Keinginan menjadi “selebriti” di dunia kicauan dengan cara mempengaruhi juri dengan uang adalah jalan pintas yang memalukan. Perilaku seperti inilah antara lain yang menyebabkan banyaknya gesekan di arena lomba. Contoh kasus adalah Lomba Burung Walikota Cup Salatiga.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Cara untuk menjadi terkenal secara cepat di dunia perburungan nasional memang perlu banyak biaya. Investasikanlah uang yang cukup, dan tidak merusak tatanan yang ada. Lakukanlah belanja gacoan yang “sudah jadi”. Juga, sediakan anggaran untuk selalu menghadiri even-even berskala nasional yang sudah terjadwal di seluruh Nusantara.
Yang tidak kalah penting lagi adalah dilakukannya promosi di media yang akan membuat seseorang terdongkrak namanya karena akan dikenal secara luas.
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
Lihat misalnya H Fitri BKS, salah satu kicau mania asal Samarinda yang namanya langsung melejit berkat gacoan-gacoan ternama yang sudah didatangkan di Bumi Kaltim.
Berkat keberaniannya mentransfer gacoan jadi, dalam kurun setahun lebih ini Fitri BKS sudah menghabiskan kurang lebih uang 1 miliar untuk belanja materi gacoan papan atas yang sudah jadi.
“Yang namanya sudah hobi Mas, karena hanya ini salah satu pelampiasan rasa penat kesibukan di kerjaan,” kata Fitri BKS.
Dengan semakin banyak didatangkannya gacoan papan atas Nusantara, lomba-lomba burung kicauan di kisaran Kaltim juga dapat getah positifnya karena kicau mania lainnya semakin bersemangat untuk datang ke lapangan walaupun hanya sekedar untuk melihat kualitas gacoan jawara Nusantara tersebut ataupun bisa membandingkan dengan gacoan miliknya sendiri.
“Melihat mainnya jawara Nusantara secara langsung di lapangan sangat puas karena bisa menilai secara langsung kekurangan serta kelebihannya. Jadi tidak hanya melihat pemberitaan di media yang bisa membuat penasaran,” tambah Misiran, pemain senior Samarinda dan pemilik kios burung Milono.
Tak mengecilkan hati para pemain kelas latberan Samarinda yang namanya juga bisa langsung melejit seperti di kelas cendet, Bayu bisa mengorbitkan Kerikil yang namanya sudah sering masuk daftar juara bahkan menjadi burung terbaik.
“Kita hanya ingin meramaikan kicaumania dan di latberanlah yang paling pas untuk tampil. Sebab, kalau di tingkat nasional persaingannya ketat,” kata Bayu.
Kita juga bisa menyebut nama Joni yang baru muncul bersama Vanesiya di cendet yang dalam beberapa pekan ini selalu masuk daftar juara. “Sebelumnya kita main di kenari tapi dengan mulai ramainya kelas cendet, apa salahnya kita mencoba ikut meramikan,” tambah Joni.
Stop intrik
Akan tetapi dalam proses menjadi pemain cepat terkenal di arena perburungan ini ada yang menggunakan “intrik” antar oknum pemain nakal yang akhirnya menodai fairplay dalam lomba burung.
Banyak cara yang dijakukan para oknum pemain nakal untuk menghalalkan segala cara seperti contohnya berteriak secara berlebihan untuk mengintimidasi para juri yang bertugas ataupun protes keras bila burungnya tidak masuk nominasi atau tidak menang.
Karena kalau burungnya bisa masuk juara otomatis bisa mengatrol harga jualnya. “Sebagai EO tentu ini tantangan tersendiri untuk menghadapi sumpah serapahan dari para pemain yang tidak puas, karena sudah pasti semuanya tentu minta dimenangkan, cuma kita usahakan tidak harus ribut. Bisa diselesaikan secara kekeluargaan,” kata Murdianto.
Ya, seandainya semua kicaumania yang pengin sukses dengan nama harum di dunia kicauan bisa menegakkan etika dan aturan lomba, tidak mungkin ada gesekan seperti di Salatiga.
Sayangnya, hingga saat ini masih ada beberapa oknum pemain yang bahkan bisa mengatur komposisi juri atau bermain dengan oknum juri. “Dalam penjurian kita sering debat di lapangan dengan sesama juri untuk menentukan burung yang masuk nominasi. Jadi kalau ada yang melenceng jauh, patut dipertanyakan. Era sekarang ini para pemain sudah sangat pintar, jadi saya rasa pemain lebih pandai mengamati mana burung yang layak dan mana yang tidak,” jelas Ahim juri senior Samarinda.
Semoga kasus rusuh di Salatiga bisa menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak. (Artikel IV dari 4 Artikel/Habis-Ref. Agrobur)
Artikel lain:
- Di balik kasus rusuh lomba burung di Salatiga (1): Peserta yang “murah hati”
- Di balik kasus rusuh lomba burung di Salatiga (2): Main sogok sudah umum?
- Di balik kasus rusuh lomba burung di Salatiga (3): Dari Agung Tattoo sampai Iwan Tugu Luwak
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.