Burung kanari terkenal sebagai burung yang mudah ditangkarkan. Hal ini tentu tidak mengherankan kalau kita menilik sejarah penyebaran burung kenari itu sendiri. Burung kenari yang menyebar ke seluruh dunia, pada dasarnya adalah burung-burung kenari hasil penangkaran para penangkar burung di belahan Eropa Barat sana.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Di Indonesia saat ini, penangkaran burung kenari sudah demikian populernya dan karena mudahnya menangkarkan burung kenari, bahkan hal itu bisa dilakukan oleh para pemula dunia hobi burung.
Kenari malang
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
Zaman keemasan penangkaran burung kenari di Indonesia pernah terjadi beberapa tahun lampau. Salah satu kelompok penangkar yang mendulang banyak untung dari zaman keemasan ini adalah para penangkar burung kenari di wilayah Malang. Sedemikian populer keahlian mereka menghasilkan anakan-anakan kenari yang kemudian membanjiri pasar-pasar burung di Indonesia, sampai-sampai muncul “trah” tersendiri untuk kenari Indonesia, yakni trah “kenari Malang”.
Era popularitas kenari Malang yang pernah melambung, kemudian bergerak turun seiring dengan menurunnya popularitas hobi burung pasca merebaknya isu flu burung yang disusul kemudian dengan hantaman popularitas (tanaman) gelombang cinta.
Ketika isu flu burung menghilang dan hantaman gelombang cinta mereda, penangkaran burung kenari di Malang tidak bangkit serta merta. Banyak penangkar burung kenari di Malang yang sudah men-switch usaha mereka dengan menangkarkan berbagai jenis tanaman, atau bahkan sudah berhenti sama sekali dari usaha penangkaran.
Kalau ada yang kemudian memulai usaha penangkaran kenari lagi, maka jumlah mereka tidak banyak dan mereka tidak lagi bisa membanjiri pasar-pasar burung di Indonesia dengan kenari berbranding “kenari malang”. Selain jumlahnya tidak lagi signifikan, pada saat yang sama mulai bertumbuhan penangkar-penangkar kenari di kota-kota lain di Indonesia.
Oleh karena itu akhirnya kita mendengar beberapa branding baru kenari-kenari hasil penangkaran dari kota lain. Branding yang terdengar cukup kuat antara lain adalah “kenari Solo”, “kenari Jogja” dan “kenari Bandung”.
Berbeda dengan apa yang dilakukan para penangkar di Malang pada waktu lampau, para penangkar burung di Solo dan Jogja cenderung mengembangkan kenari untuk tujuan lomba dengan titik berat menghasilkan burung kenari dengan volume keras. Sementara untuk penangkar burung di Bandung, lebih terbranding sebagai penghasil kenari-kenari warna, dengan red-factor canary sebagai andalan.
Dengan berkembangnya trend lomba kicauan dibanding trend lomba warna burung, maka branding kenari Solo atau Jogja lebih kuat ketimbang branding kenari Bandung.
Pada perkembangan selanjutnya, branding kenari Solo dan Jogja semakin terangkat dengan aktivitas para kicaumania yang tergabung dalam Paguyuban Penggemar Burung Kenari Indonesia (Papburi). Papburi mengembangkan trend kenari-kenari isian, atau kenari yang bisa menyuarakan variasi suara burung jenis lainnya.
Dengan demikian, produk-produk penangkar kenari Solo dan Jogja saat ini terkenal dengan volume yang keras dan suara isiannya (ada yang mengisi dengan suara blackhtroat, ciblek, jalak, dan lain-lain).
Melambungnya popularitas F1 yorkshire
Volume yang keras dari kenari secara umum diasumsikan bisa dihasilkan oleh kenari dengan postur besar. Namun, kekristalan suara burung kenari, yang bisa terasa menonjol di arena lomba, diasumsikan bisa dihasilkan oleh kenari-kenari tipe penyanyi seperti spanish timbrado, roller, American singer canary, waterslager dan beberapa varian kenari tipe (song type) penyanyi lainnya. Oleh karena adanya asumsi-asumsi tersebut, berkembanglah trend persilangan kenari postur besar (yorkshire atau lancasier) dengan kenari-kenari tipe penyanyi.
Terbatasnya stok kenari tipe penyanyi di pasaran, akhirnya pengembangan kenari dititikberatkan pada menghasilkan suara dengan volume keras. Namun karena keterbatasan jumlah kenari yorkshire betina di pasaran, para penangkar pun memilih kenaril betina “lokal” dan yorkshire jantan sebagai indukan. Yang saya sebut sebagai kenari “lokal” di sini adalah kenari jenis sembarang dan tidak diketahui garis moyangnya yang beredar secara umum di pasaran Indonesia.
Masalah kenari F1, F2, AF dan kenari lokal
Hasil persilangan yorkshire jantan dengan kenari betina lokal populer disebut sebagai kenari F1 yorkshire. Jika F1 yorkshire ini disilangkan lagi dengan kenari yorkshire, maka maka anakan ini disebut sebagai F2 yorkshire. Kalau F2 yorkshire dikembalikan lagi disilang dengan yorkshire, inilah yang secara umum sebagai kenari F3.
