Perilaku burung yang mencabuti bulu-bulunya sendiri sebagian besar berhubungan langsung dengan kondisi mental dan kesehatan burung tersebut. Ini berlaku untuk semua jenis burung, termasuk burung berkicau dan burung paruh bengkok (parrot). Khusus burung paruh bengkok, ada sedikit perkecualian di mana beberapa jenis burung seperti kakatua dalam kondisi sehat pun seringkali mencabuti bulunya sebelum bersarang dan bertelur.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Sedikitnya ada lima penyebab burung mencabuti bulu-bulunya sendiri. Berikut ini gejala klinis yang dapat Anda deteksi ketika burung kesayangan di rumah sering menampilkan perilaku tersebut :
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
1. Iritasi kulit dan / atau bulu
Iritasi kulit dan / atau bulu merupakan penyebab terbesar dari kasus burung mencabuti bulu-bulunya. Hal ini berkaitan erat dengan infeksi tungau, bakteri, jamur, atau virus. Beberapa spesies tungau memang dikenal hidup dan berkembang biak di dalam lapisan kulit dan bulu.
Serangan tungau, bakteri, dan jamur seringkali menimbulkan gatal-gatal pada bagian yang terserang. Tidak heran jika burung yang terinfeksi sering mengarahkan paruhnya ke pangkal bulu, atau bahkan ke permukaan kulitnya, untuk mengurangi rasa gatal.
Tetapi tungau, jamur, dan bakteri tak akan pernah hilang dengan sendirinya, jika tidak ada perlakuan khusus. Cara membuktikan bulu dan kulitnya terbebas dari tungau pernah dijelaskan di sini, pada poin Gejala Klinis, bagian terbawah. Jika Anda saat ini mengalami masalah seperti ini pada burung kesayangan di rumah, beri perlakuan khusus melalui penggunaan FreshAves.
FreshAves juga bisa digunakan untuk mencegah kehadiran tungau, bakteri, dan jamur ke dalam sangkar / kandang maupun tubuh burung. Jadi, sedia payung sebelum hujan. Bahkan bisa difungsikan pula sebagai desinfektan, terutama untuk mencegah kalabendu bernama flu burung, misalnya 1-2 kali dalam seminggu.
2. Kekurangan gizi
Dalam beberapa kasus, burung sebenarnya tidak mengalami masalah dengan bulu dan kulitnya, namun ia sering mencabuti bulu-bulunya. Jika dalam pengecekan tidak terdapat tungau, berarti kebiasaan mencabut bulu-bulu itu disebabkan faktor lain, salah satunya kekurangan gizi.
Coba diingat-ingat kembali, sudah tepatkah Anda memberikan pakan bergizi dan berimbang pada burung di rumah? Pakan bergizi minimal harus mengandung energi metabolisme (sering juga ditafsirkan sebagai karbohidrat), protein, lemak, serat kasar, serta beberapa vitamin dan mineral penting lainnya.
Pakan serasi adalah pakan yang kadar lemaknya tidak terlalu tinggi, sedangkan kadar protein disesuaikan dengan masa pertumbuhan dan masa reproduksi (bagi penangkar). Adapun energi metabolisme cukup untuk mendukung aktivitas burung sehari-hari.
Saya tak ingin membebani Anda dengan istilah yang rumit. Yang penting diingat, kadar lemak jangan terlalu tinggi, karena bisa menimbulkan obesitas, serta pastikan kecukupan vitamin dan mineral. Sebaiknya pilih multivitamin yang lengkap (misalnya BirdVit) dan multimineral yang komplet (BirdMineral).
Sepanjang burung memperoleh asupan vitamin dan mineral lengkap, dan Anda tidak memberikan pakan berkadar lemak tinggi, maka pakan yang diberikan selama ini (termasuk voer pabrikan) sudah termasuk bergizi dan serasi. Khusus burung berkicau, jangan lupakan ekstra fooding (seperti kroto dan jangkrik) dan buah-buahan.
Ketika pakan yang dikonsumsinya tidak memenuhi standar gizi, pertumbuhan dan penampilan bulu-bulu pun menjadi jelek, kulit terlihat kering dan mudah mengelupas. Hal ini memudahkan terjadinya infeksi sekunder yang memunculkan rasa gatal, namun bukan disebabkan oleh tungau atau parasit lainnya, melainkan karena gizi buruk.
