Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Bahkan ada kecenderungan trend transfer para jawara, tak terguncang dengan fenomena yang bergejolak di etalase perburungan nusantara. Peluang ini memunculkan para pebisnis untuk mengisi ceruk pasar yang relatif besar.
Boleh diakui, anis merah sudah bisa dikategorikan burung legendaris. Popularitas burung kicauan bergaya mirip orang mabuk alias teler ini stabit memuncaki podium burung primadona. Harga seekor jawara yang sudah mengantongi prestasi di sebuah even besar, nilainya pun menjulang tinggi.
Masih menggiurkan
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Meskipun di blok barat sudah tersiar sedikit upaya menurunkan ritme sang legendaris ini, seekor jawara masih tembus hingga ratusan juta rupiah. Satu di antara alasan ini yang kuat melandasi kenapa anis merah paling diburu kicaumania.
Kesempatan ini pula banyak dimanfaatkan para pengepul piyikan. Satu di antaranya adalah Ronny GAS, pengepul piyik anis merah Bali. Sejak 2010 silam, pria asal Pandaan, Pasuruan, ini mulai mengeluti dunia bisnis yang sama sekali belum pernah digeluti. Hanya berbekal pengetahuannya merawat burung lomba, juragan gas elpiji ini memulai bisnis ini.
Secara tersirat Ronny mengakui bisnis piyik anis merah relatif menggiurkan. Dalam pantauannya sejak 2010, trend permintaan dari para merahmania dalam dan luar Jatim terus meningkat.
“Permintaan piyik dari Bali selalu stabil bahkan kecenderungannya meningkat, khususnya dari para mania Jatim,” katanya saat ditemui baru-baru ini di Pandaan.
Tingginya permintaan pasar menyebabkan puluhan piyik asal Bali bisa ludes hanya dalam hitungan hari saja. “Berapa pun piyik datang, pasar dalam kota tetap menyedot puluhan piyik tersebut, ditambah lagi beberapa permintaan dan luar kota,” ujarnya.
Permintaan luar kota datang dari Bandung, Semarang dan sebagian blok tengah.
Lebih jelas diterangkan Ronny, dalam sebulan ia bisa menampung 100 ekor piyikan. Dengan estimasi usia rata-rata sekitar sebulan. Meski tidak secara eksplisit diterangkan mengenai keuntungan yang didapat, ia memperkirakan bisa mengantongi 10 persen keuntungan setelah dipotong berbagai operasional yang dibutuhkan.
“Sejak awal saya enggak pernah ambil untung banyak, makanya piyik yang dikirim dari peternak di Bali enggak pernah lama ngendon,” jelasnya.
Tetap laris manis
Kiat bisnis ini pula yang dapat membawa dirinya tetap bertahan hingga sekarang. Meski di beberapa kota besar Jatim seperti Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Malang dan kota sekitarnya banyak pengepul anis merah, ring GAS tetap laris manis.
Banyaknya kicaumania baru yang terus meluberi etalase perburungan Jatim, membantu penetrasi bisnis plyikan anis merah ini makin langgeng. Banyak merahmania yang lebih doyan melahap piyikan-piyikan ini ketimbang burung jadi. Untuk per ekor dengan anis merah ring GAS dibanderol kisaran Rp 700 ribu dengan estimasi usia sekitar sebulan.
“Kalau di atas sebulan harga disesuaikan,” kata pemilik ring dengan kepanjangan nama anaknya, Galvin and Steven, itu.
Dia berani memprediksi, pamor bisnis ini bakal berkelanjutan hìngga beberapa tahun mendatang. Kekuatan yang melandasi prediksi ini didasarkan pada kesulitan menangkar anis merah dalam kandang penangkaran. la mengatakan selama ini anis merah masih diproduksi dari alam. Jadi stok pasar masih tergantung pada alam.
“Kalau jenis lain seperti murai batu, kacer atau lovebird sudah bisa ditangkar dalam kandang. Sedangkan anis merah hingga sekarang masih tergantung dari alam bebas,” katanya.
Jadi, permintaan pìyik dari alam relatif masih tinggi.
+++
+++
Disponsori oleh: RAHASIA BURUNG JAWARA
+++
Artikel ini adalah bagian I dari serial Bisnis burung piyikan anis merah yang diturunkan 4 seri. Sumber Agrobis Burung.
(Bersambung)
Rangkaian artikel:
1. Bisnis burung piyikan anis merah (1): Blok timur harga Rp. 700.000
2. Bisnis burung piyikan anis merah (2): Blog tengah mulai harga Rp. 800.000
3. Bisnis burung piyikan anis merah (3): Blog barat stabil, Kaltim jeblok
4. Bisnis burung piyikan anis merah (4): Kematian, risiko terbesar