Yamaani Nahdi, kicaumania yang sudah ikut Piala Raja sejak tahun 2000, berharap juri pada even tahun ini bisa berlaku adil. “Piala Raja Jogja memang istimewa, jangan sampai dirusak,” katanya.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Yamaani mengaku sudah mengikuti Piala Raja sejak jaman masih digelar di pelataran Hotel Ambarrukmo. “Insya Allah Piala Raja 2012 adalah even ke-5 yang saya ikuti, sebab antara tahun 2006-2009 saya off main burung.”
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Di mata Yamaani, Jogja memang sangat istimewa. Hal ini tidak hanya diungkapkan belakangan ini, tapi pernah pula diungkapkan saat di lapangan ketika mengikuti Piala Raja 2011. Waktu itu, Yamaani menurunkan cucak hijau, dan dia kurang puas dengan penilaian juri.
“Saya terus terang ndak senang dengan cara-cara seperti ini, kan bisa merusak Jogja yang istimewa ini pada khususnya, dan pada PBI umumnya,” ujar Yamaani, yang mengaku sudah mulai belajar menenteng-nenteng burung ke lomba sejak tahun 94-an.
Piala Raja bisa jadi titik tolak
Yamaani mengaku pada dasarnya sangat mencintai PBI karena itu ia tidak rela melihat kondisi PBI secara umum yang seperti mati suri; jarang menggelar lomba justru di saat banyak pemain baru sedang semangat-semangatnya lomba.
“Salah satu masalah mendasar di PBI menurut saya memang pada urusan juri. Regenerasinya macet. Sementara yang mengaku sudah senior, di lapangan seringkali sudah terjebak pada kepentingan tertentu, tidak bisa netral lagi, seperti yang pernah diulas di media beberapa waktu lalu.”
Yamaani yang sudah ‘ngelus-elus’ burung lomba dari tahun 1994-an, mengaku sudah cukup tahu dan paham modus-modus teman-teman juri.
“Nah, saya berharap di Piala Raja tahun ini, para juri yang umumnya sudah pada senior itu benar-benar mau berkaca, intropeksi, sehinga dalam menjuri bisa benar-benar menggunakan nurani. Tidak perlulah kita mesti ceramah-ceramah, kan sudah pada gede semua. Jadi kesadaran mesti datang dari dalam diri sendiri, itu kalau PBI pengin kembali dicintai kicaumania. Saya rasa Piala Raja adalah momen yang tempat untuk menunjukkan jati diri PBI.”
Trophy tak tergantikan dengan uang
Piala Raja dengan piala Mahkota Raja-nya memang sangat istimewa. Sejak awal digelar, tak mudah untuk bisa mendapatkannya.
“Jadi saya sungguh tak rela kalau Mahkota Raja bisa dibeli atau semacamnya lah. Kalau juri besuk berani bekerja dengan nurani, sehingga yang mendapatkannya memang benar-benar layak, apalagi kebetulan dari kicaumania kebanyakan, pasti akan terus dikenang dan membuat harum nama Piala Raja, nama para juri, dan nama PBI pada umumnya. Setelah itu, PBI akan kembali jaya,” ujar Yamaani lagi.
Yamaani mengisahkan, dulu jaman belum ada hadiah uang, ia rela ke mana-mana hanya untuk sebuah trophy, tapi rasanya sangat puas.
“Uang cepat hilang tak berbekas, tapi trophy itu kan disimpan dan dikenang terus. Dulu dapat trophy yang biasa saja senang, apalagi kalau bisa dapat Mahkota Raja, tentu bukan kepalang senang dan puasnya. Saya berharap besuk juri benar-benar menjaga amanah ini, saya tak peduli siapa pun yang jadi pemenang, yang penting harapannya bisa benar-benar fairiplay.” (Waca-Jogja)
Artikel ini didukung oleh:
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.
sangat setuju sekali Om… agar tdk merusak citra raja Hamengkubuono yak Om…. seep….
Benar om yamaani, kalau mau piala raja dikenang sepanjang masa, juri nya harus fair dan jujur
Setuju Om……..
Jangan ada dusta diantara kita, he he he…..