Populasi burung elang jawa (Nisaetus bartelsi) kini makin menurun. Bahkan di kawasan konservasi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), populasinya diperkirakan tinggal 247 ekor. Penurunan populasi ini disebabkan perburuan liar. Sulitnya manusia menangkar elang jawa juga menghambat perkembangbiakannya.
Di mancanegara, elang jawa dikenal dengan nama the javan hawk-eagle. Jika Anda belum pernah melihatnya secara langsung, silakan bayangkan saja lambang negara kita: burung garuda. Ya, elang jawa itu identik dengan burung garuda.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Selama puluhan tahun, satwa langka ini terus diburu manusia-manusia haus uang yang tak peduli kelestarian satwa langka. Para pemburu umumnya orang-orang khusus yang dipesan juragannya. Jika elang jawa sudah didapatkan, si juragan akan menjualnya ke kolektor satwa langka dengan harga mahal.
Konon, ada seorang kolektor asing yang pernah menawar elang jawa seharga Rp 25 miliar. Sebuah angka yang fantastis, memang, tapi tak sebanding dengan kerugian besar yang dialami bangsa ini ketika kelak elang jawa benar-benar musnah dari muka bumi.
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
Karena itulah, manajemen Taman Nasional Gunung Gede Pangrango menutup area masuk kawasan yang di dalamnya dihuni burung elang jawa ini. Pihak TNGGP juga melarang pengunjung masuk ke dalam habitat elang jawa.
“Untuk masuk ke kawasan TNGPP, sedikitnya ada duapuluh dua jalur pendakian. Kita hanya memberikan toleransi untuk tiga jalur saja yang bisa dimasuki pendaki. Ketiga jalur resmi yang bisa dilalui pengunjung adalah melalui Cibodas (Kabupaten Cianjur), Salabintana (Kabupaten Sukabumi), dan Gunung Putri (Kabupaten Bogor),” kata Agus Wahyudi.
Karakteristik elang jawa
Burung elang jawa memiliki 2 – 4 jambul yang menonjol, dengan panjang mencapai 12 cm. Karena jambulnya itulah, warga di kawasan Gunung Gede Pangrango sering menyebutnya sebagai elang kuncung. Gayanya saat terbang mirip dengan kerabat dekatnya, elang brontok (Spizaetus cirrhatus).
Salam dari Om Kicau.
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.
Jum’at Pon, tgl 26 Oktober kemaren saya menjumpai orang bawa elang jawa di pasar hewan Ambarawa dalam keadaan ditali dan sepertinya sudah jinak. Saya kurang tahu mau diperjual belikan atau sekedar pamer cuma yg saya sayangkan kok binatang dalam status dilindungi masih saja bisa diperjualbelikan.
Seandainya Elang Jawa terdaftar sebagai Daftar Pemilih tetap untuk Pilpres 2014 nanti, pasti Partai-partai dan Calon presiden dengan semarak dan bahu-membahu akan mengembang-biakannya.
TNGPP akan rame dipasangi baliho dan umbul-umbul….
Sebenarnya tidak ada yang mungkin dalam pengembangbiakan hewan, bisa inseminasi, dan lainnya (Ginekolog atau Biolog lebih mumpuni dari pada saya).
Tergantung niat pemerintah ini MAU apa TIDAK….
Benar om hendriana, secara teoritis inseminasi buatan bisa diterapkan untuk pengembangbiakan satwa langka yang sulit dikawinkan dalam kandang buatan. Mengapa cara ini nggak pernah ditempuh ya? Apa mereka takut dicakar atau dipatuk?