Petugas Bandara Supadio Pontianak untuk kesekian kali menyita paruh burung enggang gading. Kali ini 28 paruh burung enggang diamankan di cargo ekspedisi menuju Jakarta, Jumat 16 November 2012 sekitar pukul 16.00. Berkaitan dengan kasus ini pihak PT Angkasa Pura mempertanyakan kinerja BKSDA Kalimantan Barat dalam penanganan penyelundupan burung enggang yang tidak pernah diungkap dan diusut secara tuntas .
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Terungkapnya penyelundupan paruh burung enggang itu karena terdeteksi mesin X-ray pada saat pengecekan barang kiriman. Paruh burung yang menjadi mascot Kalbar itu dikemas dalam kardus, bercampur dengan ikan teri. Penyitaan dan pengungkapan kasus penyelundupan paruh burung enggang ini adalah untuk yang keenam kali. (Untuk mengetahui rangkaian kasus dan seluk beluk penyelundupan paruh burung enggang, silakan simak tulisan bersambung “Karena aku peduli enggang gading“)
“Penyelundupan ini pasti ketahuan. Selama barang langka ini dikirim melewati bandara, saya jamin tidak akan pernah lolos,” kata Usmulyani, Kepala Divisi Operasional PT Angkasa Pura (AP) II kepada Rakyat Kalbar, Sabtu (17/11).
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
Usmulyani menjelaskan, sekuriti PT Angkasa Pura mencurigai isi kardus yang akan dikirim ke Jakarta melalui travel penitipan barang yang akan diterbangkan menggunakan pesawat Sriwijaya Flight 183.
“Dari tulisan yang tertera di kotak ini, alamat pengirim pun berasal dari Pontianak, Jalan Purnama atas nama Akong dan ditujukan ke Mangga Dua Blok A 28 Jakarta Utara,” ujar Usmulyani.
Penyelundupan paruh burung enggang gading sudah yang keenam kalinya di Bandara Supadio Pontianak. Di antaranya dilakukan dua warga RRC atas nama Zheng Jin Mei dan She Jin Don yang tertangkap tangan pada 9 Agustus lalu di Bandara Supadio, membawa 96 paruh burung enggang. Tentunya ini tidak bisa dibiarkan, pasti mengancam keberadaan burung langka tersebut. Bahkan akan punah kelestariannya.
“Untuk penanganan dan pengawasan terhadap barang ilegal, baik masuk maupun dikirim ke luar Kalbar akan dilakukan seketat mungkin. Saya selalu mengingatkan petugas jangan sesekali mencoba bermain dalam kasus seperti ini, karena akan menyangkut nasibnya sendiri,” tegas Usmulyani.
Kecewa dengan BKSDA
Hingga saat ini paruh burung enggang tersebut masih diamankan PT Angkasa Pura II. Pihak bandara belum mau menyerahkan barang tersebut kepada Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalbar. “Kita belum mau menyerahkan barang tersebut kepada BKSDA. Kita kecewa pada mereka, karena selama kita melakukan penangkapan barang-barang ilegal seperti ini, mereka sama sekali tidak memberikan laporan kembali kepada kita, apa perkembangan kasus tersebut. Selama enam kali kasus ini terjadi, baru satu kasus yang ditangani, sebenarnya ada apa di aparat kita ini?” kesal Usmulyani.
Usmulyani juga melontarkan kekecewaannya kepada aparatur hukum dalam pengawasan barang-barang ilegal. Dia menilai aparatur hukum sangat lemah. Bahkan kurangnya tindakan tegas dari aparat hukum untuk membuat jera pelaku. “Mestinya jangan lagi ada komunikasi yang tidak penting terhadap para pelaku. Mereka harus langsung ditindak tegas dan diproses. Selain itu, harus ada gerakan bersama dari pemangku kepentingan dari hilir sampai hulu untuk menekan penyelundupan mascot Kalbar ini,” tegas Usmulyani lagi.
Dijelaskan Usmulyani, pemeriksaan setiap barang yang akan dikirim melalui udara tetap harus sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP). Selain itu melalui pengamanan dan pemeriksaan menggunakan X-ray.
“Kita selalu melakukan peningkatan pengamanan dan tidak kita biarkan lolos. Terbukti sudah kali keenam mendapatkan paruh burung enggang yang akan diseludupkan tersebut,” ujar Usmulyani.
PT Angkasa Pura II akan melakukan pemanggilan terhadap ekspedisi yang menerima barang tersebut. “Kita coba lakukan penyelidikan dengan melakukan pemanggilan terhadap jasa pengiriman barang tersebut. Kita berharap pihak jasa ekspedisi tidak asal menerima barang dan harus jeli, karena hal ini sudah sekian kali ditemukan paruh burung enggang tersebut,” tegasnya. (equator-news.com)