Ada puluhan bahkan ratusan tips penangkaran burung yang sudah tayang di blog omkicau.com. Namun demikian tentu ada kemungkinan satu-dua artikel yang terluput dari perhatian Anda. Sekadar menyegarkan lagi ingatan kita bersama, berikut ini saya sajikan beberapa pernak-pernik masalah penangkaran burung murai batu yang “haram” untuk diabaikan. “Haram” di sini saya tulis dengan tanda kutip. Artinya, jika Anda mengabaikan hal ini, ada dosa yang akan Anda tanggung, dan hukumannya adalah Anda akan mengeluarkan lebih banyak waktu, tenaga dan biaya dalam memulai usaha penangkaran.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Dengan bahan dan catatan yang dikirim oleh Om Aris Munandi untuk OmKicau.Com, saya akan lebih fokus menuliskan catatan pernak-pernik ini pada masalah penjodohan dan dan pengembangan alat reproduksi burung murai batu. Untuk referensi utama penangkaran burung murai batu, silakan juga ditengok Topik Penangkaran pada Halaman Burung Murai Batu.
Pastikanlah bahwa untuk mengawali proses penjodohan, Anda sudah mendapatkan induk jantan dan betina yang mau saling bereaksi saat didekatkan. Masukkan calon induk jantan dan calon induk betina dalam sangkar terpisah, lalu kedua sangkar didekatkan sehingga posisinya saling berdempetan. Amati perubahan perilaku kedua calon induk.
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
Untuk murai batu jantan, ketika didekatkan ke betina, sebaiknya sudah memberikan reaksi khas seperti menari-nari bergaya dengan mengeluarkan kicau rayuan. Sebaliknya, induk betina akan berusaha terus di dekat induk jantan dan jika sudah benar-benar birahi, akan terlihat menggetar-getarkan sayap.
Kedua induk juga akan sering duduk di tenggeran dalam posisi berdekatan, termasuk saat tidur di malam hari. Jika kedua calon indukan belum menunjukkan reaksi demikian, asalkan usia pejantan sudah di atas 2,5 tahun (usia yang dianggap ideal untuk murai batu jantan mulai dijadikan indukan), sementara betina sudah di atas 8 bulan, maka lakukan saja proses penjodohan ini berjalan secara alami, sekitar 2-5 hari, sampai terlihat perubahan perilaku seperti yang dimaksud di atas.
(Catatan: Dalam banyak kasus, termasuk penangkaran murai batu di rumah Om Kicau, betina hasil penangkaran lebih cepat memasuki masa birahi. Betina milik Om Kicau dari penangkaran Om Andy Sragen atau dari Om Eko Sragen misalnya, sudah birahi dan siap dijodohkan meski usia baru masuk bulan ke-6. Sementara betina dari Om Tanto Delanggu, pada usia 8 bulan sudah menghasilkan anakan pertama dan sekarang sudah mengeram lagi).
Untuk menguji lebih lanjut hasil proses penjodohan, Anda bisa memandikan calon pasangan di bak mandi/ karamba. Jika tetap rukun, tidak saling berantem, berarti keduanya memang berjodoh dan bisa dipindahkan ke kandang penangkaran.
Jika betina “over-ready” jangan langsung disatukan
Upaya yang kita lakukan dalam proses penjodohan tidak selalu memberikan hasil sesuai dengan keinginan kita. Demikian pula dengan penjodohan murai batu. Terkadang calon induk betina langsung membungkukkan badan sambil mengeleperkan sayapnya ketika didekatkan dengan pejantan. Itu menandakan induk betina dalam kondisi over-ready (terlalu siap).
Bolehkah betina over-ready langsung dipasangkan? Jangan dulu! Jika langsung dipasangkan, induk betina akan membuat sarang (sekitar 1 – 2 hari) dan langsung berbaring di sarangnya. Jika bertelur dalam waktu 4 hari setelah dikandangkan bersama induk jantan, ada kemungkinan 2 – 3 telur pertamanya bersifat infertil (tidak subur; gabuk; tidak terbuahi oleh sperma pejantan).
Masalah perpindahan tempat
Perpindahan tempat/ruang juga sering menimbulkan masalah. Jika sebelumnya pasangan murai batu berada di kandang tangkar dalam ruangan (indoor) lalu dipindah ke kandang penangkaran (aviary) di luar ruangan, biasanya akan timbul pula masalah. Perbedaan suhu dari dalam ke luar ruangan akan menyebabkan burung mengalami mabung lebih cepat. Proses ini tidak akan langsung terlihat karena diperlukan waktu selama 2-3 bulan sebelum burung benar benar memasuki masa mabung total. Mabung ini dikenal dengan nama mabung palsu atau mabung stress, yang akan menyebabkan masalah terganggunya siklus hormon pada burung di penangkaran.
