus untuk proses penjodohan awal.
Penggunaan ruangan indor ternyata tepat. Proses produksi berlangsung aman dan nyaman. Untuk melancarkan sirkulasi udara, di atap bangunan dipasang beberapa penyedot udara.
Gedung luas ini pun menjadi pusat kegiatan penangkaran, mulai dari proses seleksi dan menyiapkan indukan, penjodohan, kandang penangkaran, termasuk juga pengembangbiakan jangkrik untuk memenuhi kebutuhan pakan sehari-hari. Aktivitas ini sudah berlangsung selama kurang lebih 1,5 tahun.
Untuk kandang penangkaran itu, H Syamsul mempekerjakan 7 karyawan khusus. Kemudian ada juga tim khusus untuk melawat ke arena lomba sebanyak lima orang.
Penangkarannya dinamakan SKL Bird Farm, mengambil sigkatan dari toko mas miliknya, Shakila Putra, yang beralamat di Jalan Ahmad Yani Jatibarang, Indramayu.
Dan sebanyak 40 kandang tersebut hampir 90% berproduksi. Saat ini tercatat sebanyak 31 kandang yang sedang berproduksi. Selain itu sudah disiapkan puluhan calon indukan untuk mengantisipasi pasangan yang macet atau salah satunya mabung atau sakit.
Jadi sebanyak 31 kandang dipastikan akan selalu terisi. Kalau ada yang off atau mabung, langsung digantikan dengan indukan baru yang sudah disiapkan. Dengan demikian, jumlah kandang yang ada saat ini sesuai dengan jumlah pasangan yang sedang berproduksi.
Dengan jumlah kandang produksi sebanyak itu, bisa dipastikan SKL menjadi penangkar murai batu terbesar. Sebab sejauh ini rata-rata satu penangkar di Indonesia hanya memiliki kisaran sepuluh atau belasan kandang murai batu. (Bersambung ke artikel kedua)