Dalam kasus lain, jika kenari yorkshire (jantan atau betina) disilangkan dengan lancasier misalnya, dia akan menghasilkan anakan yang biasa disebut sebagai F1 yorkshire dan bisa juga disebut F2 lancasier.
Jika kenari F1 yorkshire atau F1 lancasier atau F1 spanish timbrado misalnya disilangkan dengan kenari sembarang yang berbeda subspesies dengan indukannya, inilah yang kemudian disebut sebagai kenari AF. Jika AF disilang dengan AF misalnya, maka kenari ini sudah tidak b isa ditandai lagi garis nenek moyangnya, dan inilah yang bisa atau biasa disebut sebagai “kenari lokal” alias kenari dengan garis keturunan yang campur-baur dan sekarang banyak beredar di pasaran.
Ketika “kenari lokal” itu dikembalikan lagi disilangkan dengan yorkshire, maka dia akan menghasilkan lagi apa yang disebut F1 yorkshire.
Mohon dicatat, bahwa istilah F1, F2, F3, AF dan lokal ini adalah istilah-istilah yang dikenal secara umum di dunia hobi burung dan bukan “istilah ilmiah”. Juga, istilah-istilah itu tidak umum diterapkan pada persilangan burung jenis lain apalagi istilah baku yang diterapkan oleh pemerintah untuk burung-burung hasil penangkaran burung langka seperti jalak bali misalnya. (Untuk penangkaran jalak bali, tunggu artikel selanjutnya ya…).
Prospek penangkaran kenari
Kembali pada topik pembicaraan kita mengenai prospek penangkaran burung kenari, maka saya mengatakan masih sangat bagus dan akan terus berkembang dan mendapatkan pasar di dunia hobi burung. Sebab sebagaimana saya tulis pada artikel serial propek penangkaran burung sebelumnya, semua tergantung pada bagaimana tingkat penyerapan pasar terhadap burung kenari anakan.
Sebagaimana kita ketahui, burung kenari yang merajai arena lomba saat ini adalah burung-burung kenari dengan volume dan isian yang unik. Untuk mengetahui bagaimana volume suara anakan kenari, maka hal itu bisa ditilik dari volume suara indukannya, jenis indukannya (kenari postur ataukah kenari tipe penyanyi ataukah kenari “sembarang”) dan bisa juga ditilik dari performa “kakak-kakaknya” yang sudah diproduksi dan diorbitkan sebelumnya.
Namun karena hal itu bukanlah rumus baku, maka perburuan kenari dengan volume keras saat ini banyak dilakukan dengan “asal-asalan” dan “untung-untungan” dan lebih banyak dilihat dari jenis indukannya, yakni apakah berpostur besar atau kecil.
Kondisi itu memacu orang untuk selalu “mengoleksi” anakan-anakan kenari dengan harapan “siapa tahu volumenya keras”. Pada saat sama, pemburu kenari anakan juga memoles burungnya dengan isian-isian yang sedang ngetrend di arena lomba atau membuat variasi lain seperti yang diinginkannya.
Ketika kenari yang diharapkan penghobi burung bervolume keras ternyata hanya bervolume biasa-biasa saja, atau terjadi kegagalan dalam pemasteran (burung menyuarakan lagu isian yang tidak diharapkan), maka penghobi burung akan berburu lagi anakan-anakan kenari dan berusaha lagi “mencetak kenari idaman”.
Para penghobi burung kenari tidak akan pernah menyesal “telah salah” membeli anakan burung kenari yang belakangan terbukti bervolume biasa saja. Mereka menyadari bahwa itulah salah satu risiko membeli burung dengan budget yang ditekan serendah mungkin. Tetapi kalau belakangan burungnya bisa bersuara dengan volume keras, maka itulah salah satu kebahagiaan dan kebanggan dirinya menjadi penghobi burung.
Juga, para penghobi burung kenari tidak akan pernah menyesal “telah salah” memaster anakan burung kenari yang belakangan terbukti tidak bisa membawakan lagu yang dimasterkan. Mereka menyadari bahwa itulah salah satu konsekuensi pemasteran burung, ada yang berhasil dan banyak yang gagal.
Para penghobi burung kenari menyadari bahwa kalau ingin memiliki burung kenari bervolume keras dan isian yang bagus, ya tinggal bertanya kepada diri sendiri berapa besar uang yang harus disediakan.
Kondisi yang demikian itulah yang membuat saya yakin bahwa penangkaran burung kenari tetap memiliki prospek yang bagus di masa mendatang.
Tentu saja, jika Anda adalah pemula, belajarlah menangkarkan burung kenari sembarang dulu. Barulah ketika sudah berpengalaman, Anda mulai memilih-milih jenis indukan dengan budget yang ditinggikan sesuai obsesi dan keinginan Anda untuk menghasilkan anakan kenari jenis apa dengan kualitas yang bagaimana. (Bersambung)
Baca juga artikel terkait:
- Burung kacer: Peluang penangkaran burung saat ini dan masa mendatang (3)
- Penangkar jalak suren perlu beramal: Peluang penangkaran burung saat ini dan masa mendatang (2)
- Murai batu: Peluang penangkaran burung saat ini dan masa mendatang (1)