Mengadopsi kontes burung Papburi, Yayasan BnR akan gelar LEB

lmron Surabaya: Perlu pakem penjurian

Konsep lomba lebih banyak menguntungkan peserta. Artinya 10 burung yang berada di gantangan bisa dilihat oleh semua pihak. Baik juri, panitia, pemilik burung serta penonton.
Semua bisa menyaksikan kinerja burung. Maka jika burung menang dalam pertarungan di situ, merupakan suatu kebanggaan yang sangat luar biasa.

Perlu ditegaskan pakem penjurian untuk menentukan masing-masing kelima jenis burung yang dikatagorikan Iayak sebagai juara. Tujuannya untuk menghindari kebingungan kicaumania.
Misalnya pada jenis kenari. Pada jenis burung ini sangat rawan untuk menentukan mana yang layak sebagai juara. Secara seksama kenari dalam melantunkan suara dan lagu hampir memiliki kesamaan. Akan ada perbedaan pada irama lagu serta cenkoaan. Lantas bagaimana yang glender pada kenari isian.

Intinya penyelenggara harus punya pakem yang jelas dan tegas dilaksanakan.

Sebagai contoh lagi, pada murai batu, mana yang akan dipilih sebagai juara bila ada murai batu yang ngerol dan mengeluarkan tembakan pendek tapi rajin dbanding yang ngerol dan tembakannya hanya beberapa kali lebih tapi tembus di arena.

Di sinilah terkadang tingkat stabilitas burung kerap diabaikan. Umumnya lebih mengutamakan kualitas. Fakta seperti ini yang kerap menjadi perdebatan antara panitia dengan pemilik burung.
Termasuk pada lovebird yang sama-sama gacor, bunyi dengan durasi panjang namun satunya irama lagu standar lovebird dan satunya berirama lagu banyak yang bagus juga. Pada kacer, selain gaya yang menjadi kekhasan burung tersebut, patut dijelaskan kepada publik mana yang dipilih, apakah ngerol atau nembak.

Jika bisa berlanjut akan tercipta sebuah lomba yang benar-benar berkualitas.

1. Heru Sedan Jogja
2. Eko Zulis Semarang
3. Emon Jakarta
4. H Elviano Indramayu
5. Akiat Surabaya
6. lmron Surabaya
7. Stepy Bali
8. Hartono Laros Bali
9. Ronny Darmawansyah Bali
10. Tomy Lampung
11. Yoyok Lindu Aji Semarang
12. Heru Jakarta
13. Gunawan Jakarta