Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Sebuah catatan menarik tentang persoalan itu pernah diangkat tabloid burung Agrobis (Minggu IV November 2011) dengan judul “Hadiah uang, solusi atau sumber masalah?“. Karena menurut saya isu ini semakin perlu diwacanakan mengingat kondisi “kotor” dunia kontes burung, artikel itu saya unggah di blog ini. Silakan berikan komentar bagaimana menurut Anda.
Saling menelikung
Tak aka ada henti-hentinya kita membicarakan pro kontra hadiah langsung uang tunai dalam blantika lomba burung. Namun, apa pun, suka tidak suka, kita harus mengakui bahwa sekarang yang sedang jadi panutan, menjadi kiblat, atau ideologi lomba burung memang uang.
Hampir semua EO berpendapat, jaman sekarang tak ada pilihan lain untuk mengeluarkan hadiah uang. “Sesungguhnya harus kami akui membuat kemasan dengan hadiah uang jauh Iebih berat. Semakin besar kemasan hadiah, harus semakin njlimet itung-itungannya, sebab modal semakin besar sementara potensi rugi lebih nyata daripada potensi untungnya. Kalau tidak ditopang oleh sponsor yang nyata, berat sekarang menggelar even besar. Tapi kami harus mengikuti arus daripada ditinggalkan peserta, sebab harus diakui di tempat kami, menggelar lomba memang menjadi salah satu sumber pemasukan,” aku Warjo, Ketua IKPBS, salah sìtu EO yang mengaku semuanya beranggotakan kalangan cilik dan para bakul burung di pasar Depok Solo.
Okelah, hadiah uang sesungguhnya sah-sah saja. Màsalah kemudian muncul, karena uang, seperti di tempat-tempat lainnya, pada akhirnya menimbulkan moral hazart. Banyak kepentingan yang kemudian saling menelikung karena memburu uang, mulai para peserta, juri hingga panitia.
Banyak peserta lawas yang mengaku sebagai kicaumania murni, setidaknya tidak hidup dari burung,dibuat kecewa ketika dari lomba ke lomba melihat aksi tipa-tipu di lapangan dilakukan dengan kasar, terang-terangan, dan sama sekali tanpa rasa malu.
“Semua pengin menang dengan segala cara. Kalau hadiah besar, banyak peserta yang berani membagikan hadiah dengan juri asal bisa menang. Benar-benan telah terjadi degrasi moral baik pada peserta, juri, bahkan juga panitia. Peserta tak malu lagi burungnya menang meskipun di kanan-kirinya peserta lain tahu ada burung lain yang jauh lebih lebih layak. Juri pun tutup mata tutup telingan dengan komplain peserta, sebab segudang alasan, sebagian karena hapalan, sudah siap digelontorkan dengan lancar dan fasih, seolah-olah adalah jawabani jujur dan spontan,” ujar seorong tokoh di blok tengah yang mengaku malas membeli burung-burung jago lagi.
Bahkan, bila EO tidak siap, seringkali membuat banyak pihak yang kemudian direpotkan. Karena rugi dan tidak siap dengan cadangan uang, kemudian ninggalin utang ke mana-mana. Mulai sebagian hadiah, hingga pembayaran ke pihak ketiga lainnya. Kejadian seperti ¡ni tidak hanya terjadi pada EO kelas bawah, bahkan EO kelas atas yang nampak sebágai bos pun tak bosan-bosannya mengulanginya.
Burung diproyekkan
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Bahkan, di tingkat latber-latber kecil pun, burung-burung proyek bertebaran.
Biasanya, kalau burung sedang diproyekkan, dia akan menang secana beruntun di berbagai EO berbagai daerah. Pokoknya asa lburung mau nampil ngotot, seolah koncer A sudah jaminan jadi miliknya. Hal-hal seperti ini memang susah dibuktikan secara formal, namun baunya sesungguhnya sangat terasa menyengat. Dan sayang seribu sayang, banyak sekali di antara kita yang memilih pura-pura tidak tahu.
Di sisi lain, banyak pula cerita burung proyek yang Justru sengaja dibuat kalah. Ini bila calon pembeli Iebih punya daya tawar dan punya akses ke panitia dan juri. Maksudnya, dengan tidak membuatnya jadi juara, calon pembeli bisa menawar si burung lebih murah.
Akan banyak alasan untuk mencela kejelekan dan kekurangan si burung, buktinya juga tidak menang. Hal seperti ini sudah banyak sekali terjadi, bahkan sangat lazim dilakukan di arena-arena lather kecil.
Juri yang berkepentingan untuk mengincar jago bagus tapi pengin harganya miring, akan memberi kode pada antek yang di pinggir lapangan untuk mencari tahu siapa pemiliknya, dan kernudian akan dicoba dirayu supaya bisa dibeli murah.
Nah, apa kesimpulan kita, apakah uang jadi sumber berkah atau masalah? Menghapuskan hadiah uang secara sepihak mungkin tidak bisa. Paling tidak para EO yang sekarang eksis tak akan berani melakukannya.
Mungkin perlu inovasi yang berani, semacam terobosoan di bidang pakem dan teknis penilaian agar bisa mengurangi sejauh mungkin peluang main mata antara juri dan peserta. Secara bentahap, mereka yang merasa komit dan mengaku sebagai kicaumania murni, ada baiknya pula menyeponsori lomba yang hadiah uangnya direduksi sebanyak mungkin. Hadiah uang atau materi dalam bentuk lain, bisa di-switch ke hadiah Juara Umum, atau doorprize, yang memungkinkan semua peserta bisa mendapatkannya.
Bagaimana para kicaumania sejati, ayo mutai bertindak, sekarang atau terlambat…. (Sumber: Agrobis Burung)