Berita bertubi-tubi di media cetak, media elektronik, dan media online mengenai wabah flu burung yang kembali menyerang negeri ini, bahkan sudah menelan 9 korban jiwa, memang membuat kita semua cemas, tidak terkecuali sobat kicaumania. Melalui pemahaman yang benar, masyarakat diharapkan tidak panik, namun tetap waspada. Sepanjang kita bisa mengenali gejala klinis, penularan, dan tindakan pencegahan, insya Allah kalabendu ini segera berlalu dan kita semua selamat, termasuk pemilik, penangkar, pedagang, dan pembeli burung.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Materi ini bukan mengenai bagaimana menyelamatkan unggas / burung dari virus flu burung (avian influenza / AI), melainkan bagaimana agar kita sebagai manusia jangan sampai tertular virus tersebut. Om Kicau menghimpun materi pembekalan ini dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Kementerian Kesehatan.
Gejala klinis
Mohon diwaspadai di lingkungan kita masing-masing, jika ada seseorang yang mengalami beberapa gejala klinis di bawah ini:
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
- Demam sekitar 39 derajat Celsius
- Batuk
- Lemas
- Sakit tenggorokan
- Sakit kepala
- Tidak nafsu makan
- Muntah
- Nyeri perut
- Nyeri sendi
- Diare
- Infeksi selaput mata (conjunctivitis)
- Dalam keadaan memburuk, terjadi severe respiratory distress, yakni sesak napas hebat, kadar oksigen rendah sementara kadar karbondioksida meningkat. Ini terjadi karena infeksi flu menyebar ke paru-paru dan menimbulkan radang paru-paru (pneumonia)
Demam dan batuk-flu bisa dijadikan tengara awal untuk segera membawa penderita ke rumah sakit / puskesmas terdekat. Jangan sampai terlambat, apalagi melewati masa 48 jam setelah terinfeksi, karena kondisinya bisa makin memburuk.
Faktor risiko
Faktor risiko adalah orang-orang yang memiliki potensi / risiko terbesar untuk tertular virus flu burung, yaitu:
- Bekerja di peternakan unggas, pemotongan ternak unggas, dan penangkaran burung.
- Habis berkunjung ke peternakan unggas, pemotongan ternak unggas, pasar ayam / burung.
- Memiliki riwayat penyakit lain yang mungkin bisa memperburuk keadaan, seperti paru-paru, jantung, alergi, dan sebagainya.
Faktor risiko ini perlu saya jelaskan secara objektif, meski dalam kenyataan banyak korban (bahkan termasuk yang meninggal baru-baru ini) justru tidak termasuk dari tiga kriteria di atas, melainkan orang-orang yang selama ini awam terhadap tindak pencegahan flu burung.
Jadi sobat kicaumania, terutama para penangkar, tetap bersikap tenang, jangan panik, ikuti beberapa petunjuk omkicau.com selanjutnya.
Penularan
Penularan dari unggas ke manusia terjadi melalui kontak air liur dan kotoran unggas. Hal itu dimungkinkan terjadi dalam beberapa kondisi berikut ini:
- Menyentuh langsung unggas yang terinfeksi virus flu burung, baik yang sudah mati atau masih hidup.
- Menyentuh kendaraan yang pernah digunakan untuk mengangkut unggas terinfeksi dan belum sempat disucihamakan.
- Menyentuh kandang / sangkar dan aksesorisnya (wadah pakan, wadah minum, tenggeran), atau pakan unggas / burung yang sebagian sudah dikonsumsi hewan tersebut. Ini hanya berlaku untuk kandang / lokasi peternakan di mana sudah ada kejadian unggas / burung mati dalam waktu hampir bersamaan. Jika tidak, ya tenang saja, jangan panik, teruskan apa yang dikerjakan selama ini dengan tetap meningkatkan upaya pencegahan (lihat bagian pencegahan).
Pemeriksaan laboratorium
Pada dasarnya pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk menilai kondisi kesehatan pasien, sekaligus mendeteksi bakteri / virus yang menyerang pasien tersebut. Pemeriksaan untuk menilai kondisi kesehatan pasien antara lain dengan menilai kadar leukosit, fungsi hati, fungsi ginjal, serta analisis gas darah arteri.
Pada pemeriksaan ini akan diketahui berapa kadar oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) di dalam darah pasien. Jika kadar O2 rendah (nilai normal 85-95 mmHg) dan / atau kadar CO2 tinggi (normal 35-45 mmHg), maka dapat terjadi keadaan gawat napas. Selama ini, sebagian besar pasien flu burung meninggal karena gawat napas akut ini.
Upaya menemukan virus flu burung, dokter akan melakukan pemeriksaan serologi untuk menilai respons antigen antibodi dan / atau mengisolasi virusnya. Pada kasus flu burung juga dapat dijumpai peningkatan titer netralisasi antibodi dan dapat pula dilakukan analisis antigenik dan genetik, antara lain untuk mengetahui apakah sudah ada mutasi dari virus flu burung.
Pengobatan
Biasanya obat yang diberikan dokter di rumah sakit dapat bersifat simtomatik, sesuai dengan gejala yang ada. Apabila batuk, pasien diberi obat batuk. Kalau sesak dapat diberi obat jenis bronkodilator untuk melebarkan saluran napas yang menyempit. Selain itu, bisa juga diberi obat antivirus seperti amantadine dan oseltamivire. Kalau keadaan pasien terus memburuk, bukan tidak mungkin perlu dipasang alat ventilator untuk membantu pernapasannya.
