Burung larwo pernah populer di kalangan penghobi burung “jadul” di Jawa ketika burung murai batu Sumatera atau Kalimantan belum membanjiri pasar-pasar burung Pulau Jawa dan ditangkar para penghobi burung di Pulau Jawa.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Larwo memang identik dengan murai batu karena dia masih satu genus dengan nama Copsychus malabaricus ssp. javanicus (Murai Batu Jawa). Jadi salah kalau ada yang mengartikan bahwa larwo berbeda dari murai batu.
Pada beberapa tahun lalu, burung ini masih banyak terlihat di sekitar hutan-hutan di pegunungan di Pulau Jawa. Habitat larwo mulai dari Ujung Kulon sampai Gunung Kidul dan beberapa tempat lainnya.
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
Penangkapan dan pembabatan hutan yang terus berlangsung, menjadikan burung ini lambat laun menghilang. Pada saat yang sama, tidak ada upaya penangkaran burung larwo.
Ciri-siri khusus
Sepintas tidak ada perbedaan mencolok antara larwo ini dengan murai batu jenis lain asal daerah Sumatera ataupun Kalimantan. Namun kalau kita perhatikan dengan seksama akan jelas perbedaannya yaitu ukuran tubuhnya yang lebih kecil dari murai batu Sumatera dan juga batas garis dada yang berwarna hitam yang berakhir di perutnya. Sementara murai batu Sumatera dan Kalimantan rata-rata batas hitamnya sampai bagian dada saja.
Perbedaan lainnya adalah performa ketika bersuara, yakni bulu-bulu di kepalanya akan berdiri seperti jambul.
Suara burung ini mirip dengan burung murai batu jenis lainnya. Beberapa kicau mania menyebutkan bahwa suaranya kurang variatif tapi ada juga yang menyebutkan bahwa suaranya hampir sama dengan murai batu lainnya (variatif).
Menurut saya, sebagaimana penentuan “kualitas” burung murai batu secara umum, ada pada karakter dari burung itu sendiri. Jika ada yang mengatakan burung larwo bersuara variatif atau sebaliknya, hal itu tergantung karakter burung dan tentu saja perawatan dan pemasteran jika burung itu ada dalam pemeliharaan tangan manusia.
Sebagaimana disebutkan pada awal artikel ini, keberadaan larwo sudah jarang dan di hutan-hutan Pulau Jawa juga sudah nyaris punah. Dengan demikian, sangat diharapkan adanya upaya penangkaran terhadap larwo demi pelestariannya. (*)
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.
larwo digunung arjuna (malang) ternyata masih ada, kemarin temen saya naik liat beberapa ekor..
Akibat pengundulan hutan burung di indonesia terancam punah ! Untuk pecinta burung di harapkan menangkarkan burung yg mulai sedikit jumlah.nya .
apa ciri yang paling gampang untuk membedakan murai medan dengan borneo
gaya tarungnya om.
Dimana org yg msh memelihara larwo yah?
kbtulan saya dirumah pelihara murui ciri2nya hampir sama yg dìceritakan artikel diatas..
saat berkicau di sekitar kepala seperti bulu berdiri kanan kiri diatas mata dan postur kecil memang. tp saya msh blm tau apakah burung itu larwo atau borneo???..
Mohon pencerahan…
om sepertinya saya punya “larwo” saya baru beli MB tapi setelah saya lihat artikel ini kayaknya punya sama itu “larwo” habis ciri cirinya sama….antara lain ngejambul kl bunyi…
Om Duto
Mohon info alamat penangkar murai batu di Jogja dan sekitarnya saya mau beli
Matur nuwun
Salam
Sardjono
081392940140