3. Masalah mental dan fisik
Burung juga bisa mengalami masalah terkait kondisi mentalnya. Bukankah Anda mendengar istilah murai batu, kacer, cendet, dan burung petarung lainnya yang jatuh mental atau mentalnya drop? Itu terjadi ketika ia berhadapan dengan burung sejenis, dan ia merasa kalah sebelum bertanding.
Jika Anda lihat para pelomba memberi perlakuan khusus terhadap burung-burungnya usai mengikuti lomba, itu semua dilakukan dalam rangka memulihkan kondisi fisik dan mentalnya. Ketika mentalnya drop, burung mudah sekali mengalami stres. Jika kondisi ini dibiarkan tanpa penanganan, burung biasanya mudah sakit.
Beberapa perilaku burung yang jatuh mental dan stres antara lain suka mencabuti bulu-bulunya sendiri, tidak mau lagi duduk di tangkringan, gelisah, dan sebagainya.
Yang perlu mendapat perhatian adalah burung paruh bengkok. Ketika stres, mereka lebih sering mencabuti bulu-bulunya daripada burung berkicau. Kondisi emosional burung paruh bengkok memang lebih menonjol, terutama saat stres, bosan, jenuh, frustasi seksual, dan sebagainya. Bahkan, tidak sedikit pula burung paruh bengkok yang melukai dirinya sendiri dalam kondisi tertekan, seperti menabrakkan kepala di jeruji sangkar / kandang.
Jika mental drop pada burung paruh bengkok disebabkan kejenuhan atau rasa bosan, beberapa solusi yang bisa dilakukan adalah memperkaya isi kandang dengan mainan, atau menambah variasi makanan, kalau perlu memberinya teman (pasangannya). Perlu diingat, burung paruh bengkok senang bersosialisasi.
Mental drop juga bisa terjadi pada burung berkicau maupun paruh bengkok yang dipelihara dalam kandang koloni, dengan populasi yang melebihi kapasitas kandang. Akibatnya burung merasa pengap, tidak leluasa bergerak, sehingga menimbulkan kegelisahan. Apalagi jika ada burung yang setiap saat diganggu kawan-kawannya.
4. Masalah hormonal
Ada kalanya burung mencabuti bulu-bulunya sendiri, dan langsung rontok tanpa gerakan paruh yang kuat. Hal ini biasanya disebabkan gangguan hormonal, terutama hormon hipertiroid yang berfungsi menaikan kadar kelenjar tiroid. Bisa juga karena terserang penyakit addison, yang mengakibatkan penurunan kadar hormon kortikosteron dalam kelenjar adrenalin.
Meski kedua gangguan hormonal itu memang bukan merupakan penyebab langsung dari mengapa burung mencabuti bulunya. Tetapi ketika gangguan hormonal itu terjadi, biasa burung merasakan gatal-gatal pada tubuhnya, yang disangkanya berasal dari permukaan kulit atau bulu-bulunya,
Untuk memastikan ada dan tidak gangguan hormonal, saya tidak bisa memberikan saran apapun kecuali datang ke klinik hewan atau memeriksakan burung di dokter hewan.
5. Akibat penyakit dalam
Kemungkinan lain dari kebiasaan burung yang mencabuti bulu-bulunya, meski bulu dan kulitnya tidak gatal, adalah munculnya penyakit dari dalam tubuhnya. Misalnya infeksi giardia (giardiasis) yang disebabkan oleh mikroorganisme di dalam usus, dan menimbulkan gatal-gatal yang disangka burung berasal dari kulit atau bulunya.
Bisa juga karena infeksi yang disebabkan bakteriChlamydophila pneumoniae. Bahkan beberapa penyakit hati pun bisa menyebabkan pengendapan garam empedu, yang berimbas pada iritasi kulit. Sama seperti gangguan hormonal, diagnosis paling tepat hanya bisa dilakukan dokter hewan atau membawa burung ke klinik hewan.
Itulah beberapa penyebab burung mencabuti bulu-bulunya sendiri. Sebagian bisa diatasi di rumah, namun sebagian lagi (terutama dua poin terakhir) memerlukan diagnosis dari dokter hewan. Dengan perawatan yang benar dan teratur, pemberian pakan bergizi dan serasi, serta menjaga kebersihan sangkar / kandang dengan membiasakan menggunakan desinfektan minimal seminggu sekali, semoga burung terbebas dari gangguan kesehatan.
Sebagai pelengkap dan pembanding, omkicau.com pernah menurunkan beberapa artikel terkait dengan perilaku spesies burung tertentu saat mencabuti bulunya (beserta solusinya), antara lain:
—