Hobi burung memang sudah merambah ke mana-mana. Berbagai even yang membawa nama pejabat dan jabatan pun digelar di mana-mana, mulai dari Pakde Karwo Cup, Bupati Bandung Barat Cup, Kapolres Salatiga Cup, Dandim Bute II Cup, Brimob Cup, dan sebagainya. Bahkan dalam pengamatan omkicau.com, tidak sedikit anggota Polri yang menjadi penangkar burung, tanpa mengganggu tugas kedinasannya. Berikut kisah dua polisi, Teguh Prabowo dan Wartana, yang sukses menjadi penangkar murai.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Kita mulai dari Teguh Prabowo, anggota Polres Garut, yang membangun kandang murai batu di rumahnya, Perum Suci Permai, Kota Garut. “Semula saya malah tidak suka mengoleksi burung. Pasti akan menyita waktu,” kenangnya.
Namun, jalan Tuhan menentukan lain. Begitu sering bergaul dengan rekan-rekan kicaumania di sekitarnya, dia baru menyadari bahwa dari dunia hobi inilah ia bisa memperoleh penghasilan tambahan. Ya, Teguh akhirnya memutuskan membangun kandang penangkaran murai batu.
Berkat ketekunan, tekad, dan semangat pantang menyerah khas anggota Polri, Teguh bisa mempelajari breeding murai batu secara ototidak. Meski baru setahun berkiprah, kini ia sudah memiliki 10 indukan produktif yang semuanya berasal dari Sumatera.
Bukan hanya itu, produk murai batu hasil tangkarannya juga sudah kondang di kalangan MB mania di Garut dan sekitarnya. Bahkan sebagian besar terbukti moncer di berbagai lomba. Tak pelak, pundi-pundi rupiah pun mengalir deras ke kantungnya, selain gaji dan tunjangannya dari instansi kepolisian.
“Alhamdulillah, berkat menangkarkan si ekor panjang, kini penghasilan saya bisa lebih baik. Rencananya mau memperluas kandang,” tuturnya, sebagaimana diberitakan Tabloid BnR.
Mengingat lokasinya berada di lingkungan perumahan, Teguh tak bisa membangun kandang penangkaran berukuran luas. Sisa halaman di samping rumahnya dikelola semaksimal mungkin, dengan membangun beberapa kandang minimalis.
Setiap unit kandang dibangun dengan panjang 100 cm, lebar 90 cm, dan tinggi 90 cm. Banyak keuntungan dari kandang minimalis. Selain hemat lahan, kandang minimalis juga lebih mudah jika suatu ketika ingin dipindah ke lokasi lain. Manajemen kebersihan dan kesehatan pun lebih mudah.
Kerangka utama dan sebagian dinding dari kayu. Sebagian dinding lainnya terbuat dari ram kawat anti-karat. Untuk setiap kandang, kata Teguh, diperlukan biaya sekitar Rp 1 juta. Modal ini akan langsung kembali dengan hanya menjual 1-2 ekor bakalan murai batu.
Teguh merasa bersyukur, teman-teman di kantor maupun Kapolres mendukung sepenuhnya usaha ini. Yang penting dilakukan setelah urusan dinas selesai, tidak menyalahgunakan nama dan kewenangan instansi, serta bermanfaat bagi masyarakat.
Wartana Bird Farm
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Lain lagi dengan Wartana, anggota Polres Gunungkidul, yang sebagian kisahnya pernah ditulis di omkicau.com di sini. Namanya juga cukup kondang di kalangan kicaumania Gunungkidul, terutama Wonosari dan sekitarnya. Apalagi sudah lama dia bergabung dengan Handayani Bird Club (BC).
Lima tahun lalu, dia mulai mendirikan Wartana Bird Farm, sebuah penangkaran murai batu (MB) kecil-kecilan di Dusun Singkar II RT 04, Desa Wareng, Kecamatan Wonosari. Keakrabannya dengan anggota Handayani BC dan kicaumania Gunungkidul lainnya membuat produk MB hasil tangkarannya mulai diminati. Sebagian hasil breedingnya juga sudah dipasarkan hingga ke luar daerah, bahkan sampai ke Jambi.
Wartana membuka usaha penangkaran murai batu (juga lovebird) untuk mengisi kegiatan secara positif. “Mencerahkan dan menenteramkan pikiran, syukur bisa menghasilkan. Dengan memiliki usaha, kami sebagai polisi juga tidak perlu neko-neko,” ujarnya.
Mengingat kesibukannya sebagai anggota kepolisian, Wartana pun memercayakan pengurusan kandang kepada Eko. Sepulang dari dinas, barulah ia memanfaatkan sisa waktu untuk keluarga dan mengurus penangkarannya.
Usahanya pun mengalami kemajuan signifikan. Keuntungan pun disisihkan sedikit demi sedikit, sampai akhirnya tujuh bulan lalu ia membangun kandang baru yang lebih modern. Enam bulan kemudian, selesailah bangunan kandang baru yang terdiri atas 19 petak (11 di antaranya sudah diisi indukan murai batu).
Mau tahu siapa yang meresmikan? Yang menandatangani prasasti peresmian kandang baru di Desa Wareng, Wonosari, tidak lain adalah bosnya sendiri, Kapolres Gununkidul AKBP Ikhsan Amin SIK, didampingi Wakapolres Kompol Raja Arthur Simamora SIK.
Wartana berani mengundang pimpinannya, karena ia tahu persis Kapolres sangat peduli dan mendukung penuh jika ada anggotanya yang memiliki usaha, apapun bentuk dan jenisnya. Yang penting legal, tidak mengganggu tugas kedinasan, serta tidak menyalahgunakan fasilitas dan kewenangannya selaku anggota kepolisian.
Semoga kisah ini bisa menjadi inspirasi kita bersama.
Salam sukses untuk Anda, salam sukses dari Om Kicau.