Selain anis kembang, cucakrawa atau cucakrowo pun terancam terdegradasi di kancah perkicauan nasional. Banyak EO yang membuka kelas ini, namun pesertanya sangat minim. Padahal peternak cucakrawa banyak yang berhasil serta pasarannya pun cukup bagus.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Namun di lomba burung berkicau, cucakrawa kurang diminati oleh kicaumania. “Mungkin cukup sulit untuk mendapatkan burung berkualitas yang diharapkan oleh kicaumania. Bukan itu saja, harga cucakrawa pun cukup mahal,”ujar Hengki Bor kepada Agrobur.
Di wilayah Lampung pun kelas anis kembang, cucakrawa dan tledekan kurang diminati. Bahkan anis kembang dan tledekan, hampir semua EO yang menggelar lomba kebanyakan tidak membuka kelas ini.
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
Meski pemintanya kurang, namun untuk kelas cucakrawa panitia masih bersedia menggelarnya. “Untuk klas ini ya, cukup sekali saja naiknya,” ungkap Tommy, salah satu tokoh Lampung.
Menurutnya, terlalu banyak peraturan lomba yang harus pakai ring (sifat komersial kapitalis) serta Íangkanya burung, membuat kicaumania ogah bermain. Kemudian kelas branjangan pun, sudah mulai terdegradasi di perburungan Nusantara.
Rangkaian artikel “Burung terpinggirkan di ajang lomba Agrobis Burung”:
- Burung terpinggirkan di ajang lomba (1): Anis kembang bisakah bangkit lagi?
- Burung terpinggirkan di ajang lomba (2): Tledekan, riwayatmu kini…
- Burung terpinggirkan di ajang lomba (3): Bali coba angkat lagi pamor anis kembang dan tledekan
- Burung terpinggirkan di ajang lomba (4): Cucakrawa terancam degradasi?
- Burung terpinggirkan di ajang lomba (5): Banten, lomba anis kembang teramai ada di sini
- Burung terpinggirkan di ajang lomba (6): Ironi cucakrawa di Kalimantan