H Elviano dan H Syamsul Saputro, dua tokoh kicaumania dari tlatah Cirebon-Indramayu, berharap kesakralan lomba burung Piala Raja bisa dijaga dengan penegakan aturan main secara benar dan adil. Jika keadilan tidak dijaga, Piala Raja hanya akan tinggal nama.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Keduanya mengungkapkan hal itu terkait dengan pelaksanaan lomba burung Piala Raja di Kompleks Taman Wisata Candi Prambanan pada 8 Juli 2012.
Elviano adalah salah satu tokoh lama di dunia hobi burung. Sudah turun gelanggang semenjak awal 2000-an, menjadi bagian dari klub ternama Cirebon saat itu, Apita Ahass 788 dan juga Klub Shakila 77 Jatibarang Indramayu bersama H Syamsul Saputro pemilik SKL BirdFarm.
Haji Elviano pernah menjadi ketua Pengda PBI Jawa Barat. Saat ini menjadi pemain independen dan secara berkala menggelar lomba secara independen pula. Pada 1 Juli 2012, Elviano menggelar even yang cukup besar, yaitu Kapolres Cup Indramayu.
Ketokohan Elvianto masih diakui dan disegani baik oleh sesama pemain maupun para EO. Pendapat dan saran-sarannya masih didengarkan oleh mereka.
Elviano juga nyaris tak pernah absen mengikuti even besar di Jogja, apakah itu Valentine apalagi Piala Raja. Tahun lalu, Elviano memenangi satu kelas bergengsi, yaitu cucak hijau Maharaja dengan gaconya Obama.
Tahun ini, Elviano juga memastikan diri untuk kembali hadir dan berpartisipasi dalam Piala Raja 2012. Elviano juga beranggapan Piala Raja itu tak hanya bergengsi, tapi juga memiliki nilai kesakralan, hal yang tidak dipunyai oleh even lain, meskipun dengan hadiah segunung sekalipun.
“Satu hal yang tak dimiliki oleh even lain adalah nilai kesakralan dari Piala Raja. Apalagi lokasi di Taman Candi Prambanan juga ikut mendukung nuansa sakralnya. Jadi beruntung sekali teman-teman Jogja, punya even besar, dengan lokasi yang megah pula. Jadi membuatnya semakin tinggi nilai gengsinya.”
Namun demikian, bila tidak hati-hati, nilai kesakralan itu bisa berkurang bahkan perlahan hilang.
“Nilai sakral dari Piala Raja akan hilang kalau para pelakunya, manusianya, apakah itu panitia, juri, sampai peserta, melakukan hal-hal yang kurang fair, kurang terpuji, dan merugikan pihak-pihak lain di luar koridor aturan dan etika yang kita pahami,” ujar Elviano.
Karena Piala Raja itu even besar dan sangat bergengsi, adalah hal yang lumrah bila banyak pihak berkepentingan dengan even ini. Semua yang datang pada dasarnya ingin mendapatkan keuntungan. Kalau jadi peserta, ya ingin jadi pemenang.
“Sepanjang semua dilakukan masih dalam garis fairplay, no problem. Namun saya melihat selalu ada upaya-upaya dari pihak tertentu untuk bisa meraih keuntungan dengan segala macam cara. Nah, saya mengingatkan, terutama kepada teman-teman panitia, jangan sampai melakukan hal-hal yang hanya menguntungkan perorangan atau pihak-pihak tertentu yang kemudian merugikan mengorbankan pihak lain yang jumlahnya jauh lebih banyak.”
Di bagian awal sebelum lomba dimulai, misalnya soal reservasi tiket. Panitia harus menjaga reputasi agar tiket benar-benar diacak, jadi tidak ada yang bisa atur-atur itu nomor gantangan. Setelah itu juga penilaian, juri harus benar-benar melakukan yang profesional dan terbaik.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Kasihan pemain baru
Hal senada disampaikan H Syamsul Saputro yang mengatakan jika gelaran sebuah lomba semata-mata dikuasai para pemain “bermodal besar”, maka kasihan para pemain baru. “Para pemain baru itu kan juga mengeluarkan uang yang tidak sedikit dalam ukuran mereka. Kalau mereka tersisihkan gara-gara belum punya nama, kan kasihan sekali.”
H Elviano maupun H Syamsul Saputro sependapat bahwa standar pelayanan kepada semua peserta harus sama, apakah itu peserta biasa yang datang hanya membeli satu tiket, atau tokoh besar dengan jagoan top dan mahal dan membeli tiket hingga puluhan. Tak boleh ada pilih kasih, memberikan pelayanan kepada orang tertentu dengan lebih baik ketimbang yang lain.
“Itu garis besarnya, tapi detilnya lebih banyak dari itu, dan secara umum kita yang sering lomba semua tahu apa yang saya maksud dengan jangan sampai melakukan sesuatu yang hanya menguntungkan segelintir orang dan merugikan banyak orang yang lain,” tegas Elviano. (Waca-Jogja)
Artikel ini didukung oleh:
SKL BF – Pusat Penangkaran dan Agrowisata Burung |