Manajemen pakan dan asupan calon indukan
Untuk mempercepat birahi burung dan juga menjaga kestabilan produksi burung penangkaran, jangan sekali-kali Anda mengabaikan asupan yang berkualitas tinggi. Masalah vitamin dan mineral misalnya, jangan pernah disepelekan. Sekali Anda menganggap remeh, maka kerugian besar akan waktu, tenaga dan biaya bakal terjadi.
Kebanyakan vitamin dan mineral tidak bisa dibentuk secara alamiah oleh burung (bangsa burung dan unggas) dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan fisiologisnya. Artinya, vitamin ini harus tersedia dalam pakannya. Vitamin terkandung pada banyak bahan penyusun pakan dalam jumlah yang sedikit. Apabila terjadi kekurangan vitamin pada pakan, akibat tidak sempurnanya proses penyerapan, maka dapat mengakibatkan munculnya penyakit ataupun sindroma kekurangan vitamin.
Agar burung penangkaran dapat memberikan hasil yang sesuai dengan potensi genetisnya, maka nutrisi dan terutama ketersediaan vitamin harus optimal. Vitamin B misalnya dibutuhkan agar penyerapan nutrisi menjadi efisien. Bersama dengan vitamin A, vitamin B sangat penting untuk membantu burung dalam aktivitas metabolismenya dan untuk mempertahankan serta meningkatkan kemampuan bertelur.
Vitamin C dan E sama-sama dapat meningkatkan ketahanan burung terhadap stres dan membantu mempertahankan kesehatan burung. Sementara itu, keuntungan spesifik yang berhubungan dengan kualitas telur yang superior dapat dicapai jika vitamin E diberikan dalam jumlah optimal pada pakan atau minuman burung yang akan memasuki masa bertelur. Akhirnya, vitamin D dibutuhkan untuk membantu proses pembentukan tulang dan kerabang serta untuk menghindari masaah kelumpuhan.
Manajemen penting lainnya
Jadi demikianlah, bahwa indukan harus memperoleh asupan nutrisi yang cukup, sebagai bekal perkawinan dan tugas-tugas reproduksi lainnya. Berikut ini sejumlah pertanyaan yang perlu Anda perhatikan dan cocokkan dengan kondisi penangkaran Anda yang mungkin masih bermasalah.
- Apakah burung telah mendapatkan protein yang cukup ataukah terlalu banyak makanan yang sebagian besar hanya berupa karbohidrat? Jika terlalu banyak karbohidrat, burung memang akan lebih tinggi birahinya ditandai dengan bernyanyi lebih keras dan sering. Namun jika karbohidrat terlalu tinggi tanpa pengimbangan protein, maka burung akan terburu-buru bereproduksi ketika alat reproduksi belum sepenuhnya siap untuk menghasilkan telur fertil.
- Apakah dalam kandang penangkaran telah tersedia dalam jumlah melimpah makanan, baik makanan buatan ataupun makanan hidup atau serangga? Jika tidak tersedia dengan cukup, maka burung cenderung membuang anakannya karena dia khawatir akan masa depan atau kelangsungan hidup anak-anaknya (Cek misalnya artikel “Ketika indukan makan anak sendiri”) .
- Apakah burung jantan dipastikan subur? Dalam beberapa kasus, burung jantan tidak subur spermanya meski dia selalu gacor sepanjang hari. Solusinya, berikan asupan hormon testosteron. Jika sudah dilakukan pemberian selama 3 hari berturut-turut dan pada 4-5 hari berikutnya terjadi perkawinan namun setelah 14 – 15 hari pengeraman telur tidak menetas dan terbukti tidak berisi embrio, maka Anda perlu menggantinya dengan pejantan lain.
- Apakah burung betina benar-benar tidak mandul? Namanya makluk hidup, tidak ada yang sempurna dalam semua hal. Dalam sejumlah kasus, ada juga betina yang mandul. Kemandulan itu bisa disebabkan karena kekurangan asupan yang diperlukan bagi performa terbaik alat reproduksi, atau memang terjadi cacat/invalid pada alat reproduksi tertentu. Untuk memastikan bahwa asupan yang diperlukan bagi alat reproduksi telah memadai, Anda bisa memberikan terapi BirdMineral dan dilanjut BirdMature cair. Jika terapi BirdMature cair sudah dilakukan selama dua kali masa perkawinan (melewati pula dua kali masa pengeraman) dan telur tidak juga terbuahi dengan sempurna meski kita sediakan jantan yang sudah terbukti subur, maka pantas diduga 80% betina itu mandul (20 persen lainnya adalah faktor lingkungan).
