Kelas pleci menjadi roh penyelamat di setiap latihan burung Jumat sore di Lapangan Loco-loco, Wonosari, Gunungkidul. Andai tak ada kelas pleci, latberan Handayani BC itu akan terasa senyap, tanpa gairah. Itulah gambaran latber pada Jumat, 15 Juni 2012.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Mengapa demikian? Rata-rata tiap kelas atau jenis burung hanya diikuti oleh 5-10 burung. Untungnya ada burung pleci. Dibuka 3 kelas, semua terisi nyaris penuh, rata-rata mencapai 50 peserta. Tak berlebihan kalau pleci disebut sebagai penyelamat.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Parno, mewakili panitia menyebutkan latber sore itu memang terhitung sepi. “Biasanya lebih ramai, ya bisa mencapai 20-30, kadang-kadang 40. Yang stabil selalu ramai, saat ini memang pleci.”
Yap, keberadaan kelas pleci yang ramai membuat suasana lomba menjadi lebih gayeng dan sumringah. Wajah-wajah gembira, siulan, guyonan segar, muncul sepanjang waktu latihan, terutama saat pleci bertarung.
Suasana menjadi semakin hidup dan bergairah, karena persaingan di kelas pleci juga cukup sengit, maklum yang datang bukan hanya plecimania Gunung Kidul saja, tapi juga digeruduk plecimania dari Jogja dan Klaten. Tampak pula dedengkot Pleci Agung Djuminten.
Pantau jawara
Kehadiran para plecimanita dari Klaten dan Jogja menyusup jauh ke dalam hingga Wonosari, rupanya bukan sekadar ingin berlomba atau jalan-jalan semata. Lebih dari itu, mereka pun berharap bisa sambil memantau dan mengincar calon jago baru yang prospek.
Siapa tahu dapat jagoan handal dengan harga miring. Plecimanita Gunung Kidul sendiri tentu juga menyambut positif kehadiah rekan-rekan plecimania dari luar Gunung Kidul, sebab sebagian dari mereka pun berharap jagoannya tampil ciamik, kemudian bisa dilirik dan bisa cair dengan nilai yang lumayan. Nasib mujur, siapa tahu. (Waca – Jogja)