Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Di bawah tali pengguyub beberapa nama yang tidak asing lagi di kalangan plecimania, seperti Irvan Sadewa, Mac Arius, Istono Yuwono, Putut Aribowo, Albinobird Antikbird, Kurniawan Setiadi, Honk Liem, Anton Sujarwo, Tono Solo, Anditya Kurniawan, Adit Untuk Rakyat, Ony Trismawanto, Lilik Eko, Didik Kristiawan, Harry Sibajumerah, Yohan Syam, Ginting Hendiananta yang kesemuanya adalah admin di group Burung Plecimania Indonesia (Zosterops), perhelatan berlangsung meriah dan berhasil menelurkan beberapa kesepatan dan kesepahaman di antara plecimania Indonesia.
Salah satu hal terpenting adalah pakem atau standar penilaian dalam lomba burung berkicau di kelas pleci. Standard suara burung pleci yang dianggap “layak dan bagus” selama ini memang belum distandarkan. Sebagaimana tertulis di dalam dokumen grup Burung Plecimania Indonesia di facebook.com misalnya, banyak pertanyaan seputar burung pleci, misalnya apa beda antara burung pleci yang “ngriwik“, “ngalas”, “ngerol “, dan “ngeplong“, serta bagaimana penilaiannya di arena lomba.
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
1. Ngriwik adalah: Mereplay lagu dan isian dengan volume suara pelan. Lagu yang di-replay burung umumnya berasal pemasteran alami/buatan yang terekam di Auditory Memori (otak) burung tersebut. Fase ini biasanya digunakan burung sebagai kesempatan untuk belajar meng-aransemen lagu dengan baik dan harmonis.
2. Ngalas adalah istilah untuk kemampuan burung Pleci melagukan suara kicauan asli burung Pleci seperti di habitatnya. Ngalas adalah suara ngerol asli PC terdiri dari suara ciw yang rapat disambung-sambung dalam tempo yang cepat, nada naik turun cenderung ditarik-tarik bergulung-gulung panjang/ ropel/ roll.
3. Ngerol adalah kemampuan burung untuk berkicau secara sambung-menyambung seolah-olah tanpa terputus. Misalnya: 1-2-3-4-5-6 atau 5-4-3-2-6-1.
4. Ngeplong adalah istilah untuk burung yang berkicau dengan lantang dan keras dengan volume suara yang relatif besar.
Burung pleci yang sudah ngeplong ngalas kadangkala dia mau “ngriwik” jika kondisinya enjoy. Ketika sedang ngriwik inilah akan kelihatan nyanyian isian-isian yang dia bisa merespon saat dari muda. Kadang-kadang jika sudah interest dalam ngriwik burung pleci bergaya teler-teler.
Untuk memperjelas seperti apa suara pleci yang ngalas, berikut dilampirkan link video suara pleci ngalas yang diupload oleh Om Tiger Wong di youtube:
Burung pleci bagus dan layak nilai
Lantas bagaimana burung pleci yang “bagus” dan layak mendapat penilaian bagus pula di arena lomba? Hal itu memang sudah dirumuskan di Munas I Plecimania. Rumusan tersebut sedang diolah lagi sehingga menghasilkan rumusan final yang nanti akan disosialisasikan melalui berbagai sarana. Salah satu hasil Munas tersebut akan disampaikan sebagai referensi dan/atau usulan kepada para juri lomba burung berkicau dalam menilai kicauan burung pleci.
Hanya saja, secara ringkas bisa saya katakan bahwa burung pleci yang bagus dan layak mendapat nilai bagus adalah yang memiliki lagu ngalas yang dominan, rapat, penuh variasi tonjolan yang terangkai dalam irama tertentu, dan disuarakan dengan keras dengan paruh membuka.
Memang, gambaran umum ini bisa disalah-tafsirkan atau dipersepsi secara keliru jika tidak distandarkan untuk diterima secara umum.
