Populasi burung ekek geling jawa (Cissa thalassina) memang terus menipis. Tetapi kabar terbaru dari Bird Conservation Officer Burung Indonesia, yang menyebutkan populasinya diperkirakan tinggal 249 ekor, benar-benar mencemaskan kita sebagai penggemar dan penyayang burung. Itu berarti ekek geling jawa sudah berstatus kritis, atau berada di awal kepunahan. Rusaknya habitat alami dan makin maraknya penangkapan liar membuat burung endemik Pulau Jawa ini terancam punah.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Ekek geling jawa mempunyai habitat di areal kaki bukit atau kawasan hutan dengan ketinggian 500- 2.000 meter dari permukaan laut. Namun ada juga yang mendiami dataran rendah, kawasan pertanian, serta tepian hutan.
Upaya pelestarian terus dilakukan, antara lain dengan menempatkan kawanan burung ini di Taman Nasional Gunung Merapi, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Selebihnya mendiami hutan-hutan di kawasan selatan Parahyangan. Namun, ya itu tadi, total populasinya diperkirakan hanya 249 ekor.
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
Menjadi spesies tersendiri
Karena itu, burung yang ada di Jawa dinamakan ekek geling jawa, sedangkan di Kalimantan disebut ekek geling borneo (Cissa jefferyi).
Menurut Bas Van Balen, ahli perburungan dari Belanda, pemisahan ini berdasarkan hasil studi atas perbedaan suara (dengar dan download suara ekek geling disini), morfologi, dan variasi bulu dari kedua jenis ekek geling di Jawa dan Kalimantan.
Ironisnya, nasib ekek geling jawa tak seberuntung ekek geling borneo. Populasi di Kalimantan terbilang masih aman, dengan perkiraan sekitar 10.000 ekor, dan sering ditemukan di hutan-hutan pegunungan Sabah (Malaysia) dan Brunei. Statusnya masih Least Concern / LC atau Risiko Rendah.
Menurut Perhimpunan Pelestari Burung Liar Indonesia, yang berkantor pusat di Jl Dadali Kota Bogor, secara keseluruhan tahun ini terdapat 126 jenis burung yang terancam punah, dengan rincian 19 spesies berstatus Kritis (Critically Endangered / CR), 33 jenis berstatus Genting (Endangered / EN) dan 74 jenis tergolong Rentan (Vulnerable / VU).
Dalam kaitan itu, Dwi Mulyawati dari Bird Conservation Officer Burung Indonesia dalam rilisnya mengatakan, perlu diupayakan perlindungan terhadap ekek geling jawa, baik dengan menjaga kelestarian hutan alam Jawa, maupun sosialisasi kepada masyarakat, agar populasinya bisa terpelihara.
Usulan Om Kicau
Om Kicau mengusulkan, bagaimana apabila 10 ekor ekek geling jawa dari populasi yang ada diserahkan kepada para penangkar berpengalaman (banyak lho kicaumania di negeri ini yang berpengalaman dalam penangkaran burung).
Hasil penangkaran bisa disepakati sejak awal. Dalam 5 tahun pertama, misalnya, 2/3 anakan dilepasliarkan ke alam bebas dan 1/3 dipertahankan di penangkaran. Setiap penangkar yang dipercaya wajib membina 1-3 penangkar lainnya, dengan bahan dari hasil penangkarannya.
Pada lima tahun kedua, porsinya bisa diubah menjadi 50 : 50. Jadi jumlah yang dilepasliarkan dan yang ditangkar berimbang. Dengan cara ini, ekek geling jawa tetap lestari, dan penggemar burung pun kelak bisa menikmati suaranya atau sekadar dijadikan burung master.
Proses penyelamatan burung yang berstatus kritis dengan melibatkan penangkar burung juga sudah cukup berhasil untuk jalak bali. Di Australia dan Selandia Baru, upaya pelestarian burung langka dengan merangkul penangkar juga kerap membuahkan hasil, termasuk gould amadine yang dulu pernah nyaris punah.
Kalau sekadar imbauan kepada masyarakat untuk menjaga kelestarian hutan di Jawa, apalagi sekadar sosialisasi, siapa bisa menjamin burung ekek geling jawa bisa terselamatkan.
Semoga bisa menjadi renungan bagi pengambil kebijakan di instansi yang berkompeten.
Salam sukses untuk Anda, salam sukses dari Om Kicau.