Seusai even Lomba Burung Walikota Cup Salatiga yang diwarnai keributan, berita yang berseliweran dari mulut ke mulut atau antar-SMS memang ada kesan berkembang berlebihan. Misalnya, ada pertanyaan, “Apa betul semua kursi beterbangan.” Sementara itu juga muncul pertanyaan terkait nama burung cendet milik H Mario Surabaya yang biasanya diberi nama Tarantula tetapi dalam daftar juara ditulis bernama “Dipermainkan”. Ada apa?
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Bahwa ada kursi dilempar, itu betul, tapi hanya dua atau tiga kursi yang dibanting oleh Om Gunawan Wibisono. Kemudian berkembang berita soal pemukulan terhadap salah seorang juri. Kabar soal pemukulan, tidak merujuk pada Om Gun, karena terjadi setelah lomba usai, sementara Om Gun sudah pulang lebih dahulu setelah melakukan protes. Jadi, Om Gun jelas tidak tahu-menahu soal ini.
Kabar soal “pemukulan” terjadi setelah lomba selesai. Saat itu, Dian dipertemukan dengan Solikhin, salah satu juri dari Semarang. Dian menuduh Solikhin yang mengkondisikan para juri di lapangan agar memenangkan burung tertentu.
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
Ketika bertemu itulah, Dian mendorong Solikhin. Solikhin, menurut sejumlah saksi mata, kemudian bereaksi seperti kesakitan. Mereka yang melihat dari jauh, kemudian menafsirkan sebagai pemukulan.
Senin pagi, Dian berhasil dihubungi dan ketika dikonfirmasi soal pemukulan, Dian juga mengatakan hanya mendorong. “Saya tidak memukul, hanya mendorong, mungkin cukup kuat sehingga Solikhin sempat terdorong mundur. Tapi setelah itu saya minta maaf dan masalah sudah saya anggap selesai.”
Dian kemudian bertutur, setelah peristiwa itu, dalam hati kecilnya sesungguhnya juga ada rasa bersalah dan menyesal. “Tapi saat di lapangan tadi, kan situasisnya memang panas, sangat emosional. Yang penting saya sudah minta maaf dan kami berdua juga sudah menganggap masalah selesai.”
Sebelum pulang, media ini sempat ngobrol-ngobrol dengan beberapa juri termasuk Solikhin. Sama sekali tidak ada tanda-tanda bekas pemukulan, Solikhin juga tetap seperti biasa, bisa tersenyum dan bergurau.
“Ya setelah kejadian tadi saya lega karena masalah sudah selesai. Kalau tadi tidak ketemu dan diselesaikan, kan kita bisa khawatir, jangan-jangan ada penghadangan di jalan, dan semacamnya,” ujar Solikhin.
Solikhin juga mengklarifikasi soal tuduhan seolah dia yang mengatur-atur kerja juri. “Saya bukan Korlap, tugas saya hanya menjuri, dikira saya yang menarik-narik atau mengarahkan juri yang lain,” kilah Solikhin.
Kelas cendet muncul nama “Dipermainkan”
Jika Anda melihat hasil kejuaraan Lomba Burung Walikota Cup di sana ada muncul nama burung “Dipermainkan”. Nah apakah ini nama yang lazim? Ternyata ada latar belakang cerita terkait dengan dugaan penilaian yang tidak adil yang dilakukan oknum panitia dalam lomba tersebut.
Pada kelas tersebut keluar sebagai juara 1 adalah cendet milik H Fitri. Menurut sejumlah peserta, burung tersebut “munting-munting” tetap dapat A. Seusai sesi tersebut, Pesek peserta dari Surabaya bahkan “merebut” lembar penilaian dan melihat catatan juri yang menandai koncer A pada nomer 20 yang ia bawa atas nama H Mario Surabaya. Tapi tulisan itu dicoret-coret dan ditandai pindah ke burung lain. Burung punya H Mario akhirnya jadi juara 10. Burung yang menurut informasi bernama Tarantula itu didatakan dalam piagam dengan nama “Dipermainkan”.
Bagaimana ya bisa begitu? (Waca Jogja)