Informasi ini Om Kicau peroleh dari Om Heri di Gilimanuk, yang membeli telur dari seorang petani anis merah di Negara. Awalnya, Ni Komang (kemungkinan isterinya, tetapi saya tidak bertanya lebih jauh soal status ini), melalui telepun bertanya kepada saya tentang suhu yang diperlukan untuk penetasan telur anis merah di mesin tetas.
Saya kemudian menjelaskan serba ringkas tentang manajemen penetasan burung menggunakan mesin tetas. Namun karena penjelasan saya mungkin kurang detil, dua hari kemudian Om Heri menelepun saya. Sebelum saya menjelaskannya, saya bertanya lebih dahulu tentang fenomena jual beli telur burung anis merah di Bali.
“Nanti saya jelaskan cara penetasan telur burung dengan mesin tetas melalui artikel di blog omkicau.com,”kata saya.
Dan sementara saya menurunkan artikel ini, saya pun sedang menulis mengenai manajemen penetasan telur burung melalui mesin tetas, meski sebenarnya saya pernah menulis secara singkat di artikel Pacu produktivitas penangkar burung klaten menggunakan mesin tetas.
Menurut Om Heri, jual beli telur anis merah bisa dan biasa dilakukan oleh petani anis merah (lihat juga artikel tentang Penangkaran Anis Merah: Penelitian Kutilang Indonesia dan Penangkaran anis merah Bali di kebun rumah, bukan isapan jempol). Telur yang dijual bisa telur yang baru saja dipetik, atau telur yang sudah dieramkan di mesin tetas selama beberapa hari.
Menurut beberapa sumber Om Kicau di Bali, penjualan anis merah dalam bentuk telur ini juga biasa digunakan untuk menyiasati susahnya pengiriman burung anis merah yang dilakukan oleh perorangan, khususnya penghobi anis merah yang belum terbiasa membawa burung keluar dari Bali.
Hanya saja, membawa telur anis merah keluar dari Bali belum dilakukan melalui jasa ekspedisi karena pengemasannya relatif sulit dalam menjaga keamanan telur dari benturan dan sekaligus menjaga kestabilan suhu dan kelembabannya.
Membawa telur keluar dari Bali bisa dilakukan dengan meletakkan di dalam kotak dengan dikelilingi kapas dan dimasukkan ke dalam kotak yang dindingnya berlapis gabus atau styrofoam. Untuk menjaga kestabilan suhu,khususnya menjaga dari kenaikan suhu udara, pengangkutan perlu dilakukan dengan mobil ber-AC atau bisa juga kotak telur dimasukkan ke dalam kotak yang lebih besar yang di dasarnya diberi air. Atau bisa menggunakan cara apa saja yang penting suhu udara terjaga dan telur tidak pecah.
Oke, itu sekadar seklias info dan akan saya update informasinya jika saya sudah mendapatkan informasi yang lebih detail. Dan sementara ini, saya siapkan dulu artikel tentang penetasan telur burung dengan menggunakan mesin tetas. Saya sedang menggali info lebih dalam dari Mas Samino dari Lintang Songo BirdFarm Solo yang biasa menetaskan telur burung jalak bali dan cucakrowo dengan mesin ketika indukannya bermasalah.
Salam anis merah, salam sukses dari Om Kicau.
View Comments (17)
wah kalo gitu anis merahnya kan tambah terusik dari derahnya karena belum menetas kan diambil telurnya,,, aku sih lebih senang anis merah yang menetas secara alami pada induknya
sLam telermania malang
info yang menarik, di bandung ada yang jual ga yah?
klo ada yang minat dengan telur AM, saya bisa menyediakan
Om klo tlor brung lovebird d tetesin pkai msin penetas bsa gak?
wah bung netesinnya gimana ?
Apa nggak susah tuh ngerawatnya dari stadia telur, yang bakalan aja udah susah koq ngerawatnya, btw anis merah emang primadona sih... Good luck ya....
klo didaerahku biasanya telur AM ditipin ma KN
saya bacanya telur manis..eh pas baca..oh..telur anis...:-)
Ane juga baru mendapati fenomena ini akhir tahun lalu. Hal ini terjadi karena wilayah Negara tidak ada aturan adat, Mungkin karena memangwilayah Gilimanuk didominasi dihuni oleh warga keturunan non Bali. Perebutan AM di daerah rawan seperti ini menyebabkan AM diburu dari telor, karena khawatir kalau menetas terambil oleh "pemetik" yang lain. Hasilnya? ane kemarin ambil 2 ekor Trotol hasil tetasan mesin, dan keduanya sehat wal afiat saja.
Hal ini memacu ane utk konservasi dengan cara breeding memperbaiki pola breeding dengan sistem pengeraman sendiri.
mau dooongggg