Beberapa waktu lalu, omkicau.com pernah mengekspose penangkaran burung hantu di Desa Tlogoweru, Kecamatan Guntur, Kabupaten Demak, dengan tujuan memberikan inspirasi bagi masyarakat petani atau penggerak pedesaan di mana pun yang masih terkendala oleh hama tikus. Belum lama ini, Om Joem melalui blognya bpd-tlogoweru.blogspot.com mempublikasikan hasil fantastis yang diperoleh para petani Tlogoweru dari hasil panen padi dan jagung setelah sawah mereka dijaga satpam alami bernama burung hantu (Tyto alba). Inilah yang perlu saya share di sini, mengingat kelangkaan data sejenis di media online.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Seperti pernah diberitakan omkicau.com, serangan hama tikus (Rattus argentiventer) di Desa Tlogoweru (juga di kawasan pedesaan lainnya) sudah berlangsung selama puluhan tahun dan mengakibatkan kerugian jutaan rupiah per hektare sawah.
Perlawanan petani terhadap serangan tikus pun sudah berlangsung lama, bahkan di Tlogoweru sudah dimulai sejak dekade 1960-an. Namun hasilnya tak kunjung menggembirakan. Bahkan sejak awal 1980-an, hama padi dan jagung itu makin menggila. Populasinya berkembang pesat, mengingat daya reproduksinya yang luar biasa, di sisi lain tikus-tikus seperti tak mempan oleh tindakan penangkalan dalam bentuk apapun.
Bayangkan sepasang tikus dalam setahun sudah bisa membangun dinasti baru dengan populasi mencapai 2.048 ekor, di mulai dari 6 ekor anakan, 36 ekor cucu, 216 ekor cicit, dan seterusnya. Setiap tahun, setiap pasang bisa bereproduksi hingga enam kali.
Tikus dikenal sebagai pencuri ulung. Mereka umumnya bergerilya mencari makanan di malam hari, ketika para petani sudah beristirahat mengurus sawahnya. Tak peduli apakah tanaman padi dan jagung masih muda, atau menjelang panen, kawanan tikus lebih sering menjalankan aksinya di malam hari.
Masyarakat Desa Tlogoweru yang mempunyai pola tanam padi – padi – jagung sebenarnya sudah berputus asa karena selalu kesulitan dalam menghentikan populasi tikus. Kerusakan tanaman akibat hama tikus pun mencapai 60 – 100 %.
Peningkatan hasil panen
Harapan petani mulai membuncah, ketika di desa itu mulai dibangun Karantina Tyto Alba, sekitar 18 bulan lalu. Karantina yang merupakan pusat penangkaran burung hantu itu dibangun dari hasil swadaya masyarakat melalui kelompok tani masing-masing.
Burung hasil karantina kemudian disebar ke sekitar 70 rumah burung hantu (rubuha), yang juga dibangun warga desa dan ditempatkan di tengah areal persawahan dengan tugas memburu tikus di malam hari.
Total dana yang dikeluarkan untuk membangun Pusat Karantina, dan biaya operasional lainnya, yang dihimpun Gabungan Kelompok Kani (Gapoktan) mencapai Rp 87,525 juta, atau rata-rata Rp 689.000 per hektare sawah.
Angka tersebut memang besar kalau melihat penghasilan petani di Tlogoweru yang cenderung pas-pasan. Tetapi kesadaran tinggi mereka membuahkan hasil yang sangat memuaskan. Dalam setahun, mereka mengalami kenaikan pendapatan dari hasil dua kali panen padi dan sekali panen jagung. Jika dirata-rata, peningkatan pendapatan dari setiap hektare sawah mencapai Rp 46,2 juta: sebuah angka yang sangat fantastis.
Jadi, modal awal penangkaran burung hantu yang semula “hanya” Rp 87,525 juta, pada akhirnya mampu meningkatkan pendapatan petani hingga Rp 10,395 miliar dalam satu tahun. Detail analisis ekonominya bisa dilihat pada tabel berikut ini:
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Pengendalian hama tikus dengan predator burung hantu terbukti sangat effektif. Burung hantu merupakan burung malam dengan penglihatan tajam. Setiap kali ronda malam, seekor Tyto alba mampu memangsa 3 ekor tikus.
Kini burung yang memiliki bulu berlapis lilin itu menjadi penyelamat bagi para petani setempat. Menurut Om Joem, dalam satu tahun, setiap pasangan Tyto alba mampu memangsa sekitar 7.200 ekor.
Bagi desa-desa yang masih bermasalah dengan serangan hama tikus, silakan berguru langsung ke Desa Tlogoweru, Kecamatan Guntur, Kabupaten Demak. Semoga bermanfaat!
Salam sukses dari Om Kicau.
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.
Gan… populasi tyto alba di Tlogoweru belum 7200 tp tyto alba sepasang dlm setahun makan 7200 ekor tikus
Terima kasih koreksinya Om Joem, langsung saya update. Sukses selalu…
Ok. Thank you,suskseslalu
metoda pemeliharaannya gimana sih om? burung dilepas & mau pulang ke rumah sendiri ya (kaya merpati)?
Warga membangun rumah burung hantu (rubuha) di tengah-tengah sawah, dengan jarak tertentu. Total ada 70 rubuha, setiap rubuha ditempatkan puluhan ekor burung hantu hasil penangkaran di Karantina Tyto Alba milik Desa Tlogoweru. Nah, setiap malam burung hantu bergerilya memangsa tikus. Mau mencoba nih?
salut salut salut 😀