- Apakah lokasi kandang penangkarannya sudah tepat? Untuk kandang murai batu sebaiknya jangan yang terkena cahaya matahari langsung. Murai batu adalah burung hutan dan tidak kuat jika terlalu lama terkena panas. Selain itu, burung tidak akan cocok dengan kandang penangkaran yang terlalu terang ataupun terbuka. Jadi solusinya adalah menutup sebagian atap kandang hingga cahaya matahari yang langsung masuk kandang hanya sekitar 15% saja khususnya pada siang hari.
- Apakah lokasi kandang penangkaran sering dilalui oleh manusia ataupun binatang pengganggu sehingga burung merasa stres/tidak tenang? Kalau kondisi tidak memungkinkan Anda memindah kandang, pastikan saja burung bisa tenang dan tekan sekecil mungkin potensi gangguan terhadap burung di kandang penangkaran.
- Apakah Anda terlalu rajin memeriksa kota sarang? Kadang ada beberapa penangkar yang terlalu rajin memeriksa mulai dari apakah sarangnya sudah dibuat, apakah sudah bertelur, dll. Sebaiknya hentikan kebiasan tersebut dan beri kesempatan burung untuk bisa tenang menjalani reproduksi.
- Apakah tempat bersarang sudah sesua? Murai batu adalah burung yang membuat sarangnya dalam cekungan (rongga). Jadi pastikan bahwa kotak sarang sudah cocok. Kotak sarang bisa terbuat dari bahan kayu dengan pintu masuk di tengah sehingga sarang terlihat cekung. Jika tempat bersarang sudah Anda siapkan, pasangkan kotak sarang berbarengan dengan masa penjodohan burung.
- Apakah lokasi penempatan kotak sarang sudah sesuai? Penempatan kotak ini harus diusahkan di tempat yang tinggi, tidak terlalu dekat dengan pintu sehingga burung akan selalu merasa terganggu sewaktu bertelur atau mengeram.
- Apakah ada alternatif lain bagi burung untuk membuat sarang sendiri? Anda jangan terlalu pelit menyediakan lokasi sarang. Meski Anda sudah menyiapkan kotak, siapkan juga misalnya kayu bercabang dan letakkan separuh kulit kelapa utuhan (sudah diambil batoknya) di atssnya, atau lokasi lain yang masih memungkinkan. Berikan kebebasan burung untuk memilih lokasi yang dirasa paling sesuai untuk mereka.
- Apakah bulu bulu halus di sekitar ven burung terlalu tebal? Bulu yang terlalu tebal pada ven jantan ataupun betina bisa mengganggu proses pembuahan. Kalau Anda sudah relatif lama menangkar burung yang terlihat selalu kawin dan rajin bertelur dan mengeram tetapi tidak pernah menghasilkan anakan, bisa jadi pasangan tersebut mengalami kendala dalam perkawinan. Solusinya adalah menggunting bulu-bulu di sekitar ven burung yang terlihat tebal dan menutupi ven.
- Apakah burung terkena kutu atau parasit? Perhatikan sewaktu burung beristirahat pada malam hari. Jika burung terlihat gelisah dengan selalu memversihkan kutu di bagian badannya (didis – menyisir bulu-bulu) ada kemungkinan burung terkena kutu atau tungau. Lakukan penyemprotan terapi penyemprotan dengan larutan FreshAves, baik pada burung maupun tenggeran, wadah pakan dan sebagainya. Sementara pada kotak sarang atau dasar sarang, taburkan FreshAves yang masih dalam bentuk tepung (belum dibuat larutan) yang akan membunuh kutu yang bersarang di sana.
- Apakah ada murai batu atau burung lain yang selalu berisik atau berkicau keras di dekat kandang penangkaran sehingga mengganggu pasangan burung untuk berkembang biak? Pada kasus tertentu, banyak pasangan murai batu tertekan oleh keberadaan burung lain di sekitar mereka. Jika Anda tisak memungkinkan mengganti pasangan burung yang “manja” atau bermental mudah tertekan ini, pastikan saja di sekitar kandang penangkaran tidak ada keberadaan burung lain yang gacor sepanjang waktu.
- Apakah murai batu dalam kandang penangkaran disebelahkan dengan pasangan burung lain tanpa sekat penutup? Kandang penangkaran yang berdampingan perlu disekat dengan penutup yang rapat sehingga antar-pasangan penghuni area penangkaran tidak bisa saling melihat.
Jika Anda ada masukan, silakan ditambahkan.
Salam sukses untuk Anda, salam sukses dari Om Kicau.