Pencegahan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, secara umum prinsip-prinsip kerja yang higienis dalam pencegahan penularan virus flu burung mencakup hal-hal berikut ini:
- Mencuci tangan sehabis menyentuh unggas / burung, meski tidak terinfeksi. Untuk unggas / burung yang terinfeksi atau sudah mati, jika terpaksa harus memegangnya, wajib menggunakan sarung tangan karet.
- Karena telur juga dapat tertular, maka penanganan kulit telur dan telur mentah perlu mendapat perhatian pula.
- Daging unggas harus dimasak sampai suhu 70 – 80 derajat Celcius selama sedikitnya satu menit. Kalau kita menggoreng atau merebus ayam di dapur, tentu suhunya lebih panas dan juga lebih lama. Insya Allah aman.
- Membiasakan pola hidup sehat. Secara umum pencegahan flu adalah menjaga daya tahan tubuh dengan makan seimbang dan bergizi, istirahat cukup, olahraga teratur, dan selalu rajin mencuci tangan setiap bersentuhan dengan sesuatu yang barangkali mengandung kotoran (terutama kandang, sangkar, dan aksesorisnya).
Tindakan jika melihat unggas mati bersamaan:
- Jangan disentuh dengan tangan secara langsung. Harus menggunakan sarung tangan dari karet.
- Jangan panik, cukup menjauhi saja.
- Segera melapor ke petugas kesehatan untuk segera ditangani
Bagaimana dengan kicaumania?
Sebenarnya WHO tidak menyebutkan langsung anjuran ini untuk para penggemar burung, tetapi lebih ke pekerja peternakan unggas dan pemotongan hewan unggas. Meski demikian, saya akan menambahkan beberapa data sehingga anjuran ini bisa berlaku untuk kicaumania, baik pemilik burung, penangkar burung dan para pekerjanya, serta pedagang dan pembeli burung.
Untuk lingkungan yang belum terinfeksi virus H5N1
- Biasakan menyemprot kandang / sangkar dengan desinfektan, minimal 1x dalam seminggu. Desinfektan atau obat penyapu hama / penyuci hama bisa dibeli dengan harga relatif murah di apotek, poultry shop, dan toko kimia. Desinfektan aman bagi kesehatan unggas (termasuk burung) dan manusia, .
- Biasakan setelah membersihkan sangkar / kandang dan semua aksesorisnya (wadah pakan, wadah minum, cepuk ekstra fooding, tenggeran, dll) selalu mencuci tangan dengan sabun.
Yang dimaksud dengan lingkungan yang belum terinfeksi virus H5N1 adalah suatu wilayah tertentu, bisa berupa kampung, dukuh / dusun, kelurahan, atau kecamatan, yang mana belum ada kejadian unggas mati secara bersamaan. Lingkungan seperti ini relatif masih aman.
Untuk lingkungan yang sudah terinfeksi virus H5N1
- Jangan menyentuh langsung bangkai unggas yang sudah mati. Gunakan sarung tangan dari karet. Sedikitnya tiga dari sembilan penderita flu burung yang meninggal dalam beberapa pekan terakhir karena memagang bangkai itik yang mati bersamaan, seorang di antaranya balita.
- Jika tanpa sengaja, atau karena tidak tahu, kontak dengan unggas yang telah terinfeksi harus sering mencuci tangan dengan sabun, kemudian bergegas ke puskesmas / rumah sakit terdekat untuk mendapat penanganan dini.
- Bagi yang karena tidak tahu tak sempat melakukannya, kemudian mengalami demam disertai batuk dan flu, maka anggota keluarga lainnya harus segera membawanya ke puskesmas / rumah sakit untuk mendapat rujukan ke rumah sakit yang sudah ditunjuk pemerintah.
- Jika memegang, membunuh, dan membawa / memindahkan unggas yang sakit / mati karena flu burung harus melengkapi diri dengan baju pelindung, sarung tangan karet, masker, kacamata, dan sepatu bot.
- Kalau ada pekerja peternakan unggas, penangkaran burung, dan pemotongan unggas, maupun keluarga pekerja yang mengalami gejala klinis seperti dijelaskan di atas, harus segera melapor ke puskesmas / rumah sakit terdekat.
- Bagi yang unggas atau burungnya aman, meski berada di lingkungan yang terinfeksi, segera semprot kandang unggas atau kandang / sangkar burung dengan desinfektan dan ulangi1 x dalam seminggu.
- Khusus untuk kicaumania, sepanjang burung masih giras, lakukan perawatan seperti biasa. Setiap habis membersihkan kandang / sangkar burung dan aksesorisnya, harus mencuci tangan dengan sabun.
- Kalau menjumpai burung yang mati dalam waktu hampir bersamaan (semoga tidak), jangan disentuh dulu dan segera melapor ke petugas kesehatan.
semoga kita semua selamat!
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.
terimakasih buat omkicau atas infonya..tp jika flu burung dpt tertular pd manusia..mungkin dokter yg merawat atw keluarga sikorban sudah tertular dalam hitungan detik..krn flu krn udara yg umumnya terjadi di msyarakat dpt tertular tdk lbh dr hitungan menit dng org terdekat…jd saran sy buat para kicau mania jng terlalu khawatir untuk virus tsbt..(sy yakin tdk dpt tertular dng manusia)..
Poinnya jangan panik dan jangan takut. Tapi kalau soal bisa atau tdk bisa menular pada manusia, ya pasti bisa. Karena fakta dan data ilmiah di sejumlah negara kan ada. Tapi penularan hanya terjadi kalau kontak langsung dengan unggas yang sakit / mati karena flu burung. Kalau pakai sarung tangan karet, aman dah.
Semoga saja kita semua dan peliharaan dijjauhkan dari yang namanya H5N1 dll. Amiin..