Belakangan ini nama Desa Tlogoweru, Kecamatan Guntur, Kabupaten Demak, terus menghiasi berbagai media massa, karena kisah keberhasilan warga desa setempat dalam mengendalikan hama tikus yang kerap mengganggu sawah petani. Maklum, 90 persen angkatan kerja di desa ini bekerja sebagai petani. Sejak tahun 1963 mereka sudah berupaya keras membasmi tikus, tetapi baru 18 bulan terakhir ini berhasil. Semua itu berkat penangkaran burung hantu (Tyto alba).

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Pemerintah Desa Tlogoweru bersama warga desa mendirikan Karantina Tyto alba, sebagai penangkaran burung hantu yang merupakan predator alami bagi tikus. Selain itu, di tengah sawah dibangun sekitar 70 unit rumah burung hantu (rubuha).

“Karantina ini dimaksudkan untuk mengembangbiakkan burung hantu sebagai predator hama tikus. Modalnya sekitar seratus juta, yang berasal dari swadaya masyarakat desa,” kata Kepala Desa Tlogoweru Sutejo, sebagaimana diberitakan Suara Merdeka.

KARANTINA TYTO ALBA: Pusat karantina burung hantu di Desa Tlogoweru dibangun dari swadaya masyarakat senilai Rp 100 juta. (Foto: sukipbinsofwan.blogspot.com)
MENYAPA PENGUNJUNG: Bukan hanya petani Desa Tlogoweru yang kerap menyapa pengunjung yang datang melihat rubuha. Burung hantu pun ikut menyapa, bahkan di siang hari sekalipun. (Foto: sukipbinsofwan.blogspot.com)

Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.

Selamatkan panen senilai Rp 7,4 miliar

Pengelolaan rubuha yang ditempatkan di tengah persawahan ini ditangani sendiri oleh warga desa. Burung-burung “menyeramkan” inilah yang setiap hari melakukan ronda malam untuk membasmi tikus yang sering mencuri padi dan jagung di sawah. Kini, sawah petani jauh lebih aman, dan hasil panen yang berhasil diselamatkan dari ancaman hama nilainya tidak sedikit, sekitar Rp 7.4 miliar per tahun.

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

Kades Tlogoweru Sutejo memperlihatkan burung hantu
(Foto: suaramerdeka.com)

Sebelum ada penangkaran burung burung hantu, jumlah kerusakan tanaman padi dan jagung rata-rata mencapai 45 persen (rekor terparah 60%), tetapi sekarang mampu ditekan hingga menjadi dua persen saja (rekor terparah hanya 4%).

Sebelumnya, pemanfaatan burung hantu untuk membasmi tikus juga dilakukan warga Desa Kalisalak, Kecamatan Kebasen, Kabupaten Banyumas. Mereka membangun rumah burung hantu untuk perkembangbiakan spesies tersebut di tengah ladang persawahan, mereka meski jumlahnya tidak sebanyak di Tlogoweru.

Burung hantu kini memang sedang naik daun. Bukan di arena lomba, tetapi di sawah-sawah pada malam hari, untuk memburu tikus. Bahkan, tidak sedikit pula orang yang kini menangkar burung hantu sebagai sumber uang.

Selamat deh buat warga Tlogoweru dan Pak Kades….

Salam sukses untuk Anda, salam sukses dari Om Kicau.

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.