Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Pernah mendengar serangga bernama walang ngapak? Ya tentu Anda baru mendengarnya dari blog ini. Sebab, nama walang ini adalah pemberian kami bersama – Duto, Joko Zindicat, Dwi Lovebird Jogja dan Wahyudi- untuk belalang atau walang yang kami “temukan” di perjalanan pulang malam hari dari Banjarnegara pada Minggu 19 Februari 2012. Suaranya rapat dan pajang dan jika digunakan untuk memaster burung tertentu, menurut saya, justru lebih yahud ketimbang suara burung cililin.
Cerita berawal ketika kami dalam perjalanan pulang dari menginap selama dua malam di rumah Om Rangga, di Punggelan Banjarnegara. Punggelan, sebuah kecamatan di Banjarnegara, ternyata jauhnya minta ampyun deh dari pusat kota Banjarnegara. Padahal promosi Om Rangga, suami dari Tante Ulfa ini, rumahnya berada di kota… wekekeke… ternyata waduh banget.
Tetapi nggak apa-apa. Soalnya, di sana asyik sekali. Selain bisa bercengkerama dengan kakaktua-kakaktua peliharaan Om Rangga, saya dan kawan-lawan dijamu aneka kuliner khas Banjarnegara dan sekitarnya. Sebut misalnya soto Sukaraja yang berbumbu kacang, mie ongklok (yang sebenarnya adalah makanan khas Wonosobo) dan ini nih… es durian khas Purbalingga.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Tujuan perjalanan utama saya sebenarnya adalah mancing di Waduk Mrica. Sementara untuk teman lain dari Jogja dan Solo, ditambah Om Toni Bajak Laut Cilacap, adalah nonton lomba burung di kompleks Pertamina Banjarnegara. Karena Waduk Mrica airnya sedang keruh, ikan gabus yang saya pancing dengan cara casting tidak ada yang nongol.
Nah ketika dalam perjalanan pulang itulah saya mendengar suara khas serangga malam yang belum pernah saya dengar sebelumnya. Yang saya yakin, itu adalah suara belalang atau walang, tetapi saya tidak yakin walang jenis apa dan bagaimana bentuknya. Dan yang membuat saya penasaran adalah suara kecreknya yang rapat seperti rapatnya suara burung cililin, tetapi panjaaaang tanpa jeda.
Saat itu juga saya minta mobil dihentikan dan kami segera berhamburan mencari keberadaan belalang bersuara asyik tersebut.
Pada usaha pertama, kami gagal menangkap belalang itu karena sulit sekali menemukan keberadaan meraka yang tersembunyi di sela-sela pohon salak dan pohon perdu yang berada di pinggir jalan yang kami lewati. Namun kami berhasil merekam suaranya.
Baru pada pencarian kedua dan ketiga di tempat berbeda. Kami menemukannya. Ternyata, tampilan walang ini hampir sama dengan walang kecek, tetapi sayapnya lebih lembut.
Karena kami bingung menyebut walang ini sebagai walang apa, saya sebenarnya mau menyebut sebagai walang Banjarnegara. Hanya saja Om Joko usul diberi saja nama “walang Ngapak”. Dan kami sepakati hehehe.
Mengapa ngapak? Ya ini adalah dialek Banyumasan. Bahasa ngapak adalah kelompok bahasa Jawa yang dipergunakan di wilayah barat Jawa Tengah. Untuk mengetahui apa itu ngapak, silakan saja baca ini.
Bagaimana suaranya?
Silakan dengar dulu:
Kalau mau suara yang lebih tajam dan jernih, mohon ditunggu ya, sedang kita olah.
Kalau Anda ingin mendownload suaranya dalam format MP3, silakan diklik saja tulisan download di bawah ini:
Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.
Page: 1 2