Membawa burung ke luar pulau, walaupun untuk lomba, apalagi bila dibawa menggunakan pesawat terbang, harus melalui prosedur yang cukup ketat. Burung harus disertai dokumen atau surat rekomendasi dari kantor karantina.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Maksudnya, tentu saja adalah untuk memastikan bahwa burung yang dibawa tersebut dalam kondisi yang benar-benar sehat dan tidak akan membawa bibit penyakit atau membahayakan di tempat tujuan.
Prosedur normalnya, ketika hendak berangkat, kita meminta Surat Keterangan Kesehatan Hewan, ke kantor Dinas Pertanian-Peternakan. SKKH ini kemudian dibawa ke kantor Karantina, untuk mengurus surat jalan. Karena kita mau balik dan burung juga mau dibawa balik lagi, jangan lupa sekalian meminta surat ijin masuk (kalau dari Jogja, ya minta surat ijin masuk ke Jogja lagi, kapan kita akan pulang).
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
Untuk surat ijin masuk ke tempat tujuan/tempat lomba, biasanya akan dibantu oleh panitia. Pun dengan SKKH untuk mengurus surat jalan ketika kita hendak pulang.
Agar tahu lebih detil lika-likunya, inilah kisah peserta Piala Raja yang hendak pulang, yaitu Adrie Bangka dan Andri Jambi.
Tetapi sebelum masuk ke cerita, silakan lihat dulu foto-foto di bawah ini, khususnya dalam hal packing. (Klik gambar untuk memperbesar tampilan)
Kasus Adrie Bangka dan Andri Jambi
Adrie dari Bangka, Senin pagi (9/7) hendak balik ke Bangka, tentu transit di Jakarta terlebih dahulu. Di Hotel Paku Mas, pagi-pagi burung sudah dipacking terlebih dahulu. Kerodong dipasang dengan rapi, kemudian bagian bawah kerodong direkatkan dengan sangkar menggunakan lakban.
“Kalau saya, packingnya cukup begini, tak perlu ditambahi tutup kardus,” ujar Adrie.
Adrie mesti berangkat pagi-pagi, sebab harus mampir kantor Karantina dulu. Bukankah sudah diurus oleh panitia? “Nah inilah yang perlu buat masukkan untuk even mendatang. Semestinya sih ini bagian dari layanan panitia, kita membayar biaya tidak masalah kok, yang penting semua sudah beres. Ini panitia hanya membantu menerbitkan SKKH saja, karantina mesti diurus sendiri.”
Sesampai di Kantor Karantina Jogja, sekitar jam 08.00, para pegawai sudah upacara apel sehingga harus menunggu sekitar 30 menit.
Setelah selesai, Adrie pun masuk, dilayani oleh petugas, kemudian mengungkapkan maksudnya sambil memberikan dokumen yang diperlukan. Saat inilah masalah muncul. Ketika ditanya surat rekomendasi atau ijin masuk ke tempat tujuan, yaitu Pangkal Pinang, Adrie tidak bisa menunjukkannya.
“Mas, di surat keluar dari sana waktu berangkat, sudah ada keterangan tanggal 9 mau balik, dan itu di Pangkal Pinang sudah cukup sebagai surat rekomendasi atau ijin masuk. Kan saya bawa burung dari sana dan mau pulang lagi. Saya hampir tiap pekan bolak balik Pangkal Pinang ke tempat lain, terutama Jakarta, cukup dengan itu dan tidak masalah, kenapa di sini jadi masalah,” ujar Adrie sewot.
Sewatku Adrie datang, surat yang dimaksud masih dicari di kantor Karantina, sementara di database komputer nama Adrie belum ada.
Setelah berdebat cukup lama dan alot, dan kantor karantina menghubungi petugas yang menerima surat masuk ketika rombongan Adrie datang, surat itu akhirnya ketemu. Petugas kemudian bertanya, “Mana Mas keterangan tanggal 9 mau balik?”
Adrie pun kemudian menunjukkan tulisan di kolom paling kanan.