Mengapa? Menurut saya, apa yang disebut paruh membuka (dengan asumsi burung terdengar keras di telinga manusia ketika bersuara) tentu mustahil untuk diukur secara akurat seberapa besar bukaan paruhnya. Bisa jadi pada suatu saat nanti ada burung pleci teler dengan bukaan paruh yang secara umum disebut “tidak buka paruh” tetapi bersuara lantang dan keras yang melebihi suara burung pleci yang bersuata dengan membuka paruh.
Di sini saya sebut-sebut soal pleci teler karena di arena Munas tersebut berkembang wacana dan kemungkinan akan dibakukan bahwa “burung pleci yang teler adalah burung pleci yang tidak bagus dan karenanya dinilai jelek di arena lomba”. Pada sesi ini sebenarnya saya pengin memberikan tanggapan dengan menyampaikan pertanyan apakah “keputusan: seperti itu harus dibakukan”?
Saya ingin menyampaikan hal itu dengan mengingat sejarah penilaian dalam lomba burung anis merah. Ketika masa-masa awal lomba burung anis merah, burung yang teler dianggap jelek karena suaranya dianggap tidak keras. Fakta membuktikan, pada masa berikutnya, burung anis merah yang dianggap bagus adalah burung anis merah yang langsung teler di arena lomba, konsisten sampai lomba berakhir, dengan suara keras, penuh variasi suara tonjolan, dan dengan gaya tarian yang atraktif (ndlosor, mbebek, nyacah, muter dsb).
Jika burung pleci teler dianggap jelek, lantas bagaimana jika dalam perkembangannya nanti bermunculan burung-burung pleci yang mampu teler konsisten, penuh variasi suara tonjolan, keras dan memiliki tarian atraktif? Hal itu tidak mustahil terjadi mengingat perkembangan pola rawatan, pemasteran dan manajemen kicau burung pleci yang semakin bagus dan terus berkembang dari waktu ke waktu.
Tetapi apapun… hasil Munas akan merupakan satu pijakan yang sangat berarti bagi semakin populernya burung pleci di kalangan kicaumania Indonesia di masa mendatang. Kita tunggu rumusan bakunya.
Konservasi
Salah satu topik bahasan di arena Munas adalah konservasi burung pleci. Hal ini perlu diperdalam pembahasannya di waktu-waktu mendatang karena kenyataannya di arena Munas belum ada pihak yang berani tunjuk jari atau “ditunjukkan jarinya” telah berhasil menangkarkan burung pleci.
Dalam kaitan inilah di arena Munas, omkicau,com menawarkan hadiah Rp. 5 juta sebagai perangsang pihak-pihak yang bisa untuk kali pertama menunjukkan keberhasilan penangkaran burung pleci, melalui dokementasi yang baik, yakni pencatatan day-to-day perawatan sekaligus foto-foto dokumentasi penunjang.
Tidak cukup itu!!! Om Irvan Sadewa pun menyiapkan perangsang yang sama, Rp. 5 juta rupiah. Nah…. Jadi, total hadiah bagi penangkar burung yang berhasil kali pertama menangkarkan burung pleci yang didukung dokumentasi yang bagus adalah Rp. 10 juta.
Demikianlah sobat, sekilas catatan yang bisa saya sampaikan dari arena Munas I Plecimania Indonesia di Yogya 7 Januari 2012. Tentu catatan ini masih sangat miskin warna untuk memberikan gambaran secara lebih bagus apa yang terjadi selama Munas berlangsung.
Tetapi sebagaimana saya sebutkan di awal tulisan ini, Munas tersebut akan menjadi tonggak bersejarah naiknya popularitas burung pleci di kalangan penghobi burung di Indonesia. Jadi, kalau bicara trend burung 2012, mau tidak mau saya harus menempatkan burung pleci di deretan atas burung-burung yang bakal naik popularitasnya.
Salam plecimania, salam dari Om Kicau.
Sumber Foto: Grup Burung Pleci Mania Indonesia (Zosterops) di facebook.com.