Burung muda bisa bernyanyi sebaik induknya karena selalu belajar dari induknya, menirukannya, kemudian mendengarkan sendiri suaranya, dan segera memperbaiki setiap kesalahan vokal yang terjadi. Proses ini bahkan sudah dimulai sejak hari pertama menetas, meski dengan variasi dan suara yang belum jelas. Itulah hasil penelitian yang dilakukan dua ilmuwan AS, Samuel Sober (Universitas Emory, Atlanta) dan Michael Brainard (Universitas California, San Fransisco), dan dipublikasikan dalam Proceedings of The National Academy of Sciences (PNAS).
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Kedua ilmuwan memiliki basis keahlian yang berbeda. Sober adalah ahli biologi, sedangkan Brainard seorang ahli fisiologi. Dalam penelitian ini, keduanya membuat model matematika dengan memanfaatkan sensor motorik burung untuk memprediksi kemampuannya dalam belajar bernyanyi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa burung dewasa cenderung lebih sedikit mengkoreksi kesalahan dalam setiap nyanyiannya, dengan membuat kicauannya lebih cepat dibandingkan dengan burung-burung muda yang berusaha mempelajari suara yang didengarnya dan memperbaiki setiap kesalahan vokalnya agar lebih mirip dengan suara yang didengarnya.
Penelitian ini menggunakan burung pipit bengala (bengali finch) sebagai model untuk meneliti bagaimana mekanisme otak burung muda belajar dalam memperbaiki kesalahan vokalnya. “Seperti anak manusia, anak burung pun belajar berkicau dengan mendengarkan burung dewasa. Bahkan pada hari pertama dia menetas, pipit bengala mulai bisa meniru suara burung dewasa, meski suaranya terdengar terlalu bervariasi dan tidak terkoordinir (berantakan),” kata Sober.
Burung pipit muda ini akan terus berlatih, kemudian mendengarkan suara mereka sendiri, dan memperbaiki setiap kesalahan yang terjadi sampai akhirnya bisa berkicau seperti induknya. Dalam proses pembelajaran itu, burung muda pasti akan membuat banyak kesalahan besar dalam berkicau agar mirip burung dewasa, tetapi ia selalu berusaha mengoreksi kesalahannya. menyuarakan. Tidak heran jika makin bertambah usia, tingkat kesalahannya pun cenderung berkurang.
“Untuk memperbaiki kesalahan vokal tersebut, otak burung harus bergantung pada indera pendengaran. Persoalannya, indera pendengaran tidak bisa diandalkan ketika ada suara bising di lingkungannya, maka yang terjadi adalah otak mungkin berpikir itu adalah kesalahan indera pendengaran, lantas mengabaikan pengalaman sensorik dari burung tersebut,” jelas Sober.
Dalam penelitian tersebut, Sober dan Brainard mengukur hubungan antara kesalahan vokal dan berapa besar kemungkinan otak burung langsung melakukan koreksi pada sensor motoriknya. Untuk itu, kedua peneliti menggunakan headphone mini dan ringan yang dipasang pada burung pipit bengala.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Ketika burung mulai bernyanyi melalui mikrofon, para peneliti menggunakan perangkat pengolahan audio (semacam audio editing) untuk “mengelabuhi” burung, dan berpikir bahwa vokal atau kicauan mereka itu salah, dengan cara mengubah pitch (kecepatan suara) burung tersebut yang langsung didengarnya lewat headphone mini yang dipasangkan pada burung tersebut.
“Ketika kita mengubah sedikit pitch, burung-burung mempelajarinya dengan baik dan segera mengoreksi kesalahan mereka dengan cepat. Tetapi ketika kecepatan dinaikan, burung tidak bisa mempelajari dengan baik, dan pada beberapa tahapan mereka berhenti mempelajarinya” kata Sober.
Penelitian ini bisa membantu kicaumania yang memiliki burung yang hanya ngeriwik terus, maupun burung yang susah dimaster. Pemasteran burung yang jika dilakukan dengan media suara burung dari mp3 bisa diatur kecepatannya agar lebih mudah direkam atau dipelajari burung yang masih muda, sehingga mereka bisa menyuarakan kembali suara masteran tadi dengan lagu yang sempurna.
Semoga bermanfaat
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.
Jadi , kita harus merendahkan sedikit pitch nya ya om ?