Masalah belum selesai, sebab petugas harus mengentri di “data masuk” dahulu. “Maaf ya Mas, sebab ternyata kemarin belum dimasukkan ke data base. Ini mesti kita masukkan ke data masuk dulu. Sebab kan lucu, kalau data masuk belum ada, tapi sudah bikin data keluar.”
Sambil memproses surat, burung diminta untuk dikeluarkan dari mobil, untuk diperiksa fisik (dilihat untuk mencocokkan jenis dan jumlah) serta diambil fesesnya dari tiap burung, dan diperiksa di laboratorium dulu. Surat final pun baru akan dikeluarkan setelah keluar hasil lab dan dinyatakan sehat.
Pada saat itu, datang pula Zoel, kicaumania Jogja yang membantu menguruskan karantina untuk beberapa burung milik rekannya dari Kalimantan dan Sumatera.
“Ini yang punya Andri Jambi dimasalahkan karena surat ijin masuk dari Jambi-nya tidak ada. Jadi kantor sini belum mau membuat surat pelepasan atau surat keluar, dengan alasan nanti sampai sana tak bisa masuk kalau tak ada ijin masuknya.”
Saat di temui di loby Bandara, Andri mengungkapkan ia sudah terbiasa lomba ke luar Pulau, khususnya Jakarta, dan biasanya tak ada masalah seperti ini. “Jambi tidak minta surat ijin masuk kok, sebab ini kan burung dari Jambi, untuk lomba, dan mau pulang lagi. Kalau saya bawa burung baru dari sini misalnya, saya bawa pulang ke Jambi, baru perlu ijin masuk. Biasanya seperti itu. Beberapa waktu lalu saat ke Solo juga begitu, Karantina Solo juga tidak ribet-ribet kayak di Jogja minta ijin masuk dari Jambi.”
Setelah melalui proses yang melelahkan, dokumen akhirnya memang didapatkan. Menurut petugas Karantina, mereka hanya menjalankan tugas sesuai dengan prosedur yang belaku. “Kami hanya menjalankan prosedur, seperti cek fisik dan periksa feses di lab, semua harus melalui proses ini, jadi bukan mempersulit.”
Petugas juga mengungkapkan, biasanya untuk even seperti lomba burung, apalagi bila skupnya besar dan banyak peserta luar pulau, panitia sebelumnya sudah berkoordinasi dan mengkondisikan sebelumnya dengan pihak karantania, sehingga dokumen apa saja yang diperlukan, sudah dipersiapkan dan dikomunikasikan dengan calon peserta.
“Jadi ketika peserta datang, kami sudah siap, cek ulang sebentar. Jadi tidak memulai dari nol lagi, apalagi sampai mencari-cari lagi arsip masuknya. Tapi tidak tahu kenapa untuk yang sekarang panitia tidak berkoordinasi dahulu dengan kami.”
Nah, kisah Adrie Bangka dan Andri Jambi di atas, kiranya bisa jadi masukan buat kita semua, yang suatu saat mungkin akan lomba ke luar pulau. Selain memastikan dokumen apa saja yang diperlukan sudah didapat, juga berkoordinasi dengan panitia, dan menanyakan, apakah nanti semua urusan di tempat tujuan akan dibantu pengurusannya oleh panitia, supaya kita tak lagi ribet.
Jangan sampai burung kita bisa datang ke tempat lomba, tapi kemudian tak bisa pulang….(Waca – Jogja)
Untuk referensi, silakan juga Anda baca artikel yang ini:
- Tips persiapan lomba burung luar kota (1): Persiapan fisik
- Tips persiapan lomba burung luar kota (2): Persiapan non-fisik
- Tips persiapan lomba burung luar kota (3): Persiapan burung
- Tips persiapan lomba burung luar kota (4): Persiapan ke luar pulau
- Tips persiapan lomba burung luar kota (5): Hindari jetlag
- Tips persiapan lomba burung luar kota (6): Kerodong dobel di mobil ber-AC
.